Dalam showcase debut album yang berjudul Memorandum, Perunggu berhasil menyihir banyak pasang mata dengan lagu-lagunya yang memorable serta kolaborasi apiknya di atas panggung M Bloc Live House.
FROYONION.COM - “Memorandum jadi album paling memorable tahun ini”, setidaknya hal ini terucap beberapa kali di kepala saya saat datang ke showcase debut album band ‘pulang ngantor’, Perunggu, di M Bloc Live House, Jakarta, Sabtu (3/9) kemarin. Acara ini berhasil diselenggarakan berkat kolaborasi ciamik Disaster Records dan Mula Creativa.
Bersama Haris Franky dan Paksi Agatha dari Froyonion, kami bertiga merasakan bagaimana bahagianya melihat abang-abang kantoran–yang awalnya main musik cuma sebagai iseng-iseng dan hiburan belaka, malah berakhir jadi kelompok musik yang bikin kami ternganga (karena bahagia tentunya).
Kelompok yang diisi oleh Maul Ibrahim (Vocal, Guitar), Adam Adenan (Bass, Vocal), Ildo Hasman (Drum, Vocal), serta Bima Errawan dan Dennis Ferdinand Sangi sebagai musisi tamu turut membawakan 14 lagu, terdiri dari 11 lagu dari album Memorandum (2022) dan 3 lagu dari EP Pendar (2020).
Diawali dengan opening oleh Reruntuh–moniker dari Eky Rizkani, yang seketika seperti membawakan pesan calm before the storm–alunan melodi yang membuat hanyut, seakan membawa kita menjauh dari hiruk-pikuk di sekitar panggung, membuat atmosfer di M Bloc Live House terasa tenang, damai, namun menyimpan sesuatu yang ‘besar’ di babak selanjutnya.
Sejenak setelahnya, dengan mengenakan men’s suit layaknya sehabis pulang ngantor, Perunggu yang ditunggu-tunggu pun hadir ke atas panggung. “Per Hari Ini” jadi lagu pertama yang menggebrak khalayak M Bloc Live House malam itu.
Dilanjut dengan obrolan-obrolan santai atas panggung ala Mas Maul. Gue merasa Perunggu adalah salah satu band yang sangat humble dan cukup aware dengan kenyamanan penonton. Beberapa kali Mas Maul meminta kru untuk mengoper air dalam kemasan ke penonton, dan nggak bosan-bosan untuk mengingatkan khalayak untuk selalu menjaga satu sama lain demi kelancaran showcase. Segan!
Setelah Per Hari Ini, mereka melanjutkan babak pertama dengan “Rencana Usang”, “Haru Paling Biru”, dan “Membelah Belantara”. Di bagian ini, Maul mulai membuka blazer-nya, bersiap pada sesuatu yang lebih panas di babak kedua.
Babak kedua jadi awal mula kemunculan collaborators. Iga Massardi yang tiba-tiba naik ke atas panggung meneriakkan Tu Wa Ga Pat bersama penonton? Surely, the crowd goes wild with this. “Tarung Bebas” dibawakan, bikin lo loncat-loncat dan menggila bareng penonton lainnya yang juga crowdsurfing.
Iga Massardi out, Denisa Dhaniswara in, lalu “Prematur” dibawakan! Vokalisasi dari Denisa keren abis, ditambah stage act-nya yang menengadahkan tangan ke atas, otomatis diikuti oleh penonton juga. Setelahnya, “Jenuh Kan Kutelan” dibawakan jadi penutup babak kedua.
Dua collaborators yang tersisa telah bersiap untuk lagu-lagu di babak ketiga. Diawali dengan “Ini Abadi”, menandakan bahwa pace akan menjadi lebih pelan dan lebih tenang, menikmati kemerduan suara Maul sambil sing-along di dalam masker.
“Kalibata, 2012”, momen saat Maul dan segenap khalayak merasakan hal yang sama. Rasa bangga, sukacita, dan mungkin sedikit ketidakpercayaan, karena pada akhirnya, lagu yang sakral ini dibawakan oleh penyanyi yang dicita-citakan oleh Maul, yaitu Cholil dari Efek Rumah Kaca. Merinding!
Lalu, “Pastikan Riuh Akhiri Malammu” alias PRAM dibawakan, dilanjut dengan “Canggih!” yang dibawakan bersama Karaeng Adjie dari Polka Wars dan Moon Gang.
Di babak terakhir, Perunggu menuntaskan malam dengan lagu “Menyala”, “33x”, dan “Biang Lara”. Sungguh penampilan yang bikin penonton berdecak kagum, karena pada akhirnya, diri ini berhasil menonton perhelatan musik dari abang-abang kantoran idaman secara langsung.
Terutama pada bagian “33x”. Lagu ini jadi yang paling beresonansi dengan diri, setelah banyak hal-hal kurang mengenakkan yang terjadi dalam kehidupan gue beberapa waktu belakang, rasanya lagu ini yang paling mewakili perasaan itu dan membuat gue somehow jadi lebih kuat.
Dari showcase di Sabtu malam kemarin, gue mau berterima kasih kepada Perunggu karena telah membuat gue jatuh cinta dengan musik lokal dan jadi lebih mengenal diri sendiri lewat lagu-lagu di album Memorandum. Gue juga mau berterima kasih kepada segenap sobat Froyonion, yang tentunya sudah membantu membawa band ini masuk ke dalam hidup gue.
Akhir kata, selamat buat Perunggu! Dulu main musik cuma buat seneng-seneng di antara kalian aja, tapi sekarang, seneng-senengnya bisa sama banyak orang ya. (*/)