Movies

VIOLENCE DANCE: TARIAN YANG DIBUMBUI JURUS BAKU HANTAM

Bayangin lo lagi nonton konser tapi penontonnya joget kayak orang tawuran, ngeri nggak tuh. Jangan sampai lo udah beli tiket harus rugi buat berobat ya!

title

FROYONION.COM - Bagi lo para penggemar musik metal pasti udah nggak asing dengan moshing atau tarian khas para metalhead, sebutan buat para penggemar musik metal. Moshingmerupakan gerakan khas para penonton musik metal yang terlihat kayak orang lagi berantem, ada unsur menabrakkan diri satu sama lain, mengayunkan tangan, memukul, menendang, bahkan kadang ada juga yang sampai salto. Ngeri-ngeri sedap juga sih ya kalau kena kepala, bisa puyeng juga tuh kepala.

Biasanya, formasi buat melakukan moshing ini adalah dengan membuat lingkaran di tengah-tengah penonton yang disebut moshpit, terus beberapa orang bakal ke tengah moshpit buat melakukan moshing. Dengan musik keras, sound panggung kencang, dan vibes yang penuh semangat membuat moshing terasa sebagai penyempurna pas nonton konser musik metal.

Pada dasarnya, moshing emang merupakan ciri khas dan hal yang identik dengan musik metal. Para penonton yang melakukan moshing ini juga no hard feelings saat harus terkena moshing dari orang lain di bagian tubuhnya. Emang di beberapa kasus moshing ini juga jadi titik awal keributan antar penonton, gara-gara ngerasa nggak terima dia terkena moshing dari penonton lain. Resiko kalau lo pengen ikut moshing ya mau nggak mau harus memaafkan moshing dari penonton lain kalau terkena ke tubuh lo.

Pengalaman gue pas masih jadi personil band metal, moshing dari penonton adalah suatu kebanggaan dan suntikan semangat tersendiri bagi para performer. Titik klimaks lagu yang dibawakan bisa dinikmati oleh penonton, salah satunya adalah dengan moshing. Gue sendiri juga tampil habis-habisan waktu itu, pas lihat penonton udah mulai moshing. Seolah-olah itu adalah cinderamata buat kita bawa pulang setelah selesai manggung.

MENELISIK VIOLENCE DANCE

Berkembangnya musik metal dari masa ke masa, diikuti juga sama perkembangan penontonnya. Baik dari segi pakaian, ritual, kebiasaan, dan cara menikmati konser yang beragam. Baru-baru ini muncul ritual yang viral pas konser metal dan udah mulai menjamur di berbagai tempat di Indonesia. Muncul tarian baru yang dinamakan violence dance

Sebenarnya, violence dance ini mirip dengan moshing. Perbedaannya adalah violence dance ini lebih mendekati baku hantam beneran, mereka bakal melayangkan pukulan dan tendangan secara random ke penonton lain di dalam moshpit dan membabi buta. Uniknya, penonton lain juga nerima-nerima aja dengan sukarela, bahkan udah pasang tameng pakai tangan buat menutupi bagian-bagian tubuh yang fatal kayak wajah, kepala, dan alat kelamin.

Bagi lo yang masih awam sama musik metal apalagi moshing, pasti ngeri membayangkan kalau ada di tengah-tengahnya. Nggak jarang violence dance ini membuat beberapa penonton harus terkapar gara-gara terkena pukulan atau tendangan dari penonton lain. Ada yang terkena pukulan di wajah pas melakukan violence dance, ada yang terkena tendangan di bagian perutnya, bahkan ada juga yang terkena pukulan di bagian kepala belakang.

Penonton yang nggak ikut di tengah moshpit juga masih bisa terkena pukulan atau tendangan dari violence dance ini Civs, karena para penonton yang melakukan violence dance juga sering menyasar penonton yang ada di pinggir moshpit. Penonton yang ada di pinggir moshpit ini cuma pasang tangan buat berjaga-jaga kalau ada pukulan atau tendangan melayang ke arahnya. Gue sendiri ngerasa ngeri kalau lihat tarian baru violence dance ini. Gue ngerasa kasihan sama penonton yang cuma beli tiket berharap menikmati konser metal, nggak berniat ikut violence dance tapi ikut jadi korban pukulan atau tendangan violence dance.

TREN VIOLENCE DANCE

Violence dance ini emang belum lama menjamur, baru-baru ini aja viral di media sosial. Gue rasa hal ini muncul karena faktor penontonnya sendiri. Mereka menginginkan gerakan yang lebih lepas, lebih bebas tapi kurang aware sama tingkat keselamatan penonton lainnya. Justru bakal menimbulkan bahaya atau merugikan orang lain kalau nggak ada batasan dan kontrol yang tepat. Kemungkinan paling parah bisa jadi pemicu perkelahian antar penonton, terlebih lagi kalau perkelahian berada di tengah-tengah moshpit, bisa bikin banyak penonton ikut tersulut emosi.

Tren ini bisa ditemukan dengan mudah di media sosial kalau lo penasaran, ketik aja violence dance di kolom pencarian Instagram, bakal muncul banyak akun atau tagar yang nunjukin violence dance ini. Kalau tren ini nggak bisa dikontrol, sama aja bakal melegalkan bentuk kekerasan yang bisa memicu perkelahian pas nonton konser musik metal.

Nggak cuma penonton yang bakal nerima dampak negatif, performer pun juga bisa kena dampaknya. Kalau violence dance berakhir kerusuhan misalnya, mau nggak mau penampilan performer bakal dihentikan sementara sampai situasi aman kembali, bahkan bisa berpotensi buat dihentikan total. Panitia event maupun pihak promotor musik juga harus ikut tanggung jawab kalau ada kerugian pas konser berlangsung. Misal, dengan dihentikannya pertunjukan pihak promotor otomatis bakal rugi gara-gara udah bayar band-band yang tampil di event tersebut. Parahnya kalau sampai ada korban jiwa, bisa-bisa event itu dilarang buat diadain lagi dan harus ngasih ganti rugi ke korban. 

Munculnya violence dance ini tampaknya harus disaring lagi, udah aman atau belum dan seharusnya nggak menimbulkan dampak negatif, bahkan sampai melukai orang lain cuma gara-gara sebuah tarian baru. Kita harus lebih aware dan menjaga keselamatan sesama penonton konser Civs, jangan egois pas nonton konser. Boleh lo mengekspresikan diri dan fanatik sama musik atau bandnya, tapi lo juga harus tahu batasannya dan bisa mengontrol diri sendiri, jangan sampai bikin celaka orang lain. Semoga kita bisa jaga diri kita sendiri dan orang di sekitar kita pas nonton konser musik khususnya musik metal. Take care ya Civs! (*/)

BACA JUGA: BERKACA DARI KASUS FESTIVAL MUSIK, YUK JAGA IKLIM INDUSTRI!

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ade Bagus Mahendra

HR People Development. Anak rantau. Karyawan swasta yang suka baca dan nulis.