
Di tengah situasi sosial-politik yang memanas, panggung musik sonic/panic Jakarta menawarkan ruang kolaborasi yang dinamis. Sejumlah 28 musisi tak hanya tampil, tapi juga protes lewat caranya masing-masing.
FROYONION.COM - Di tengah situasi sosial-politik yang tengah menghangat belakangan, sehangat suhu bumi yang kian memanas akibat pemanasan global, konser sonic/panic Jakarta pada 22 Februari lalu menjadi gaung protes yang tak dapat dibungkam.
Acara yang sukses terlaksana di M Bloc Space berkat kolaborasi antara IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) dan M Bloc Entertainment; mengambil peran sebagai panggung yang menyoroti krisis iklim.
Tak sampai di situ saja, di tengah isu pembungkaman atas kebebasan berekspresi dan protes terhadap kebijakan penguasa yang tidak pro lingkungan, panggung sonic/panic menjadi suaka bagi para musisi menyuarakan keresahan.
Dengan mengusung tajuk “Hutan Punah, Kota Musnah” acara yang dihadiri 500 penonton tersebut, menampilkan beberapa musisi yang menyampaikan keresahan lewat musik.
Selain Efek Rumah Kaca ft. Adrian Yunan, hadir juga musisi seperti Barasuara, Endah N Rhesa, Voice of Baceprot, Navicula, REP & Tuantigabelas, Matter Mos, Petra Sihombing, Made Mawut, dan Bachoxs.
Acara ini lahir akibat dari meningkatnya kekhawatiran terhadap kebijakan penguasa yang berpotensi semakin memperparah kerusakan lingkungan.
Kebijakan-kebijakan yang diketok belakangan, berisiko mendorong eksploitasi sumber daya alam secara lebih membabi buta, deforestasi, hingga mengancam ruang hidup masyarakat adat dan ekosistem.
BACA JUGA: PESAN MENDALAM ENDAH N RHESA ATAS CINTANYA PADA BUMI LEWAT LAGU ‘PLASTIC TREE’
Dari sinilah tajuk “Hutan Punah, Kota Musnah” lahir sebagai pengingat bahwa kelangsungan hidup kita sangat bergantung pada hutan yang sehat.
Berangkat dari semangat itu, acara ini mengusung konsep ramah lingkungan dengan tujuan menginspirasi ekosistem musik yang lebih sadar terhadap lingkungan.
Namun, konsep mencintai dan ramah lingkungan tidak hanya tercermin dalam lagu-lagu yang dibawakan di panggung sonic/panic Jakarta. Melainkan juga lewat aksi nyata.
Aksi tersebut mereka buktikan lewat diterapkannya praktik yang lebih berkelanjutan dalam penyelenggaraannya.
Acara ini misalnya menyediakan water refill station untuk mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai, serta memastikan tidak ada produk dengan kemasan plastik sekali pakai yang digunakan sepanjang acara, baik oleh pengunjung maupun musisi.
Makanan dan minuman untuk musisi serta panitia disajikan dalam wadah yang dapat didaur ulang, dengan peralatan makan dan gelas yang dapat digunakan kembali. Bahkan, gelang panitia dibuat dari kain perca sebagai bentuk komitmen terhadap pengurangan limbah.
Upaya ini menegaskan bahwa industri musik dapat mengambil langkah nyata untuk lebih ramah lingkungan.
Namun selain menjadi ruang untuk membahas urgensi perlindungan lingkungan, acara ini juga menjadi media kampanye #IndonesiaGelap yang ramai berkibar di media sosial.
Tagar tersebut mencerminkan keresahan publik terhadap situasi sosial-politik saat ini, semakin menegaskan perlunya keterlibatan masyarakat dalam mengawal kebijakan negara.
Bahkan bisa dibilang acara ini menjadi wadah bagi mereka yang ingin melawan isu pembungkaman kebebasan berekspresi seperti yang dialami band Sukatani beberapa waktu lalu.
Menampilkan musisi dari beragam genre, panggung sonic/ponic menjadi ruang kolaborasi yang dinamis. Sehingga acara ini mampu menghadirkan pertemuan lintas genre dalam berbagai momen spesial di atas panggung.
Sebagaimana yang diperlihatkan band Efek Rumah Kaca yang tampil bersama mantan personelnya, Adrian Yunan.
Usai penampilan yang sarat akan nuansa nostalgia, panggung mereka semakin pecah dengan kolaborasi bersama Robi Navicula, Iga Massardi, Petra Sihombing, dan Endah Widiastuti dari Endah N Rhesa.
Penampilan dari Petra Sihombing dan Matter Mos ikut menjaga acara tetap semarak, terlebih berkat hadirnya Teddy Adhitya.
BACA JUGA: BARASUARA RILIS ALBUM KETIGA: JALARAN SADRAH, CAHAYA DARI KEGELAPAN
Namun, tak hanya menjadi wadah untuk menghadirkan kolaborasi antar musisi, sonic/panic juga hadir sebagai ruang untuk bertumbuh dalam perjalanan berkarya. Seperti yang diungkapkan oleh Iga Massardi, salah satu musisi yang ikut menyertakan lagunya dalam kompilasi sonic/panic vol. 1.
“Rasanya sangat berbeda, ya. Dalam proses menciptakan lagu, saya semakin terdorong untuk membahas hal-hal yang lebih nyata dan memiliki dasar yang kuat. Hal ini juga berpengaruh pada album terbaru saya,” ungkapnya.
Iga Massardi juga mengungkapkan refleksinya soal bagaimana sonic/panic memengaruhi proses kreatifnya baik secara artistik maupun dari sisi humanis.
“Secara artistik, saya ingin menyampaikan pesan, tetapi dari sisi humanis, saya semakin menyadari bahwa setiap hal yang kita konsumsi dan gunakan sehari-hari memiliki dampak. Kesadaran ini membuat saya lebih berhati-hati dan bijak dalam memilih produk yang saya gunakan,” pungkasnya.
Sama seperti kompilasi pertamanya, album sonic/panic vol. 2 juga menghadirkan beragam musisi multi-genre yang diikat oleh satu benang merah yakni kemarahan terhadap krisis iklim.
Di edisi 2 kali ini, terdapat 15 musisi yang bergabung dengan berbagai genre yang mereka usung mulai dari rock, pop, hip hop, elektronika, folk hingga metal.
BACA JUGA: VIDEO KLIP ‘RIMPANG’ EFEK RUMAH KACA DISUTRADARAI OLEH DIAN TAMARA
Dirilis pada November tahun lalu, terdapat 15 lagu bernafaskan sama yang menyuarakan tentang keprihatinan terhadap krisis iklim dengan penguasa kapital sebagai villain utamanya. Berikut lagu-lagu yang terangkum dalam album kompilasi tersebut!
1. Blind to Our Plight - Asteriska
2. Pengusik - Matter Mos
3. Tiada Tuhan Selain Pemilik Kapital - Efek Rumah Kaca
4. Tiny Blue Dot - LAS!
5. Rumah Tanah Tidak Dijual - Voice of Baceprot
6. Harapan - Petra Sihombing
7. Trap Hard - Rhosy Snap, Aita On The Beat
8. Natural Disaster - Daniel Rumbekwan
9. Asap dan Api - Jangar
10. Era - Biophonica, NATURE, Wake Up Iris
11. Prahara Jenggala - Down for Life
12. Folk Culture - The Vondallz
13. Last Voyager - Poker Mustache
14. Kepala Batu yang Membara - Bachoxs
15. Manusia - BSAR
Album kompilasi sonic/panic vol. 2 sudah bisa didengarkan di berbagai platform streaming digital. Selamat mendengarkan! (*/) (Photo credit: Music Declares Emergency Indonesia)