Bak petir di siang bolong, Kunto Aji tiba-tiba mengadakan sesi dengar album ketiga. Kendati demikian, album tersebut seolah terselubung dalam kabut misteri. Sebuah karya yang patut dinanti.
FROYONION.COM – Suasana di ruangan berlantai coklat muda tersebut senyap. Tidak ada suara maupun riuh yang biasanya menghiasi acara berjudul sesi dengar atau listening session. Hanya alunan musik serta senandung kecil yang sayup-sayup terdengar. Dan semua itu, berasal dari perangkat jemala yang bertengger di kuping para pendengar.
Kamis, 31 Agustus 2023, malam, solois, Kunto Aji, mengadakan intimate listening session bertajuk “Sowan Album III” di Studio Gripa, Jakarta Selatan. Undangan buat agenda tersebut terkesan mendadak. Baru diumumkan empat hari sebelum waktu pelaksanaan, Minggu (27/8/2023).
Dalam unggahannya di akun Instagram @kuntoajiw, musisi asal Yogyakarta itu mengumumkan bahwa sesi dengar intim akan berjalan selama tiga hari mulai Jumat (31/8) hingga Sabtu (2/9). Hanya ada satu sesi dengar per-hari kecuali Sabtu yang menghadirkan dua sesi. Setiap segmen pun dibagi maksimal 100 orang.
Kepada awak FROYONION yang berkesempatan menghadiri sesi pertama, Mas Kunz -- sapaan karib Kunto Aji -- menjelaskan bahwa sesi dengar intim terlaksana karena ia ingin pendengar menyimak album ketiga dengan kualitas audio yang mumpuni.
Ia mencoba menghadirkan pengalaman lengkap dengan mengisahkan secara rinci makna yang terkandung dalam album tersebut. Mulai dari proses pembuatan, hingga pertimbangannya dalam merancang lirik serta memproduksi lagu track by track.
Selain itu, pria kelahiran 4 Januari 1987 ini juga mengaku, ingin mengetahui pendapat dan interpretasi pendengar terhadap berbagai tembang tersebut.
Yang menarik, judul sejumlah lagu dalam album tersebut masih tak bernama. Karya itu seolah terselubung dalam kabut misteri; adalah tugas pendengar untuk menafsir dan menginternalisasi pesan yang dibawa album tersebut.
“Judul album ini saja belum ada karena pertimbangan prinsipil dan masih locked (terkunci). Kalau album pertama soal generasi millenial dan album kedua soal kesehatan mental, album ketiga ini temanya adalah 'apa arti bertumbuh buat kamu'. Ke mana kita harus melangkah setelah memupuk kepercayaan diri dari (dua album) yang lalu,” ucapnya.
BACA JUGA: MENGULIK LAGU RAYUAN PEREMPUAN GILA KARYA NADINE DAN BAGAIMANA ANAK MUDA MENGATASI MASALAH MENTAL
Dalam acara yang berlangsung kurang lebih dua jam, Kunto Aji mendengarkan bahkan membawakan sejumlah lagu yang terkandung dalam album ketiga. Kesembilannya, secara berurutan, adalah Urip, Melepas Pelukan Ibu, Asimetris, Track 4 (belum berjudul), Rona Merah Langit, Track 6 (belum berjudul), Orang Asing Dalam Cermin, Perjalanan Menawar Racun, serta Urup.
Lirik dalam setiap lagu, menurut Kunto Aji, memiliki tafsiran masing-masing yang turut berangkat dari pengalaman pribadinya dalam hidup. Contohnya, seperti lirik ‘Kita mati setiap malam untuk bangkit setiap pagi’ dalam track Urip.
Kunto Aji mengatakan lirik itu ditulis selepas ia membaca sebuah artikel ilmiah yang membahas mengenai regenerasi sel. “Ini membuka kesadaran aku bahwa kita mati setiap malam dan dan terlahir kembali setiap pagi. Artinya, ada hal baru di setiap hari. Untuk berharap, untuk jatuh cinta lagi, bahkan untuk memulai kembali,” ungkapnya.
Adapun contoh kedua adalah lirik ‘Duka lara hanya datang dengan suka cita. Hanya berganti rupa dalam peristiwa. Dalam sepi, terciptalah manusia mandiri. Hanya kesepian yang bisa membantumu reda’ yang terkandung BAdalam lagu Asimetris.
Kunto Aji menjelaskan lirik tersebut ditulis saat ia kehilangan ayahnya. Meski berada dalam kegundahan yang dalam, ia mengaku saat itu ternyata juga merasakan lega. “Ayah pulang dengan cara paling baik dan dia tidak sakit lagi,” kisahnya.
BACA JUGA: MUDAHNYA JATUH CINTA DENGAN LAGU ‘MESRA-MESRAANNYA KECIL-KECILAN DULU’ OLEH SAL PRIADI
Baginya makna dari lagu tersebut adalah dua sisi mata koin dalam setiap peristiwa. Suka dan duka. Tawa dan tangis. Canda dan lara. Semua kejadian dalam hidup pada dasarnya bersifat bebas nilai atau netral. “Yang ada adalah perasaan atau emosi kita melihat peristiwa itu. Jadi tergantung kita bagaimana mau meresponnya,” tegasnya.
Dalam proses produksi kesembilan track tersebut, lulusan Akademi Akuntansi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (YKPN) ini pun menggunakan frekuensi 396 hertz (Hz) atau solfeggio frequencies. Suara dengan frekuensi solfeggio diyakini mempunyai kemampuan untuk memulihkan serta meningkatkan kesadaran pendengar.
Berdasarkan catatan FROYONION, solfeggio frequencies juga diasosikan dengan diasosiasikan dengan kenyamanan, ketenangan, dan kondisi mental yang positif. “Manusia itu pada dasarnya 80 persen air. Jadi sangat beresonansi dengan frekuensi,” imbuhnya.
“Tapi aku harus ingatkan, hanya karena sudah dengan lagu-laguku gak pergi ke psikolog kalau ada masalah (kesehatan mental) lho, ya,” kelakar Kunto Aji. Ia mengaku, mencoba berikhtiar dengan musik dan karya-karya yang ditulis.
Bagi para penggemar, album ketiga memang patut dinanti. Apalagi setelah Mantra-Mantra (2016) yang monumental. Mari. Bersama kita mencari arti bertumbuh dengan lagu-lagu Kunto Aji. (*/)