Bottlesmoker menampilkan ‘Plantasia’ dalam booth Greenpeace pada Pestapora 2023. Mereka turut mengajak penonton untuk merasakan musik lewat sentuhan dengan tumbuhan.
FROYONION.COM - Pada Pestapora 2023 hari ketiga (24/9), Bottlesmoker turut memperdengarkan “suara tumbuhan” kepada pengunjung yang mengisi booth Greenpeace Indonesia. Sesi singkat tersebut bertajuk Plantasia.
Konser Plantasia sendiri adalah album rilisan Bottlesmoker pada 2021 yang terinspirasi dari album karya Mort Garson yang berjudul Mother's Earth Plantasia.
Bottlesmoker andal dalam memodifikasi musik menggunakan instrumen dari benda-benda seperti nintendo, pun makhluk hidup, yang dalam hal ini adalah tumbuhan.
Unit asal Bandung ini adalah duo musisi elektronik, Anggung Suherman dan Ryan Adzani. Pada kesempatan tersebut, Ryan menjelaskan bahwa tumbuhan pun turut memberikan sinyal yang dapat men-trigger suara musik.
“Kita mengaplikasikan teori para ilmuwan yang sudah meneliti musik, mengikutinya dan mempraktikkannya,” terang Ryan. “Jadi tumbuhan dapat memberikan sinyal. Kemudian sinyal itulah yang kita butuhkan untuk men-trigger suara musik.”
Sebelum menampilkan Plantasia, Bottlesmoker kerap memperhatikan keadaan tumbuhan mereka terlebih dahulu, apakah sedang stress atau tidak, dan sebagainya. Pemeriksaan tersebut berlangsung sekitar 1 bulan.
Melantunkan musik di sekitar tanaman turut memberikan manfaat bagi tiap individu. Manusia dan tumbuhan akan merasa nyaman. Selain terpenuhi kebutuhan air dan pupuk, tumbuhan pun akan menjadi lebih sehat dan merasa nyaman ketika mendengar musik.
BACA JUGA: SOUND HEALING: MENGENAL FREKUENSI SOLFEGGIO UNTUK KESEHATAN MENTAL
Ryan mengatakan bahwa frekuensi yang membuat tumbuhan merasa nyaman adalah 5.000 hertz. Frekuensi setinggi itu tentu akan terasa mengganggu bila didengar oleh manusia. Suara yang disukai tumbuhan adalah suara yang bising yang repetititf sehingga menghasilkan nada.
Misalnya adalah suara deburan ombak, kicau burung, arus sungai, goncangan dahan pohon, bahkan suara konstruksi bangunan (potong keramik bisa jadi termasuk).
Bottlesmoker menyampaikan bahwa tumbuhan pun bisa mendengar dan bersuara. Mereka memodifikasi suara yang mereka tangkap dari tanaman dan memprogramnya menjadi notasi, scale, dan volume.
“Mereka (tumbuhan) mendengar bukan pakai telinga, tapi pakai getaran,” terang Ryan. “Meskipun tumbuhan tidak mengenal (secara bahasa) kata-kata kasar atau negatif, mereka bisa mengetahui kalau manusia sedang berbicara kasar, marah, dan lain sebagainya.”
BACA JUGA: REKOMENDASI TANAMAN HIAS DALAM RUANGAN UNTUK ANAK KOS
Menurut Ryan, kalimat yang diucapkan oleh manusia turut memengaruhi makhluk hidup lain, dalam hal ini adalah tumbuhan. Makhluk hidup tentu memiliki perasaan. Tumbuhan pun akan merasakan sesuatu ketika dicabut, diinjak, ataupun dibuang.
Pemutaran musik di sekitar tanaman merupakan bentuk ucapan terima kasih karena telah memberikan udara segar di tengah masalah polusi udara yang melanda kita. Dalam waktu dekat—tepatnya Selasa, 26 September 2023—Bottlesmoker akan berbagi cerita tentang relasi antara musik dengan tumbuhan di Kulon Progo, Yogyakarta. (*/)