
Lagu "Shooting Screams" oleh *Pheromones ini merupakan kontemplasi untuk melihat ke dalam diri, bahwa ada otoritas pikiran yang mengontrol manusia.
FROYONION - *Pheromones adalah band alternative rock asal Jakarta. Dengan mengkombinasikan post rock, emo, hingga hardcore, kelompok musik yang eksis sejak tahun 2022 itu berhasil melahirkan karya eksperimental berjudul Soothing Screams pada 31 Januari 2025 lalu.
Soothing Screams merupakan maxi single, yakni single yang di dalamnya lebih dari satu lagu. Dalam hal ini, maxi single yang dikeluarkan *Pheromones terdapat dua lagu, antara lain “Soothing Screams: Confinement” dan “Liminal”.
Maxi single ini ditulis oleh sang vokalis Adhi (Gori). Ini merupakan lagu tentang pemberontakan terhadap pikiran yang tanpa disadari dapat mengendalikan tubuh tanpa batas.
“Single ini layaknya menjadi sebuah pengingat kepada pendengar bahwa terkadang kekuatan pikiran bisa mempengaruhi seseorang dengan sangat kuat,” tulis Gori kepada Froyonion.com.
Pada lagu pertama, "Soothing Screams: Confinement" berdurasi singkat kurang dari dua menit. Sejak detik pertama, lagu ini terdengar bising dengan pukulan chinese cymbals yang intens hingga akhir.
Lagu ini adalah gerbang pembuka untuk pendengar dalam memahami situasi betapa menderitanya seseorang yang dikendalikan pikiran. Penderitaan itu dapat dirasakan melalui teriakan lirih sang vokalis.
Karakter musiknya yang cukup riuh karena distorsi dan gaung dari gitar, membebat teriakan lirih Gori itu sehingga musik yang mereka buat menyempurnakan maksud dari lirik yang mereka tulis, yakni tentang pemberontakan terhadap kendali pikiran yang tiada batas.
Dari lagu pertama bersambung ke lagu kedua berjudul “Liminal”. Liminal berarti ambang batas. Di lagu kedua itu, pikiran telah berhasil menguasai diri seseorang.
“Dengan bisikan, ejekan, dan hasutan, pada akhirnya pikiran mulai berhasil mengambil kontrol penuh,” kata Gori.
BACA JUGA: SINGLE ‘SOFA’ DARI LOMBA SIHIR SIAP MEMBAWAMU MEMAKNAI SAHABAT SEJATI
Karakter musik di lagu kedua itu lebih dinamis sebagai bagian dari keberlanjutan lagu pertama yang terdengar sengaja dibuat monoton. Ini adalah penegasan bahwa pikiran telah berhasil mengambil alih diri.
Dengan unsur riff gitar khas hardcore yang dibuat twanky membawa kita di situasi genting yang tidak dapat dihentikan sebagai akibat dari berhasilnya pikiran menguasai diri.
“Sehingga kita bisa tenggelam dalam pikiran kita sendiri dan membawa kita ke arah yang tidak menentu,” terang Gori.
Dikutip dari Pophariini, nama band terinspirasi dari feromon, yakni zat kimia yang ada dalam tubuh hewan. Zat ini digunakan sebagai alat komunikasi antar sesama spesies.
Terkait penambahan simbol asterik (*) di awal huruf, alasan estetika menjadi penyebabnya. Selain itu, ini juga dapat menjadi pembeda dengan moniker kelompok musik lain yang barangkali memiliki nama yang sama.
Untuk diketahui saat ini di dalam band terdapat empat personil. Mereka adalah Ferby sebagai drummer, Anandito Jr. sebagai bassist merangkap vokalis, Adeed sebagai gitaris dan Adhi ‘Gori’ sebagai gitaris merangkap vokalis. (*/)