Agar berubah menjadi pribadi yang lebih baik, percaya diri, dan inner beauty yang memancar, tercipta usaha untuk melakukan kebiasaan baik secara pelan-pelan.
FROYONION.COM - Seorang teman datang terlambat untuk sekian kalinya. Kemudian, saya menggerutu kepadanya, "Kebiasaan lo!" Ia hanya tertawa cengengesan dan menyalahkan kemacetan.
Sering kali, kita meremehkan kebiasaan. Padahal, kalau kata Aristoteles, "Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang kali. Dengan demikian, kecemerlangan bukan tindakan, tetapi kebiasaan."
Pelatih futsal saya, secara tidak langsung, mengaminkan perkataan Aristoteles. "Setiap latihan lo melakukan hal yang sama berulang-ulang. Melakukan shooting, tackle, blocking, passing, sampai menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini yang akan keluar saat bertanding. Karena itu, latihan dengan serius seakan-akan seperti bertanding."
Ternyata tidak hanya soal bertanding, soal kata-kata yang spontan keluar dari mulut kita juga muncul dari kebiasaan. Misalnya, kosakata apa yang sering jadi umpatan saat kita sedang kesal dan memaki keadaan?
Membicarakan kebiasaan kepada orang lain, bukan berarti kebiasaan saya sudah baik. Masih banyak kebiasaan buruk yang saya lakukan, seperti tidur larut, bangun siang, makan terlalu banyak, jarang minum dan bergerak, malas membaca, ditambah suka menunda-nunda. Sudah? Tidak. Masih banyak yang lain.
Oleh karena itu, agar berubah menjadi pribadi yang lebih baik, percaya diri, dan inner beauty yang memancar, tercipta usaha untuk melakukan kebiasaan baik secara pelan-pelan.
1. BATASI WAKTU SCROLLING MEDSOS
Percaya tidak, saya bisa diam berdiri scrolling Instagram selama setengah jam di tengah-tengah ruangan. Tahu-tahu kaki sudah pegal, pikiran mumet, pekerjaan rumah terbengkalai.
Atau saat sedang bekerja dan merasa bosan, kemudian ingin sedikit me-refresh kepala beberapa menit melihat Twitter, malah jadi sejam.
Belum lagi ketika mau tidur, asyik scroll-scroll Tiktok. Ternyata sudah tengah malam.
Sadar diri, kontrol, taruh hape, atau bahkan kalau tidak bisa juga, hapus dulu aplikasi media sosial sampai rasa candunya hilang.
Ganti kebiasaan scroll dengan mengobrol bersama orang di sekitar, baca buku, menikmati pemandangan. Menikmati secangkir teh atau kopi tanpa menggenggam hape.
Intinya, ingin membiasakan diri lebih menikmati keadaan, peduli dan peka pada sekitar, tidak terlalu terpaku pada layar, dan tahu batasannya. Orang pun akan melihat kita sebagai pribadi yang embrace the moment.
Selain itu, tentu agar bisa tidur tepat waktu, bangun lebih awal, wajah menjadi lebih cerah, pikiran jernih, hingga bekerja jadi lebih produktif.
2. OLAHRAGA RINGAN
Sulit sekali memulai untuk olahraga. Terkadang, bayangan akan kesulitannya pun menambah malas berolahraga, baik di gym maupun di rumah. Padahal, olahraga sangat penting untuk badan dan pikiran. Olahraga bikin badan ringan bergerak dan pikiran bersemangat.
Mulai dari yang mudah-mudah saja dulu. Push up sepuluh kali sebelum tidur dan setelah bangun misalnya. Plank saja juga boleh. Mencoba melakukannya setiap hari.
Jika sudah biasa, secara sadar kita akan menaikkan jumlah push up-nya. Karena olahraga sama seperti hal-hal yang bikin candu, kita akan menaikkan kadarnya. Olahraga itu menghasilkan dopamin, zat rasa senang, namun bukan dopamin instan macam media sosial.
3. JABAT TANGAN ERAT
Coba lakukan dengan erat ketika berjabat tangan. Tak perlu keras, tapi erat dengan gentle dan tidak berlebihan. Lalu, rasakan apa yang kamu rasa di dalam diri.
Sebenarnya, apa yang sedang dilakukan adalah mencoba menaikkan kepercayaan diri dan rasa kepingin lebih "hidup". Menjauhi rasa "hidup segan mati pun tak mau".
Adapun dari sisi sosial, membangun sebuah kesan pribadi yang kuat dan tidak mencla-mencle. Bayangkan saat kamu berjabat tangan dengan seseorang dan tangannya lemas sekali, serta tidak ada tenaga saat mengayun. Mungkin kita akan bertanya, "Lo sakit?" atau "Ngantuk, ya?"
Terbiasa berjabat tangan dengan erat akan membangun pribadi lebih percaya diri. Ditambah, jika kamu laki-laki dan sedang berhadapan dengan bapak calon mertua yang galak dan tegas, kebiasaan jabat tangan ini bisa membantu. Apa katanya nanti kalau calon mantunya lemas begini?
4. SIKAP TEGAP
Menunduk tidak salah. Ada kalanya memang diperlukan menunduk, misalnya kepada orang yang dihormati dan orang tua.
Ada kalanya pula kita perlu menegakkan kepala menghadapkan wajah kita ke depan. Saat berdiri, berjalan, juga berbicara kepada orang-orang.
Selain memanifestasikan rasa percaya diri, wajah yang tegak lebih banyak menangkap momen. Jika kita berbicara kepada seseorang sambil menegakkan wajah dan melihatnya dengan baik, kita akan menangkap ekspresinya lebih jelas. Menangkap perasaan dan maksud perkataannya. Giliran kita yang berbicara, kita juga menjadi tahu bagaimana reaksi mereka atas ucapan kita.
5. TANAMKAN PRINSIP HIDUP
Banyak sikap baik yang bisa menjadi prinsip hidup, seperti selalu tepat waktu, buang sampah pada tempatnya, selalu mengingat Tuhan, dan sebagainya.
Sikap buang sampah pada tempatnya, misalnya, bukan hanya sebuah aksi untuk lingkungan yang mungkin dampaknya tampak tidak signifikan, melainkan juga sikap yang berpengaruh kepada diri sendiri. Buang sampah pada tempatnya memupuk sebuah sikap yang tertanam dalam diri manusia secara perlahan-lahan. Memupuk menjadi pribadi yang tegas, suka kebersihan, resik, serta menghargai lingkungan.
Begitu pun dengan sikap-sikap lainnya. Akan memupuk siapa diri kita.
Tiap manusia itu unik. Berbeda satu sama lain kebutuhannya. Oleh karena itu, pun dalam membangun kebiasaan yang baik, tiap individu punya caranya masing-masing yang perlu dicari lebih dulu mana yang cocok.
Kebiasaan baik yang paling baik untuk dimulai adalah yang mudah dilakukan. Tak perlu buru-buru. Tak perlu bernafsu untuk melakukan sebuah lompatan keyakinan alias leap of faith. Cukup mulai dengan kebiasaan yang mudah dilakukan secara konsisten. (*/)