Lingkungan kerja yang makin fleksibel pasca pandemi ternyata mampu menciptakan soft skill terbaru yang disebut ‘hybrid competence’. Kabarnya, kompetensi ini jadi cukup krusial untuk dimiliki para pekerja remote.
FROYONION.COM - Terhitung lebih dari 2 tahun sejak pandemi pertama kali melanda negara kita. Tren anak muda Indonesia yang sering workcation atau kerja sambil liburan jadi makin digandrungi, utamanya bagi para pekerja di industri kreatif Indonesia.
Gaya kerja yang makin fleksibel, dan bisa dilakukan di mana aja (bahkan sambil rebahan) mendorong perkembangan jenis soft skill terbaru yang disebut hybrid competence.
Lalu, apa sih hybrid competence itu, Civs?
Hybrid competence adalah sebuah kemampuan yang memungkinkan seseorang bisa menavigasikan seluruh pekerjaannya secara efektif di lingkungan yang berbeda-beda (online / remote dan offline). Simpelnya, seorang pekerja bisa disebut kompeten dalam skills ini ketika dirinya bisa multitasking atau ‘lompat-lompat’ antara pekerjaan yang satu dan yang lainnya secara efektif di lingkungan work from home.
Kedengarannya, mayoritas pekerja yang pernah WFH tentunya bisa memiliki dan mengembangkan skill yang satu ini kan? Memang benar, Civs, hampir semua pekerja bisa dikatakan mahir dalam juggling antara urusan kerja dan rumah ketika lagi WFH, tapi nggak semua pekerja bisa mengolah dan mengomunikasikan kemampuan ini secara baik di dalam resume atau CV-nya.
Sophie Wade, penulis buku “Empathy Works: The Key to Competitive Advantage in the New Era of Work” menjelaskan bahwa seseorang yang pernah bekerja di lingkungan yang berbeda-beda terbukti bisa menangani proyek skala kecil dan besar dengan lebih efektif dibandingkan tipe pekerja lainnya. Para pekerja hybrid ini tergolong sebagai seseorang yang bisa memotivasi diri sendiri, mengarahkan diri dengan lebih baik, juga bisa bekerja dengan lebih terorganisir.
Kompetensi ini bakal jadi sia-sia kalo orang lain nggak mengetahuinya. Karena itu, sangat penting untuk bisa menunjukkan soft skills ini dengan baik di dalam CV atau resume.
Menurut Sophie, soft skill yang lo tulis di dalam resume harus bersifat fungsional dan bisa diterapkan di perusahaan itu. Dalam sebuah resume, penting untuk menunjukkan nggak cuma sekadar ‘What’, tapi juga ‘How’. Maksudnya, lo harus bisa menunjukkan bagaimana caranya lo mengaplikasikan skill yang lo miliki itu dalam sebuah lingkungan kerja hybrid.
Dan ketika sesi interview kerja, lo harus bisa melakukan follow up terhadap skill yang lo tulis dalam resume itu. Lo harus menjelaskan bagaimana dampak positif dari soft skill yang lo punya terhadap lingkungan kerja remote atau WFH di perusahaan itu.
Juga, ada satu kompetensi yang cukup krusial untuk lo tulis dan sampaikan ke HRD ketika melamar kerja di lingkungan kerja yang remote, yaitu social network skill.
Lo bisa menambahkan deskripsi pada skill ini dengan mengilustrasikan bagaimana lo menjaga networking dan social connection dengan teman-teman atau rekan kerja lo di tempat sebelumnya. Poin ini jadi krusial karena HRD bisa tahu bagaimana lo bisa menjaga komunikasi dengan baik di lingkungan kerja yang serba online atau remote, Civs. (*/)