Plastic Tree bercerita tentang proyeksi masa depan bumi yang terasa ngeri. Pohon sudah tidak ada lagi. Akhirnya manusia pun menciptakan pohon dari plastik sebagai replika dari wujud pohon yang sudah tiada.
FROYONION.COM - Coba kalian bayangkan, masa depan bumi dengan manusia yang serakah dan sumber daya alam yang terbatas. Keadaan bumi yang rasanya kian memburuk tersampaikan dengan baik lewat lagu “Plastic Tree” oleh Endah N Rhesa.
Alunan folk oleh Endah N Rhesa mengalir dengan teratur bersama lirik-liriknya yang menyayat hati. Mendengar lagu tentang bumi ini dengan saksama rasanya mampu untuk membuat mata jadi berkaca-kaca.
Masa depan kerap hadirkan kemegahan, sekaligus kengerian. Saat itu, mungkin bumi sudah tidak lagi memiliki sebatang pohon pun, lalu manusia menggantinya dengan pohon plastik—yang tidak menghasilkan oksigen.
BACA JUGA: HARMONISASI KONSER INTIM PANJI SAKTI DI BAWAH PURNAMA
Di masa depan, mungkin saja wujud burung hadir dalam bentuk prototipe. Ia bergerak dengan daya baterai. Lalu lalangnya di udara pun sekadar untuk menghiasi langit luas yang berwarna gelap.
Tidak terbayang menghirup udara pada masa itu akan seperti apa rasanya. Burung asli pun mungkin akan memilih berjalan kaki daripada menelan racun di udara.
Lebah pun demikian, ia akan terganti dengan wujud robot hitam-kuning yang berterbangan dengan baterai. Terdapat garis tipis antara menakjubkan dan mengerikan terhadap dunia yang serba artificial ini.
“Sedih rasanya membayangkan [masa depan dengan] manusia membuat pohon dari plastik karena tidak adanya pohon [asli] dan burung yang memakai baterai. Semuanya palsu. Dengan keterlambatan [merawat bumi] seperti itu, sepertinya kami mau minta maaf dulu pada bumi,” ujar Rhesa Aditya, basis Endah N Rhesa.
Lagu “Plastic Tree” dengan tajam menggambarkan harga yang harus dibayarkan dari eksploitasi alam. Endah N Rhesa mendorong pendengar untuk merefleksikan apakah manusia sudah terlambat dalam merawat bumi dan meninggalkan penyesalan.
Pada proses pembuatan lagunya, Endah N Rhesa melakukan cukup banyak eksperimen. Mereka coba hadirkan lagu ini se-“plastik” mungkin dengan mencari berapa frekuensi suara plastik lalu memadukannya dengan vokal Endah Widiastuti, vokalis Endah N Rhesa.
Proses baru semacam ini rasanya menyenangkan bagi mereka. Namun, tidak hanya rasa senang, Endah mengaku sudah menangis berkali-kali dalam pembuatan liriknya, hingga akhirnya lagu “Plastic Tree” rilis.
“Aku paling cengeng sepanjang workshop dan sempat mengalami mental breakdown di hari kedua. Ini merupakan masalah yang berat, dan sebagai musisi, kami harus punya cara untuk mengekspresikan kekhawatiran, ketakutan,” ujar Endah.
“Meski bukan bermaksud menakut-nakuti, faktanya ada semua, bahwa di kurun waktu tertentu krisis ini akan terjadi. Paska workshop waktu itu aku hampir tidak bisa ikut press conference di Bali karena aku merasa hancur melihat kenyataan yang terjadi,” tambahnya.
BACA JUGA: ‘HOMETOWN’ OLEH MAHANADA, BAWA NUANSA KERINDUAN AKAN KAMPUNG HALAMAN BAGI PENDENGARNYA
Sebelum merilis lagu “Plastic Tree”, Endah N Rhesa mengikuti workshop di Bali bersama dengan 12 musisi lainnya. Mereka belajar bersama Greenpeace, Bijak Memilih, dan Kopernik perihal keadaan lingkungan alam di Indonesia.
“Workshop tersebut memberikan insight berupa fakta dan data bagaimana krisis ini berlangsung dan dampaknya buat kita,” terang Endah kepada Froyonion.com. “Krisis iklim ini sebetulnya sudah kita rasakan, dan kini kita perlu menyadarinya.”
Sejumlah 13 musisi yang terlibat dalam album sonic/panic membawa karakter musik yang berbeda-beda. Kolaborasi ini menghadirkan Endah N Rhesa, Iga Massardi, Navicula, Tony Q Rastafara, dan Tuantigabelas.
Tergabung juga Iksan Skuter, FSTVLST, Made Mawut, Nova Filastine, Guritan Kabudul, Kai Mata, Rhythm Rebels, dan Prabumi. Album sonic/panic diproduksi oleh Alarm Records, label rekaman sadar iklim pertama di Indonesia yang dibentuk oleh ke-13 tersebut.
Album sonic/panic terdiri dari 13 lagu oleh 13 musisi dengan berbagai genre, seperti hip-hop, rock, blues, electronica, reggae, pop, hingga world music. Topik yang diangkat pada tiap lagu pun beragam, seperti isu krisis iklim, degradasi alam, polusi plastik, dan panggilan untuk aksi nyata secara kolektif.
Semua lagu dalam album sonic/panic akan rilis pada 4 November dan bisa kalian dengarkan lewat berbagai platform musik. Para musisi pun akan hadir pada peluncuran album sonic/panic dalam acara Iklim Fest (4/11) di Monkey Forest Ubud, Bali. (*/)