Melalui lagu "Please, Please, Please, Let Me Get I Want", lirik yang sangat pendek, tapi pesan-pesan yang disampaikan masih sangat relevan hingga generasi sekarang.
FROYONION.COM - Rasa muak atas kegagalan, dan kekecewaan sering dialami oleh manusia. Peristiwa semacam itu merupakan hal yang paling sering dialami oleh Gen Z. Seakan masalah dijadikan sebagai teman dalam menjalani kehidupan.
Mulai dari masalah percintaan, keluarga, dan hingga pekerjaan adalah suatu hal yang paling sering dialami. Generasi sekarang, generasi yang rentan menyerah dengan keadaan. Kalau dalam bahasa Jawa sering disebut dengan "gapuk", lemah.
Bukankah kita dari kecil sudah diajarkan untuk semangat dan pantang menyerah?
Sebenarnya peristiwa semacam itu sudah dituliskan oleh Morrissey dan Johnny Marr lewat lagu miliknya. Melalui The Smiths, mereka menciptakan lagu yang berjudul "Please, Please, Please, Let Me Get I Want" yang fenomenal itu.
Peristiwa seperti itu sudah jauh-jauh era generasi dituangkan melalui karya musik oleh The Smiths. Memang, suatu karya musik yang relevan dan bisa menyampaikan pesan, bisa dibilang karya yang sangat apik.
Lagu ini merupakan bentuk kemarahan Morrissey atas keburukan dunia yang begitu jahat. Kemarahan itu seakan berusaha menghancurkan tembok besar yang bernama egois. Sedikit demi sedikit mencoba untuk meruntuhkan, meskipun itu sia-sia. Mustahil.
Lagu ini masuk dalam album Hatful of Hollow yang berisikan 16 track lagu. "Please, Please, Please, Let Me Get What I Want" merupakan salah satu lagu menceritakan perihal ketakutan, kegagalan dan kekecewaan.
Lagu yang menurut saya terbilang sangat pendek bagi genre indie rock. Bagaimana tidak, lirik hanya 4 paragraf saja. Itupun kalau didengarkan akan membuat air mata kalian keluar perlahan-lahan.
Haven’t had a dream in a long time / See, the life I’ve had / Can make a good man. Bad!
Dari penggalan lirik ini kita bisa melihat bahwa demi kebahagiaan, menjadi jahat dan buruk bukanlah masalah. Melakukan segala macam cara apapun demi kebahagiaan bukanlah masalah, meskipun dibayar kejahatan.
So for once in my life / Let me, get what I want ! / Lord knows it would be the first time / Lord knows it would be the first time.
Sedangkan dari paragraf terakhir kita diperlihatkan bahwa masih ada harapan, meskipun itu hanya sekali seumur hidup. Tetaplah hidup, meskipun tak berguna.
Entah, sudah berapa kali saya mendengarkan lagu ini. Meskipun banyak pro dan kontra, lagu ini tetaplah karya. Abadi dan suci.
Tetapi jika diberi kesempatan untuk bertemu Morrissey, saya akan menjabat tangannya lalu bertanya: Apakah kamu tidak memikirkan perasaan penggemarmu? mengingat penggemarmu bukanlah saya saja, melainkan ada jutaan orang. (*/)