Film serial Payung Fantasi menceritakan kisah hidup tokoh Ismail Marzuki pada masa penjajahan oleh Belanda dan Jepang. Indonesia Kaya menghadirkan kisah tersebut menjadi menarik lewat film serial musikal yang apik.
FROYONION.COM - Sutradara Naya Anindita baru saja menghadirkan film serial musikal Payung Fantasi. Film serial tersebut terinspirasi dari kisah nyata tokoh nasional Ismail Marzuki dan perjuangannya dalam bermusik sekaligus membela tanah air.
Serial musikal Payung Fantasi bakal tayang di channel YouTube IndonesiaKaya pada 26 Oktober 2022 pukul 19.00 WIB. Serial Musikal Payung Fantasi dibuka dengan nuansa kota Jakarta pada tahun 1920-an.
Semua bentuk bangunan beserta perabotannya amat terlihat vintage. Latar tempat yang disusun sangat menggambarkan nuansa kota Jakarta pada tahun tersebut.
Yang paling membangun nuansa vintage dalam Payung Fantasi adalah latar musik dan scoring yang diputar di sepanjang film. Di tengah lalu lalang masyarakat kota, lagu karya Ismail Marzuki mengalun satu per satu dan menghidupkan suasana.
Awalnya Payung Fantasi memang terlihat seperti film musikal biasa (tokoh utama menari sambil bernyanyi diikuti oleh oleh semua orang), lalu satu demi satu konflik kian berdatangan. Sebagaimana lo tahu, menjadi musisi terkenal memang tidaklah mudah.
Dalam film serial Payung Fantasi, orang terdekat tokoh Ismail Marzuki bahkan meragukan mimpinya tersebut. Belum lagi keadaan yang menyulitkan lantaran Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda dan Jepang, membuat orang pada umumnya berpikir untuk mengambil pekerjaan yang “aman-aman” saja.
Menjadi musisi pada masa penjajahan, dalam film serial Payung Fantasi, memiliki tantangannya sendiri. Pada masa itu, musik Indonesia mengalami diskriminasi, misalnya dalam memilih lagu apa yang akan diputar di radio. Belanda sebagai penjajah kerap mengutamakan lagu asal Belanda untuk diputar.
Hal tersebut ternyata berpengaruh kepada mental masyarakat Indonesia yang terbagi menjadi dua: menyerah kepada keadaan atau melawan. Tentu saja Ismail Marzuki memilih untuk melawan. Konflik yang hadir dalam film serial Payung Fantasi mulai begitu terasa ketika memasuki episode ke-2.
Tokoh Ismail Marzuki diperankan oleh Gusty Pratama. Terdapat juga Mariska Setiawan yang berperan menjadi Eulis Andjung. Selain mereka berdua sebagai karakter utama, film Payung Fantasi juga dimeriahkan oleh Afgan, Sal Priadi, Daniel Adnan juga Titik Puspa.
Peran masing-masing aktor dan aktris sangatlah oke, bisa jadi hal ini adalah buah dari menyatukan seni teater ke dalam seni film menjadi sebuah kolaborasi yang menarik. Sinematografi yang dihadirkan rasanya cukup bagus.
“Senang melihat banyak talenta baru bermunculan, artinya kecintaan terhadap literasi budaya akan terus lestari dan meregenerasi. Apalagi Ismail Marzuki merupakan sosok seniman, komposer, dan pahlawan nasional yang sangat memberi pengaruh dalam dunia seni musik Tanah Air. Banyak lagu gubahan beliau yang hingga kini masih terus diputar dan didengarkan, baik dalam wujud asli maupun berbagai gubahan baru,” kata Garin Nugroho selaku produser pelaksana.
Salah satu bagian favorit selama menonton film serial Payung Fantasi adalah alunan musik keroncong dan lirik lagu karya Ismail Marzuki yang apik.
Film serial Payung Fantasi turut melantunkan lagu pertama ciptaan Ismail Marzuki yang ditulis dalam bahasa Belanda. Lagu tersebut merupakan simbol kehidupan masyarakat Indonesia yang tertindas di era penjajahan, sekaligus menjadi sebuah penghargaan pada kehidupan warga yang sederhana.
“Kami memutuskan untuk mengangkat kisah dan karya Ismail Marzuki, yang bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda ke dalam format serial musikal yang bertajuk Payung Fantasi. Semoga sajian ini dapat diterima dengan baik dan memperoleh apresiasi yang tinggi dari para penikmat seni dari berbagai wilayah di Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Indonesia Kaya.
BACA JUGA: 3 FILM REKOMENDASI BUAT KOBARIN SEMANGAT PATRIOTISME LO