Anak muda sekarang banyak yang males ngikutin isu politik, tapi kalian pernah mikirin gak sih dampak dari masa bodoh terhadap isu politik?
FROYONION.COM - Males engga sih kita lihat ribut-ribut soal politik? Soal pilihan politik dan lain sebagainya yang ujung-ujungnya malah bikin putus hubungan pertemanan, bahkan hubungan keluarga. Bikin awkward pas ketemu lagi di momen lebaran misalnya.
Momen 5 tahunan Pilpres semakin ke sini makin kontra produktif dampaknya. Bahkan kalo dilihat, dampaknya berkepanjangan hingga pasca pelaksanaan kontestasi politik ini. Ribut dan saling serang udah bikin media sosial makin gaduh aja tiap harinya. Barisan sakit hati juga kadang masih berisik aja di WA group keluarga kan? Share segala web berita engga jelas. Ditambah akun-akun anonim yang bertebaran di media sosial, semua itu membuat kita makin males memantau dan mengikuti dunia perpolitikan.
Tapi ternyata faktor kurang menariknya dunia politik yang ngebuat kita kurang melek politik, engga cuman diakibatkan oleh kegaduhan yang ditimbulkan ketika sedang berbicara politik. Salah satu faktor lain yang menyebabkan kita kurang melek politik adalah minimnya budaya literasi.
Hamid Basyaib, aktivis sosial, menyatakan bahwa faktor dari anak muda yang kurang melek politik adalah kemalasan membaca dan mendalami sejarah. Anak muda lebih terbiasa dengan aktivitas membaca tweets yang dibatasi jumlah karakter. Namun menurut aku, poinnya adalah bahwa sumber bacaan yang kurang dapat dipercaya, seperti media sosial lebih sering diakses oleh anak muda untuk mencari informasi.
Sisi negatifnya adalah karena siapapun di media sosial dapat menyebarkan informasi, yang kita engga tahu gimana menilai kebenaran informasi tersebut, dengan kondisi kita tanpa pengetahuan sedikitpun mengenai informasi yang dibagikan. Jadi bisa menimbulkan dampak seperti anggapan bahwa politik adalah cuman soal kekuasaan, soalnya seperti itu yang banyak kita lihat di media sosial pada hari ini, akibatnya kita jadi bodo amat soal politik, karena isu-isu kekuasaan jauh dari kita.
Aku pikir hal ini akan mengerikan juga ketika banyak anak muda minim literasi soal politik. Setidaknya ada beberapa hal yang bakal terjadi dengan anak muda yang tidak melek politik.
Dampak yang bakal terjadi adalah anak muda secara umum bakal dipandang hanya sebagai objek dari kekuasaan, media, sarana pendulang suara. Kita rasakan atau tidak, partai politik sebagai kendaraan utama para politikus, dan politikus sendiri sudah fokus bagaimana caranya merebut simpati dari anak muda. Mereka menyadari anak muda ini bisa jadi potensi yang baik sebagai kendaraan politik.
Ditambah menurut data Kementerian PPN, Indonesia bakal mengalami lonjakan jumlah penduduk usia produktif hingga 64 persen dibandingkan usia tidak produktif pada tahun 2030-2040. Walaupun ya mereka masih aja kampanye norak, pasang muka di baliho dan tempel-tempel di pohon-pohon, ngerusak pemandangan di sepanjang jalan. Tapi masa iya, kita tetep mau aja dijadiin objek dari kebijakan orang-orang tipe kaya gini di 10-50 tahun ke depan.
Kita sadari atau engga, hampir semua kehidupan kita dipengaruhi oleh keputusan politik. Pajak yang musti kita bayar, biaya parkir (disebut retribusi parkir ya, Civs), bahkan hingga upah yang kamu terima. Besaran pajak ditentukan undang-undang, retribusi parkir itu diatur dalam Peraturan Daerah, upah itu ada regulasi upah minimum yang dasar perhitungannya diatur dengan peraturan perundang-undangan. Semua itu keputusan politik.
Sekarang kamu bodo amat soal politik, tiba-tiba besok kamu engga bisa makan karena harga barang naik akibat pajak pertambahan nilai naik, upah kamu diturunin tapi kamu engga tahu apa-apa, cuman bisa kaget. Emang bener kata orang-orang di luar sana yang bilang “I don’t need sex, the government f*ck me everyday” tapi sikap cuek juga malah bisa bikin kita dikibulin terus, setidaknya kalo kita paham cara kerjanya, kita bisa cegah apa yang bakal berdampak buruk ke kita.
Mungkin semua ini terlihat terlalu muluk-muluk atau idealis. Tapi coba bayangin sesuatu yang menurut kamu itu sangat fundamental di hidup kamu, entah itu soal pendapatan atau mungkin soal lingkungan yang bersih. Nah, kamu mulai fokus di isu itu, pahami bagaimana pemerintah mengaturnya, dan setelah itu bisa kamu pahami juga bagaimana seharusnya. Karena sesuatu itu sangat fundamental di hidup kamu, pasti bakal mudah untuk kamu tangkap dan aspirasikan.
Kamu engga harus aspirasikan secara formal dan kaku, kita memang cenderung lebih suka sebuah ruang yang egaliter dan fleksibel, seperti media sosial, dan ruang-ruang publik lainnya. Kita bisa mulai dari situ.
Jadi soal politik itu, bukan cuman soal cakar-cakaran politikus, caci maki antar pendukung, atau menjadi tim sukses/simpatisan politikus ya, Civs. Politik itu bisa dibilang ya bicara soal hajat hidup bersama, bagaimana caranya semua orang bisa hidup. Cara-cara itu yang bisa disebut sebagai politik. Aktivitas WA Group keluarga yang rusuh itu yang menggeser arti kata politik, dan kontestasi 5 tahunan yang mempersempit arti dari politik menjadi hanya soal urusan kekuasaan, dukung mendukung, dan kebencian.
Greta Thunberg adalah contoh dari bagaimana kesadaran politik, dan mempengaruhi kebijakan politik tidak harus melalui saluran formal, bisa melalui ruang-ruang publik yang lebih egaliter. Dia lebih memilih untuk duduk di depan gedung legislatif swedia dengan membawa spanduk yang mendengungkan soal isu lingkungan hidup (iklim). Dia juga contoh bahwa politik bukan cuman soal kekuasaan.
Ada sebuah kutipan yang selalu aku ingat. Kutipan ini berasal dari tulisan seorang pahlawan nasional, yang mati di tangan bangsanya sendiri, yaitu Tan Malaka. Dia pernah menulis bahwa Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda. Kutipan ini menurut aku menggambarkan banget sih gimana anak muda itu. Kita yang belum punya tanggungan anak alias belum berkeluarga, belum punya sumber daya yang memadai, tapi selalu punya mimpi yang tinggi.
Kamu punya cita-cita pengin punya bisnis sendiri, buka lapangan pekerjaan, kamu pengin punya rumah sendiri, kamu pengin bangun tidur, buka jendela dan menghirup udara yang segar tanpa polusi hasil pembakaran bahan bakar fosil, kamu pengin daerahmu bebas dari banjir.
Semua cita-citamu itu jangan sampai kandas cuman gara-gara kebijakan politik yang dibuat para baby boomers yang membelokkan arah kebijakan untuk kepentingan mereka sendiri, dan kamu malah bodo amat soal bagaimana proses kebijakan itu dibuat. Walaupun kamu engga membuahkan hasil, setidaknya semangat dan energi positifmu bisa mempengaruhi orang sekitarmu, entah mungkin kawan-kawan tongkronganmu, saudara kandung atau sepupumu, atau follower media sosialmu.
Ingat, ada teori yang disebut sebagai Chaos Theory. Teori ini sebenarnya adalah teori dalam bidang ilmu matematika, tapi banyak yang menggunakannya untuk menjelaskan ketidakpastian dunia. Pada intinya teori ini menjelaskan bahwa sebenarnya kita hidup di mana dikelilingi oleh ketidakpastian.
Kita sama sekali tidak bisa menerka atau memprediksi semuanya dengan tepat dan juga terkadang hal yang kecil dapat menimbulkan suatu dampak yang besar. Hubungan dengan tulisan ini adalah, menurutku hal yang mungkin menurut kamu kecil, sepele, dengan bersikap bodo amat dalam satu hal, dapat mungkin membawa akibat buruk ke skala yang lebih besar.
Sedangkan sikap positif dirimu terhadap satu isu mungkin tidak langsung memberikan dampak yang drastis, tapi bisa mempengaruhi orang di sekeliling kamu dan terus berlipat ganda menjadi sebuah energi positif yang sangat besar.
Nah, kalo kamu udah merasa tertarik atau tergugah untuk melek politik, menurutku hal yang patut kamu lakukan adalah membaca. Membiasakan diri untuk membaca membuat kita mendapatkan banyak perspektif dan memperluas wawasan, juga lebih mudah untuk memahami dan membedah isu politik.
Beberapa bulan yang lalu, aku sempat menanyakan kabar mengenai kondisi pergerakan mahasiswa di kampusku dulu kepada sepupuku yang kebetulan kuliah di situ juga. Dia memberi kabar bahwa kawan-kawannya yang bergabung ke BEM dan aktif menyebarkan isu-isu politik yang sedang digodok oleh BEM, ternyata mengaku bahwa mereka tidak paham 100% mengenai isu-isu politik tersebut.
Fenomena ini menandakan kalo sikap-sikap politik anak muda terkadang tidak berbanding lurus dengan pemahaman atau pengetahuannya, atau dengan kata lain sebenarnya banyak juga anak muda yang teriak-teriak tapi engga melek politik alias cuman ikut-ikutan trend. Nah, makanya membaca itu penting, biar kita engga cuman ikut-ikutan trend dan bisa mengambil sikap atas isu yang ada, atau buat kalian yang masih mahasiswa, biar engga dibodohi seniornya di organisasi kaya BEM.
Untuk membaca, kita mesti tahu bacaan apa yang bagus untuk dibaca di awal buat memahami perpolitikan. Menurutku buat kalian yang bukan mahasiswa Fisipol atau Hukum yang ambil konsentrasi Hukum Tata Negara, membaca koran nasional, kaya Kompas dan juga mengikuti perkembangan Non-Governmental Organization yang terpercaya sudah lebih dari cukup.
Follow akun-akun media sosial Non-Governmental Organization atau organisasi-organisasi pusat studi, kaya KontraS untuk isu-isu HAM, Icel (Indonesian Centre for Environmental Law) dan Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) untuk isu-isu lingkungan hidup, ELSAM (Lembaga Studi Advokasi Masyarakat) untuk isu-isu sosial politik, dan PSHK (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia) untuk isu-isu hukum dan perundang-undangan dan masih banyak lagi (pilih sesuai ketertarikan kita) buat mendapatkan banyak perkembangan terkait isu yang kita ingin dalami.
Dari akun media sosial mereka, kita bisa dapat banyak pengetahuan, plus kalo mereka lagi nge-publish rilis terkait isu tertentu, kita bisa langsung dapet infonya dan download rilisnya. Tahap selanjutnya, kalo bisa baca buku terkait isu yang kita minati ya, Civs. Usahakan tetap mengakses informasi dari sumber-sumber terpercaya.
Selanjutnya, untuk memperluas perspektif, kita bisa diskusi bareng temen-temen tongkrongan atau siapapun di sekitar kita yang santai buat diajak diskusi. Biasanya kita bakal dapet sudut pandang dan pertanyaan yang sama sekali engga terpikirkan sama kita sebelumnya mengenai isu yang kita dalami.
Nah, ini bisa menjadi pemantik buat kita nyari jawabannya, dengan begitu kita bakal melihat isu dari berbagai perspektif dan dapat melontarkan komentar dengan komprehensif. Engga cuman komentar yang didasari dengan emosi. Ingat, jangan menjadi menyebalkan di tengah diskusi dengan bersikap seperti paling tahu banyak hal.
Menurut kalian sendiri gimana, Civs? Cara-cara apalagi yang bisa anak muda kayak kita lakukan buat lebih melek politik? (*/)