“Rakyat gak butuh presiden, butuhnya perdamaian.” Itulah sepenggal lirik lagu dari Syifa Sativa, musisi asal Yogyakarta. Namun, emangnya iya rakyat gak butuh presiden?
FROYONION.COM - Kalimat di atas adalah reffrein dari lagu oleh solois yang kini berdomisili di Yogyakarta, Syifa Sativa. Judul lagunya cukup frontal, yakni “Rakyat Gak Butuh Presiden” yang termuat pada album Aku Pusing Vol. 2 (2019).
Tentang frasa frontal tersebut, bukan hanya Syifa Sativa yang mengatakannya. Sebelumnya di luar sana banyak orang-orang di warung kopi yang memperbincangkan tentang pengandaian jika jabatan presiden dihapuskan.
Padahal ini negara republik, mana mungkin presiden dihapuskan? Pertanyaan ini cukup membuat banyak orang merasa penasaran.
BACA JUGA: SINGLE DAN ALBUM TERFAVORIT 2023 PILIHAN ‘RADIO4’ YANG HARUS KALIAN DENGAR
Karena Syifa Sativa “mendeklarasikan” frasa itu lewat lagunya, kami sodorkan saja pertanyaan kepada musisi folk itu melalui pesan Whatsapp pada Rabu (10/1), “Gimana jadinya kalau negara tanpa presiden?”
Syifa Sativa pun menjawab.
“Menurut saya sih bangun otonomi setiap komunitas yang didalamnya ada struktur pengurus yang disepakati bersama melalui musyawarah seluruh individu dalam komunitas itu.” terang pria asal Yogyakarta tersebut.
“Dengan catatan distribusi dan sirkulasi sumber dayanya melalui pasar terbuka pakai alat tukar yang berpedoman pada nilai intrinsik dan kesepakatan, ini baik antar sesama individu dalam komunitas maupun antar komunitas dengan komunitas,” tambahnya.
Pria yang menggemari Woody Guthrie itu menuturkan, bahwa lagu itu tercipta karena melihat kerusuhan di sekitaran kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jakarta Pusat, sesudah dilaksanakan pemilu presiden Indonesia tahun 2019.
Ia mengaku heran, kenapa hanya karena pemilu sampai harus melakukan peperangan sesama saudara.
“Bikin lagu itu gara-gara waktu habis pemilu 2019, banyak kerusuhan di Bawaslu dan sekitarnya karena ketidakpuasan beberapa pihak. Kerusuhan itulah yang melatarbelakangi saya menulis lagu ‘Rakyat Gak Butuh Presiden’.” katanya.
“Masa gara-gara milih presiden, orang-orang malah saling bertarung, terus aparatnya juga nembak-nembak…” tambah Syifa.
BACA JUGA: PANCASONA: PERAYAAN MUSIK LAWAS YANG MASIH RELEVAN UNTUK KALANGAN MUDA
Lagu itu mendapat respons positif dari pendengarnya. Hingga kini, jumlah pendengarnya mencapai kisaran 92 ribu di Spotify.
Orang-orang merasa relate dengan lirik yang ada pada lirik lagu itu. Syifa Sativa mengatakan, bahwa tidak ada yang pendengarnya yang memberikan respons negatif.
Dalam berbagai video di YouTube saat live membawakan lagu “Rakyat Gak Butuh Presiden”, Syifa selalu mendapat sambutan dari penonton dengan mereka menyanyi bersama (sing along).
Tentang berbagai lirik yang Syifa Sativa tulis memang cukup lugas. Meskipun begitu, bukan berarti ia sedang protes.
Ia tidak pernah berharap lagu-lagunya didengar penguasa atau merubah keadaan. Syifa Sativa menulis lirik berdasarkan kenyataan sosial yang ia lihat dan rasakan.
Ia memang suka menceritakan sebuah realita hingga membuat lirik lain tentang imajinasinya yang realis, dekat dengan kehidupan sehari-harinya. Ia juga menulis lirik berlandaskan prinsip-prinsip yang diyakininya.
“Yang saya buat cuma untuk memuaskan hasrat bermusik diri saya sendiri tanpa berusaha memuaskan orang lain, jadi nulis lirik gak bakal ada beban, gas terus. Oh iya, btw saya lagi mulai sering nulis kisah-kisah realis yang ending-nya plot twist gitu,” ungkapnya.
BACA JUGA: PROMOTOR MUSIK DILARANG ADAKAN KONSER PADA DUA BULAN INI DI TAHUN 2024
Lagu-lagunya bisa jadi dianggap sebagai kritik sistem ekonomi kapitalis hingga mengkritik pemerintah. Ini riskan bersinggungan dengan pelanggaran hukum. Namun ia tidak merisaukannya. Baginya, hukum bukan penentu benar-salah yang absolut.
“Jadi, hukum itu gak semuanya selalu kebenaran, tapi itu cuma dijadiin alat. Misalnya kalau apa yang kita lakukan itu ngelanggar hukum, yang diatur segelintir orang. Sementara, bagi kita gak bersalah, ya kita mau percaya KE diri sendiri atau percaya segelintir orang yang berkepentingan [membuat hukum]," ucap Syifa Sativa.
Ia tidak terlalu ambil pusing persoalan itu. Kebenaran baginya relatif. Setiap orang punya nilai kebenarannya masing-masing.
Wong hukum aja setiap negara beda-beda, berarti kebenaran beda-beda dong tergantung kita berdiri di mana, kan udah gak logis. Kalau jadi musisi harus bersertifikat biarin aja saya jadi musisi ilegal, haha,” imbuhnya dengan mengekeh.
Musisi satu ini akan mengeksekusi album baru. Sebenarnya Syifa Sativa sudah menumpuk banyak materi di memorinya. Namun, belum juga dieksekusi di dapur rekaman.
Biasanya pria asal Purbalingga itu tiap tahun merilis album. Syifa Sativa mengaku masih berusaha keras untuk bereksperimen menentukan konsep musik yang akan diusung ke depannya.
BACA JUGA: LINEUP SYNCHRONIZE FESTIVAL 2024 FASE PERTAMA, ADA ALDI TAHER!
Sejak muncul pada 2017 hingga saat ini, Syifa Sativa sudah mengeluarkan 6 album. Album pertamanya Matilah Kau Nak dan keduanya Aku Pusing rilis pada tahun 2019.
Album ketiganya berjudul Tunggang Langgang rilis pada Juli 2020 oleh Katro Records. Lalu album keempatnya berjudul Nikmati Sajalah pada Maret 2021.
Kemudian Album kelima berjudul Tanam Sawi Di Bulan pada September 2021 oleh Gerhana Records, Singapore. Dan album terakhirnya berjudul Kelompok Tani Remaja rilis pada Februari 2022 oleh Avant Garden Records.
Atas semua karyanya, Syifa Sativa berterima kasih pada seluruh pendengarnya. Ia pun berpesan kepada pendengar agar selalu sejahtera.
“Semoga kalian selalu sejahtera dan selalu bisa saling mensejahterakan, mulai dari orang-orang terdekat kalian dulu, baru yang jauh-jauh, aamiin,” pungkasnya. (*/)