Kehadiran pendeta dan penyanyi rohani Kristen, Sidney Mohede jadi hal baru di Synchronize Fest 2024. Pengunjung dari berbagai latar belakang agama berkumpul untuk menyaksikan penampilan tersebut.
FROYONION.COM - Di negara yang heterogen seperti Indonesia, kebebasan untuk beribadah kepada Yang Maha Kuasa dengan cara masing-masing bukan hal yang mudah untuk diwujudkan.
Gamblang saja, hingga tahun 2024 ini masih ada kasus intoleransi yang terjadi pada Hari Nyepi lalu.
Di mana umat Hindu di Bali harus menghadapi sikap wisatawan yang tidak menghormati tradisi-tradisi yang dijunjung selama perayaan Nyepi–seperti tidak keluar rumah dan tidak melakukan kegiatan yang menimbulkan kebisingan.
Kasus intoleransi juga dihadapi oleh umat Katolik di Tangerang Selatan yang hendak memanjatkan doa Rosario. Beberapa warga meminta agar doa Rosario dihentikan, dengan alasan terganggu.
Walau kedua kasus di atas menitikberatkan pada aksi oknum yang intoleran, tetap butuh perjuangan bersama untuk meningkatkan angka toleransi antarumat beragama di Indonesia.
BACA JUGA: REFLEKSI KEHILANGAN DAN PENERIMAAN DALAM ALBUM TERBARU FEBY PUTRI
Seperti pelaksanaan misa akbar yang dilakukan saat Paus Fransiskus berkunjung ke Jakarta.
Menurut pengakuan para umat Katolik yang hadir di Gelora Bung Karno saat itu (5/9), misa berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan yang berarti.
Bagi ribuan masyarakat Indonesia yang menghadiri misa saat itu, tanggal 5 September menjadi hari yang bersejarah.
Karena di negara dengan mayoritas Muslim (87,2% dari total penduduk), mereka dapat melangsungkan ibadah dengan khusuk di sebuah lapangan luas–bukan di dalam rumah ibadah.
Fenomena serupa juga baru-baru ini terjadi di sebuah festival musik yang dilaksanakan di Jakarta pada 5 Oktober lalu.
Di sebuah panggung yang berlokasi di Gambir Expo, Kemayoran, berdiri seorang pendeta sekaligus penyanyi rohani yang sudah eksis sejak tahun 1996.
Orang itu adalah Sidney mohede–dan festival musik itu adalah Synchronize Fest.
Di awal setelah Sidney melangkahkan kakinya di atas panggung, sebuah ayat Alkitab ditampilkan pada layar LED. Ayat itu berbunyi:
“Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu.” - 1 Tawarikh 29:13
Menyapa ratusan pengunjung yang berkumpul di depan panggung District, Sidney berkata, “Saya tahu bahwa teman-teman datang untuk menonton selama tiga hari ini di Synchronize Fest ‘Together Bersama’, kalian ingin menyaksikan semua band dan penyanyi favorit kalian.”
“Tetapi izinkan selama 60 menit ke depan ini tidak ada yang menonton, hanya satu yang menonton. Bahwa kita semua akan meninggikan dan memuji nama Tuhan kita untuk pertama kalinya dalam sebuah festival musik di Indonesia.”
BACA JUGA: NOSTALGIA LAGU-LAGU ANAK DI PANGGUNG SYNCHRONIZE 2024
Sontak seluruh penonton bersorak, meneriakkan kesetujuan dan kegembiraan akan momen ini.
Maka setelah manifestasi itu, selama 1 jam, puji-pujian rohani Kristen dilantunkan dengan seru sekaligus khusuk–dan yang terpenting dengan aman.
Tak jarang didapati para penonton mengangkat tangan mereka, memejamkan mata, dan sambil berdoa.
Sebuah gesture yang hanya bisa dilakukan di dalam gereja namun ajaibnya kali ini di tengah sebuah festival musik.
Di samping itu, sisi musikalitas yang dibawakan oleh Sidney Mohede dan anggota band yang mengiringi sangat apik.
Beberapa lagu rohani yang familiar seperti “Memandang Wajah-Mu” dan “Ku Di’Bri Kuasa” juga diaransemen ulang dengan lebih modern.
Tak heran, formasi panggung ini juga adalah nama-nama hebat di industri musik Indonesia. Seperti Ronald Steven pada bass yang menjadi penata musik untuk Mahalini Raharja.
Secara keseluruhan, penampilan Sidney sangat memuaskan baik dari segi musik maupun kerohanian. Kiranya aksi toleransi ini tidak berhenti sampai sini saja, melainkan sebuah awal bagi Indonesia yang semakin toleran. (*/)
BACA JUGA: PERSEMBAHAN UNTUK KAUM GAMON, AWDELLA RILIS SINGLE ‘SETENGAH MATI’