In Depth

CARA MENJADI BAHAGIA ALA PSIKOLOG ALFRED ADLER

Ada banyak cara untuk bahagia. Dari menolak trauma sampai memperbaiki hubungan antarmanusia, inilah cara-cara menuju bahagia ala psikolog Alfred Adler yang bisa berguna supaya bisa tetep hepi di tengah pandemi.

title

FROYONION.COM - Di masa pandemi banyak orang stress kehilangan pekerjaan, belum lulus, stress karena ingin bermain dengan sahabat dan berwisata, bahkan stres karena keseringan zoom. Penulis akan menceritakan pengalaman bagaimana cara menjadi bahagia setelah membaca buku berjudul “The Courage to Be Disliked” tulisan Ichiro Kishimi Fumitake dan Koga. 

Sebelum masuk ke bagaimana cara bahagia mari kita telaah dulu definisi bahagia. Menurut dr. Anandika Pratiwi, bahagia adalah kondisi emosi dengan karakter rasa senang, penuh syukur, dan puas. Definisi ini memang bisa berbeda antara satu orang dan lainnya. Namun, benang merahnya ada pada kepuasan terhadap hidup. 

Psikologi Adler ini bertolak belakang dengan psikologi Sigmund Freud. Freud mereorientasikan bahwa anak yang punya masa lalu kelam tidak akan pernah bahagia dan hidupnya hancur dan tidak akan sukses. Namun, berbalik dengan psikologi yang disampaikan Adler, dia menyampaikan bahwa masa lalu tidak bisa diubah. Tetapi masa depan anak bisa menjadi sukses dengan hidup saat ini, dan masa depan masih bisa diraih. Apa aja caranya? 

Menolak Trauma

Trauma merupakan masalah yang mengganggu psikologi untuk tidak berbuat sesuatu karena masa lalu yang kelam. Ada kisah seorang anak yang jatuh saat bersepeda tanpa sepengetahuan orang tua. Sang ibu tidak mengizinkan untuk menggunakan sepeda lagi. Sang anak tentu terdoktrin hingga menjelang remaja. Namun kebutuhan untuk menggunakan sepeda atau motor di usianya mempunyai banyak fungsi dan dapet mengefektifkan waktu. Karena sang ibu meninggal sebelum dia beranjak remaja. Dia akan mengikuti perintah sang ibu. Tapi apabila sang ibu masih hidup, akankah sang ibu akan membiarkan si anak tetap seperti itu? Tentu tidak bukan?  Dalam buku diceritakan untuk menolak dan melawan rasa trauma tersebut. Ambil contoh lain deh, sang anak gak boleh keluar rumah dan dimarahi ibunya. Ketika dewasa dia akan terpenjara di rumah bukan? Nah namun apakah tega sang ibu akan tetap memarahinya ketika masih hidup? Di buku diajarkan untuk berani melawan rasa trauma untuk kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan pengalaman baru.

Memisahkan Tugas

Setiap manusia punya tugas masing masing, baik dalam pekerjaan ataupun dalam berkeluarga. Namun definisi tugas ibarat layaknya anak sekolahan yang punya PR kan? Wkwkwk. Iya namun selain itu banyak lagi, tugas ketika di rumah, tugas ketika di sekolah atau kantor. Kerjakanlah tugas yang menjadi bagianmu. Dan jangan ikut campur dengan tugas orang lain. “Tapi bagaimana kalo anak kita gak belajar? Kan itu tugas kita?”. Belajar adalah tugas sang anak, kita sebagai orang tua hanya mengarahkan mereka untuk mau belajar. Layaknya sang kuda yang kehausan kita arahkan ke sungai untuk minum bukan memaksanya untuk minum.

Semua masalah adalah masalah hubungan antar manusia
Loh loh kok bisa semua masalah jadi nyambungnya ke human being? Sekarang bayangkan kamu punya bos yang kerjanya marah marah mulu, kerjaan mu bakal bagus nggak? Nggak kan? Nah pasti kemungkinan besar jelek dong hasilnya. Ada dua macam yang disebut etiologi dan teleogi. Etiologi adalah ilmu yang tahu sebab dari akibat yang terjadi. Sedangkan teleogi adalah ilmu yang akibat dan tahu cara sembuhnya. Ibarat gini, kamu sakit demam, apakah kamu mau tau sebabnya doang. Yang penting sembuh kan? Nah itu teleogi, sedangkan etiologi ibarat psikiater yang tau sebab dari rasa sakitmu. Nah pilihlah teleogi sehingga langsung tau sembuhnya gimana. Kalo dimarahin, jangan jadi lesu dan malah males. Balikan kata seperti ini “Saya pemalas dan kerja nya gak maksimal, jadi bos marah padaku”.
 

Menerima saat ini

Ada orang yang sulit dapet teman disekolahnya, ibunya khawatir dan pergi ke sekolah. Namun jawaban sang guru simpel “Dia siswa yang tidak butuh teman”. Nah itu penerimaan diri, loh kok bisa? Karena sang anak introvert dan hobinya membaca. Kasih contoh lain deh. Gadis pemalu menyukai lelaki di ekskulnya, namun dia malu dan tidak pede untuk berbicara karena nggak mau menerima kenyataan rasa sakit ditolak. Pakar psikologi memberi wejangan “Jadilah diri sendiri”. Sang gadis pun memberanikan diri ikut ekskul dengan sifat pemalunya. Namun tidak disangka sang pria suka padanya.

Mempunyai perasaan untuk berkontribusi atau menjadi bagian komunitas

Membagi tugas bagian dan menjadi aku sebagai pusat perhatian adalah sifat egois. Sekarang diibaratkan nenekmu pingin dimanja namun tak pernah bilang terima kasih, apakah kamu senang ? Dengan mempunyai perasaan berkontribusi dan perasaan komunitas. Apapun kamu akan tetap menerimanya dengan berpandangan positif, “saya telah membantu nenek saya untuk jadi sehat”. Maka kamu akan bahagia. Layaknya seperti berbicara “Kamu boleh berteduh di sini”.

Nah itu beberapa cara untuk menjadi bahagia menurut buku yang saya baca dan menurutmu bagaimana pendapatnya? Sudah mengerti dan mau diterapin dalam kehidupanmu untuk jadi bahagia?

Dari beberapa cara tadi untuk menjadi bahagia dengan menolak trauma, memisahkan tugas, teleogi, menerima saat ini, mempunyai perasaan untuk berkontribusi atau menjadi bagian komunitas. Sehingga apapun kondisi kita dan lingkungan yang terjadi tetaplah berprinsip untuk bersyukur namun tetap maju untuk menjalankan kehidupan sukses kita. (*/ Nico)


 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Nico

Asli urang Tasik yang bikin artikel menarik