Music

PANCASONA: PERAYAAN MUSIK LAWAS YANG MASIH RELEVAN UNTUK KALANGAN MUDA

Rangkaian acara oleh Alunan Nusantara, Bandung, baru selesai pada 24 Desember. Kalian bisa menyimak proses kreatif di balik acara pre event Malaria hingga Pancasona lewat tulisan berikut ini.

title

FROYONION.COM - Berawal dari minat yang sama dalam mengulik juga mengarsipkan rilisan musik Indonesia lawas, hingga akhirnya menjadi sebuah kolektif yang bisa bergerak, Alunan Nusantara sudah menginjak umur lima tahun. 

Kalimat “dari koleksi jadi arsip” cukup mewakilkan perjalanan Alunan Nusantara (berikutnya disebut Alunan) dalam kiprahnya di skena musik Indonesia. 

Alunan cukup berhasil membuktikan, bahwa musik Indonesia lawas dan musik kedaerahan yang mereka angkat kembali, dapat menjadi sesuatu yang bisa dinikmati khalayak luas. Tak terbatas pada usia dan letak geografis.

Alunan Nusantara
Alunan Nusantara dan segenap tim yang bertugas. (Dokumentasi Penulis)

BACA JUGA: KARENA BANDUNG ADA, MAKA GANG NIKMAT ADA: KISAH RESTORAN TAK BIASA DI SUDUT CIHAPIT

Bagaimana tidak, para penggemar Alunan itu sendiri tak hanya datang dari Bandung, yang mana kota Alunan Nusantara itu berasal. Bahkan dari lintas pulau hingga benua menggemari apa yang Alunan sajikan selama ini. 

Cara mengemas juga menyajikan musik lawas dengan cara modern, juga dengan sering hadirnya mereka dalam acara musik sebagai pengisi acara, kolaborator, dan lainnya, membuat Alunan Nusantara semakin dikenal oleh berbagai kalangan. 

Pada acara perayaan mereka di tahun ke-5 ini, Pancasona menjadi jenama yang diambil karena kata “Panca” mewakili umur mereka pada saat ini. 

“Pancasona” juga memiliki arti yang sejalan dengan tugas suci Alunan, yaitu menghidupkan kembali sesuatu yang sudah tiada. Mari kita telisik sedikit proses kreatif mereka dalam meramu sebuah acara juga lika-liku yang dihadapi. 

LATAR BELAKANG PEMBUATAN PANCASONA

Penulis melakukan wawancara dengan beberapa konseptor Pancasona yaitu Arbhi, Bani, Vini, Farhan dan Faris. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa 2023 menjadi ulang tahun Alunan Nusantara yang ke-5. 

Arbhi menuturkan bahwasanya pada usia Alunan saat ini menjadi hal menarik jika dibuat sebuah perayaan. Ide tersebut terlintas ketika mereka menjadi kolaborator dari sebuah pameran dan showcase dari rekan se-permusikan mereka di Bandung. 

Pada showcase tersebut, Alunan mengisi sisi pameran dengan memamerkan cover album dari band lawas yang telah mereka pilih. Hingga akhirnya terbesit di benak Argra, yang juga member dari Alunan, untuk membuat sebuah acara mereka sendiri. 

BACA JUGA: REKOMENDASI 3 PASAR THRIFTING FAVORIT DI BANDUNG!

Pada momen selanjutnya, mereka memantapkan niat untuk membuat sebuah acara, hingga tercetuslah tema tentang musisi-musisi Bandung lawas, dengan harapan agar lebih mengenalkan musisi-musisi Bandung itu sendiri, pada lingkup yang lebih luas. 

Sekaligus mengukuhkan, bahwasanya Alunan Nusantara berasal dari Bandung—dikarenakan banyak yang mengira bahwa mereka adalah kolektif musik dari Jakarta.

Bani juga menambahkan bahwa ada kritik dan demand dari para rekan, juga penggemar, agar Alunan Nusantara membuat sesuatu yang tidak itu-itu saja. 

Tanpa sengaja, Irama Nusantara yang menjadi pendahulu dari Alunan Nusantara juga sedang merumuskan acara ulang tahun mereka yang ke-10, sehingga menjadi momentum yang tepat untuk Alunan Nusantara semakin yakin melanjutkan acara mereka sendiri. 

Singkat cerita, tercetuslah Pancasona yang awalnya akan diadakan pada bulan Oktober. Namun, karena satu dan lain hal, acara tersebut dijadwalkan ulang pada bulan Desember dengan tempat yang dan konsep juga pengisi acara yang disesuaikan.

ALUNAN NUSANTARA SEBAGAI MITRA KREATIF 

Alunan kerap berkolaborasi dengan kolektif lain, salah satunya adalah 109 Harbour asal Bandung. 109 Harbour sendiri adalah sebuah kolektif kreatif studio desain, yang mana juga rekan atau babarudakan dengan Alunan Nusantara. 

Jika membahas dari sisi kreatif acara Pancasona yang dipegang oleh 109 Harbour, Farhan menuturkan bahwa mereka dipertemukan oleh sebuah project bersama sebelum ide Pancasona ini terwujud. Project itu sendiri menjadi ide awal kolaborasi antara 2 kolektif tersebut. 

Berlandaskan konsep yang sudah dimiliki oleh Alunan Nusantara, 109 Harbour membedah dan menjadikannya acuan dalam meramu sisi kreatif dari acara Pancasona. 

Maka dari konsep tersebut terwujud-lah beberapa visual yang salah satunya diambil dari perasaan berkeliling kota dengan Angkot/Angkutan Umum di kota Bandung, mereka membagi kota Bandung menjadi 5 wilayah berdasarkan daerah dan warna angkot di kota Bandung.

BACA JUGA: JANGAN LIBURAN KE BANDUNG SEBELUM BACA REKOMENDASI YANG SATU INI

Pameran Pancasona
Penataan Display Pameran. (Dokumentasi Penulis)

Lalu dari 5 wilayah Bandung itu sendiri, Alunan membagi berdasarkan stereotip yang diambil dan dikumpulkan dari cara masyarakat Bandung menilai sisi apa saja yang terlihat dominan dan merepresentasikan tentang 5 wilayah Bandung tersebut.

Oleh sebab itu, mereka membagi tiap daerah Bandung yang diwakili oleh musik dan musisi-musisi dari Bandung berdasarkan stereotip tersebut. Dengan hasil yang diharapkan ada diskusi dari setiap pengunjung yang hadir untuk berdiskusi dan menilai Bandung menurut mereka sendiri. Hasil akhir dari tanggapan tersebut nantinya akan berupa Playlist yang dikumpulkan dari pengunjung.

Perlu digarisbawahi tujuan dari pameran Pancasona ini bukanlah menggiring opini lewat wilayah Bandung yang diwakili oleh musik dan musisi yang dianggap merepresentasikan daerahnya, namun bisa menjadi sebuah diskusi dari masyarakat Bandung tentang stereotip daerahnya yang nantinya dinilai oleh mereka yang hadir pada pameran tersebut.

KEGIATAN PADA PAMERAN PANCASONA

Selain pameran pada acara Pancasona yang diselenggarakan 23&24 Desember 2023 lalu di Fragment Dago Bandung ini, pada hari pertama menghadirkan bincang dialog dari para pegiat ekosistem musik di kota Bandung. 

Pada bincang dialog pertama yang dibuka dengan diskusi bertema “Jungkir Balik Rilisan Fisik” menceritakan relevansi rilisan fisik pada masa sekarang yang mana telah beralih dari analog menjadi digital. 

Vickry (DU68) dan Tresna (Warkop Musik) memaparkan bahwasanya dari sisi label dan distirbutor masih memiliki perannya masing-masing di industri musik zaman sekarang, karena rilisan fisik selalu memiliki tempat khusus di hari para penggemar.

Rilisan fisik re-issue adalah salah satu bukti nyata masih pentingnya rilisan fisik di industri musik, karena dari segi perputaran ekonomi dan juga antusiasme masyarakat terhadap musik dan rilisannya masih terbilang tinggi. 

Jika menilik dari pasar musik saat ini rilisan fisik re-issue sangat digemari dan memiliki nilai tinggi baik dari sisi koleksi maupun penjualan, tak jarang setiap band lawas yang khususnya merilis ulang diskografi lama mereka selalu habis bahkan menjadi kesempatan bagi para pembeli untuk menjualnya lagi dengan harga tinggi.

Namun, di luar dari hal-hal tersebut, peran label dan distributor juga konsumen menjadi dampak baik bagi para musisi, semuanya memiliki peran menjadikan ekosistem musik yang berputar untuk tetap hidup.

Alunan Nusantara dan Dilans
Kiri Bincang Dialog bersama Vickry dan Tresna, Kanan Bincang Dialog bersama Alunan Nusantara dan Dilans. (Dokumentasi Penulis)

Pada bincang dialog di hari kedua  “Dari Koleksi Jadi Arsip” menjadi pembuka sesi dengan menampilkan para member Alunan Nusantara yang membahas seluk beluk Alunan dari awal hingga saat ini.

Dilanjutkan dengan sesi ke-2, Komunitas Dilans (Disabilitas dan Lanjut Usia) yang diwakili oleh Farhan Helmy sebagai ketua yang menjadi narasumber. 

Farhan bercerita apa saja peran musik bagi penyandang disabilitas dan orang lanjut usia. Menurut Farhan, para penyandang disabilitas juga bisa berprestasi dan berkesenian, dari anggota komunitas Dilans sendiri. 

Bahkan ada seorang penyair dan penyandang disabilitas dari komunitas Dilans yang berjuang dengan segala keterbatasannya dan bisa menghasilkan karya. 

Bincang dialog di hari kedua juga sedikit menyinggung peran pemerintah dan event organizer, dalam memberikan ruang yang layak dan nyaman, untuk para penyandang disabilitas dan lanjut usia.

Pancasona
Salah satu pengisi acara Pancasona. (Dokumentasi Penulis)

BACA JUGA: REKOMENDASI TEMPAT HEALING DI BANDUNG

Pameran Pancasona sendiri cukup sukses menggaet pengunjung yang hadir dan menyuguhkan sajian lawas yang ramah untuk anak muda. Konsep pameran yang dibuat modern dan visual yang unik menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang hadir. 

Sajian musik yang disuguhkan tiap sesi pun membuat suasana terasa begitu ramai. Hal itu turut  membuktikan, bahwa musik Indonesia lawas masih memiliki relevansi bagi anak muda pada zaman sekarang.

Kita tunggu saja sajian berikutnya dari Alunan Nusantara. Sedikit bocoran, pada tahun depan Alunan akan membuat zine yang mungkin saja akan dirilis pada awal 2024. Jadi tunggu saja kabar terbaru sembari follow Instagram @alunannusantara.

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Dikok

Peduli apa terjadi, Terus berlari tak terhenti.