Manga Blue Period ini mengajarkan kita apa arti berbakat dan kerja keras yang sesungguhnya. Memangnya seperti apa?
FROYONION.COM - Blue Period atau masa biru ini termasuk manga slice of life yang menceritakan perjalanan menemukan spesialisasi dan passion seseorang bernama Yatora Yaguchi. Penulisnya yang bernama Tsubasa Yamaguchi ini seolah memberikan motivasi kepada pembacanya bahwa semua orang itu sama.
Dengan kata lain, semua orang di dunia ini memiliki bakat tersendiri. Hal ini disampaikan di chapter awal manganya yang menceritakan kisah bagaimana Yatora mencari kesenangannya dalam berkarya melalui lukisan. Manga ini juga memberitahu kita bahwa kerja keras itu diperlukan sekalipun kita bersenang-senang.
Bagi teman-temannya, Yatora ini sosok berandal yang sangat cerdas. Ia murid SMA teladan di sekolahnya dengan nilainya yang cukup bikin orang disekitarnya merinding. Kenapa gue bilang begitu? Pasalnya, Yatora ini punya kehidupan yang bertolak belakang, seperti merokok, menindik telinganya, dan suka bohongin orang tuanya dengan alasan tidur di rumah temannya.
Padahal yang sebenarnya ia lakukan adalah begadang nonton bola sampai pagi di kedai bersama teman-temannya yang suka mabuk-mabukan. Dia melakukan itu dengan alasan agar dia bisa diterima oleh orang sekitar. Padahal Yatora sendiri tidak yakin apakah hal yang dilakukannya ini murni kesenangannya dia atau enggak.
Hampir setiap hari Yatora begadang menonton bola dengan teman-temannya dan pulang pagi. Jadi kehidupan sehari-harinya : pagi ke sekolah, siang pulang sekolah istirahat sebentar terus belajar, malamnya nongkrong sampai pagi, repeat. Namun anehnya, orang tuanya tidak curiga dengan apa yang dilakukan anaknya pada malam hari, dan anehnya lagi Yatora tetap berangkat sekolah walaupun pulang pagi.
Dengan lingkungan keseharian yang seperti itu, Yatora tidak terpengaruh dengannya, dan dia tetap berprestasi dengan nilainya yang sangat bagus, bahkan peringkat 4 seangkatan. Dia selalu dipuji dengan kecerdasannya, tapi dia merasa hampa karena apa yang dia lakukan selama ini hanya bekerja keras melebihi orang lain dalam belajar. Dia pikir semua orang akan sama hebatnya jika dia melakukan hal yang sama seperti yang Yatora lakukan.
Suatu ketika di sekolah, ada mata pelajaran seni yang harus Yatora ikuti, dan kebetulan waktu itu disuruh melukis pemandangan yang disukai. Yatora pada saat itu skeptis banget dengan seni. Menurutnya, menggambar itu hal yang membuang-buang waktu, tidak begitu menguntungkan, dan tidak menjamin bisa menafkahi diri. Itu dikarenakan tidak adanya standar yang pasti terkait seni, biaya sekolahnya pun terlalu mahal.
Akhirnya Yatora hanya tidur waktu pelajaran kesenian dan tidak menyelesaikan gambarnya. Pada suatu ketika, Yatora teringat dengan bungkus rokoknya yang tertinggal di bawah meja ruang kesenian, ia berniat untuk mengambilnya. Pada saat ia membuka pintu ruangan tersebut, ia terpaku dengan lukisan Mori (kakak kelas Yatora) yang sangat besar dan bagus.
Namun dia malah adu mulut sama Ryuji (temannya sejak SMP) dan mengatakan kalau dia nggak akan membuang-buang waktu dengan hal yang tidak menjamin masa depannya. Lalu dia tertohok dengan kata-kata gurunya yang intinya dia disuruh menyelesaikan gambar pemandangan kesukaannya dan menyuruh Yatora untuk lebih jujur terhadap dirinya sendiri.
“Seni adalah bahasa tanpa kata.” Itulah yang disampaikan guru kesenian Yatora. Dia juga tertohok dengan ucapan Mori (sebelumnya Yatora bilang kalau Mori itu berbakat). Mori berkata kalau dirinya tidak berbakat, dia juga memikirkan lukisan lebih banyak dari orang lain. Selain itu, Mori juga belajar cara melukis yang baik dan bagus. Tidak adil jika Mori dibilang ‘berbakat’, itu rasanya seperti dia tidak berusaha apa-apa (itu yang ada di pikiran Mori).
Setelah Mori berkata seperti itu, Yatora akhirnya menyelesaikan lukisannya, dan Yatora mendapatkan apresiasi yang baik terhadap lukisannya. Bagi Yatora, ini perasaan yang baru yang belum pernah ia rasakan, dia sangat senang saat lukisannya dipuji. Sejak saat itu Yatora lebih sering menggambar dan mengikuti ekskul kesenian di sekolahnya.
Yatora juga masuk bimbel kesenian saat kelas 3. Ia mempersiapkan dirinya untuk mengikuti tes masuk Universitas Korea dengan kurun waktu kurang lebih 2 tahun. Gue salut dengan kerja keras Yatora yang awalnya nggak minat sama sekali dengan seni tapi pada akhirnya keterima di Universitas Korea jurusan seni.
"You're so talented."
Seniman mana yang tidak pernah diomongin seperti di atas? Hampir semua seniman pasti pernah diomongin 'berbakat' sama orang awam, setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka. Bagi orang awam, berbakat dalam kesenian memiliki daya tarik tersendiri.
Satu hal yang orang awam ini tidak tau, bahwa memiliki bakat bukan satu-satunya kunci agar karya kita lebih bagus dari seniman terkenal. Orang-orang yang disebut 'berbakat' ini juga memiliki struggle sendiri dalam menjalani kehidupannya sebagai salah satu seniman.
Menurut KBBI, bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Contoh : Ia memiliki bakat melukis (menyanyi dan sebagainya). Namun, kita mengenal yang namanya ‘4 Human Endowments’, yaitu bakat alami (kesadaran diri), imajinasi (creative imagination), hati nurani (conscience), dan kehendak bebas (independent will).
Tanggung jawab kita sebagai manusia adalah memberdayakan 4 hal tersebut secara maksimal agar berguna bagi lingkungan sekitar. Bakat tersebut merupakan faktor bawaan dan lingkungan. Apabila seseorang memiliki bakat tertentu, jika diasah dan dilatih dengan baik maka bakat tersebut akan berkembang. Itu sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Yatora.
Yes, seperti apa yang dikatakan Mori senpai terhadap Yatora, begitu juga apa yang dilakukan Yatora untuk mengambil keputusannya. Bakat tidak akan berguna jika tidak adanya kerja keras dalam mengasah bakat itu sendiri. Mori sendiri juga kerja keras untuk belajar tentang perspektif, bayangan, penggunaan warna yang baik, dan sebagainya.
Berbeda lagi jika orang tersebut memang memiliki bakat alami sejak lahir, seperti karakter Yotasuke Takahashi (teman Yatora di bimbel kesenian). Dia memiliki bakat alami dalam menggambar maupun melukis, bahkan dia menggambar patung untuk pertama kalinya di bimbel dengan sangat bagus. Namun, Yotasuke ini tau bahwa bakat apa yang dia punya dan apa yang harus ia lakukan. Itu yang menjadi pembeda dengan Yatora yang harus berusaha sungguh-sungguh untuk mengembangkan bakatnya.
Jadi, kerja keras dalam mengembangkan bakatnya ini lebih penting dari bakat itu sendiri. Percuma punya potensi yang baik di bidang tertentu tapi tidak dimaksimalkan dengan baik. Begitu juga dengan yang memiliki bakat alami, kalau dia tidak tau bakat alaminya seperti apa dan tidak disalurkan dengan tepat, maka ya percuma saja.
Antara Yatora dan Yotasuke, mereka sudah melakukan hal yang benar terhadap bakat yang mereka punya. Setiap orang memilih jalan tersendiri dalam menjalani kehidupan mereka, dan mereka harus menerima resiko apapun yang dia pilih. Jadi nggak ada tuh yang namanya “Lo enak ya jadi seniman, cuma gambar doang dapet cuan.” Setiap orang pasti punya resiko tersendiri dalam mengambil jalan hidup, termasuk menjadi seniman.
Pada intinya, semua manusia memiliki bakat tersendiri yang bisa diasah sampai tajam. Lo bisa, boleh, dan berhak mencoba apapun yang menurut lo menarik. Lo pasti akan tau sendiri mana yang paling lo minati untuk dijadikan sebagai spesialisasi lo. Kerja keras dalam mengasah bakat yang kita miliki akan berbuah hasil nantinya, seiring berjalannya waktu. (*/)