Di event IdeaFest 2022 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center akhir pekan lalu, seorang pakar menyampaikan pentingnya computational thinking dan penerapannya di kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bekerja kreatif. Simak selengkapnya di sini, Civs.
FROYONION.COM - Computational thinking bisa diartikan sebagai cara berpikir cepat dalam menyelesaikan beragam masalah layaknya seorang computer scientist. Tanpa menerapkan computational thinking, cara lo dalam menuntaskan tugas dan masalah sehari-hari bisa jadi belum efektif.
Dwika Putra selaku founder One Kreativerse dan Organizing Committee Bebras Indonesia menyampaikan bahwa dalam menyelesaikan masalah, lo harus melakukannya dengan menggunakan pendekatan profesional. Salah satunya dengan cara computational thinking.
Dalam kehidupan sehari-hari, lo tentu memanfaatkan komputer dalam menyelesaikan masalah, misalnya menggunakan komputer untuk komunikasi ataupun kalkulator. Dalam event IdeaFest 2022 (26/11) di Jakarta Convention Center, Dwika mengatakan bahwa computational thinking alias cara berpikir komputasional adalah cara yang efektif dan efisien.
Contoh kecil computational thinking dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika lo memasak. Saat memasak untuk pertama kalinya, tentu lo belum bisa membuat masakan yang langsung enak. Namun, dengan computational thinking yang membuat lo terus mempelajari cara-cara membuat masakan enak akhirnya membuat lo bisa memasak.
BACA JUGA: 10 ISTILAH PENTING BUAT CALON PEKERJA KREATIF
Computational thinking adalah kemampuan dan proses berpikir dengan melihat masalah dan menyelesaikannya. Semua goal bisa tercapai dengan cara yang efektif. Cara berpikir semacam ini bukan cuma buat anak IT programmer, tapi bisa buat semua orang.
Contoh lainnya adalah ketika lo berkendara dan menghafal titik-titik kemacetan. Mempelajari inti masalah dengan menghindari titik macet tersebut supaya lo bisa sampai ke tujuan lebih cepat adalah salah satu bentuk computational thinking.
“Computational thinking itu melakukan hal secara terus-menerus sehingga menjadi cara berpikir,” ucap Dwika. “Menghadapi masalah yang sama dan mengatasinya dengan solusi yang berbeda.”
Masalah yang lo hadapi secara terus menerus menjadi sebuah pengalaman, yang akhirnya membentuk cara berpikir lo untuk mengatasi masalah yang sama dengan cara yang efektif. Berpikir dalam hal ini adalah sebuah hal yang penting. Bahkan sebelum melakukan hal apapun supaya lebih efektif lo hari berpikir dulu.
Supaya lo bisa menyelesaikan masalah dengan efektif, lo harus mendapatkan informasi perihal masalah yang lo hadapi, langkah-langkah menghadapinya, dan pola penyelesaiannya. Dengan begitu, lo bisa menjadikan masalah tersebut menjadi masalah yang kecil.
Lo bisa membentuk informasi terkait masalah yang lo hadapi berdasarkan pengalaman. Setelah mendapat informasi yang cukup, lo bisa lebih mudah menyelesaikan masalah tersebut dengan solusi yang lebih baik.
Terdapat 4 landasan computational thinking, yaitu abstraction, algorithm, decomposition, dan pattern recognition.
Abstraction berarti mendapatkan informasi, algorithm berarti menyusun langkah, decomposition berarti memecahkan masalah dan menaklukannya, pattern recognition berarti menemukan pola untuk menyelesaikan masalah yang berulang.
BACA JUGA: MELAHIRKAN IDE KREATIF ALA PABLO PICASSO DAN LUDWIG VAN BEETHOVEN
Supaya bisa mendapatkan informasi yang tepat, lo harus bisa melahirkan pertanyaan yang tepat. Lo pun harus menentukan objective goal yang ingin dicapai. Lo bisa melatih computational thinking milik lo dengan membiasakan belajar dan berlatih sendiri.
Dengan membiasakan otak kita untuk membuat solusi, lo bisa lebih cepat dan efektif dalam menghadapi masalah yang terus hadir. Dwika juga mengatakan bahwa teori di kertas dan di lapangan pasti berbeda. Sebelum mencari solusi, lo harus memahami masalahnya terlebih dulu.
“Manusia itu awalnya bodoh (belum tahu apa-apa), lalu mereka belajar setiap hari,” terang Dwika. “ Lo pun bisa mempelajari solusi dari orang lain untuk mengatasi masalah yang lo hadapi.”
Computational thinking pun sudah dipelajari sejak kita di bangku SMP dan SMA dalam bentuk numerik dan literasi. Dwika mengatakan bahwa masyarakat Indonesia tidak kekurangan minat baca, tapi konten bacaan yang dikonsumsi kadang tidak dapat diartikan dengan baik sebagai pengetahuan.
Di bangku sekolah pun umumnya siswa hanya diminta menghafal materi tanpa memahami betul artinya dan pengaplikasiannya. Dalam bekerja kreatif misalnya, lo tentu harus bisa mengatasi setiap kendala yang beririsan misalnya kendala berupa norma, budget, dan lain-lain.
Bisa dibilang computational thinking juga merupakan cara manusia bertahan hidup yang harus lo kuasai. Inilah pentingnya memahami aspek-aspek dalam kehidupan, bagaimana cara tiap-tiap aspek tersebut bekerja, sehingga lo bisa menyelesaikan setiap masalah hadir dengan cepat lewat computational thinking. (*/)
BACA JUGA: IDEAFEST 2022: PEGIAT INDUSTRI KREATIF WAJIB BANGET DATENG KE ACARA INI