Music

MEMAHAMI MUSIK PERLAWANAN ALA .FEAST LEWAT LAGU ‘POLITRIK’

Musik memang menjadi salah satu medium paling efektif untuk menyindir isu-isu politis, itu yang konsisten dilakukan .Feast yang baru saja merilis single terbaru bertajuk Politrik.

title

FROYONION.COM - Band .Feast kembali merilis lagu yang menyindir isu-isu sosial dan politik melalui single terbaru bertajuk 'Politrik' yang telah resmi dirilis pada Jumat (7/6) lalu. Memang harus diakui, .Feast menjadi salah satu band yang memiliki concern terhadap isu-isu tersebut dan kerap menyuarakan hal tersebut melalui karya musik yang mereka garap. 

Lagu ini menjadi bagian dari album baru mereka yang dijadwalkan akan mulai diedarkan pada Agustus 2024, berjudul Membangun & Menghancurkan.

Khususnya, ketertarikan itu juga kencang dibawakan oleh vokalis mereka Baskara Putra yang seolah memiliki persona berbeda dari band-band lain yang dikerjakannya di Sun Eater. 

Lalu, bagaimana kesan mendengarkan lagu 'Politrik' ini? Kita akan disuguhkan rhythm musik agresif dengan beat kencang khas band rock. 

Lagu ini dikisahkan .Feast menjadi sebuah lagu pengakuan dosa dari Baskara, Adna Satyanugraha (Gitar), Dicky Renanda (Gitar), dan Fadli Fikriawan (bass) tentang berbagai kekhawatiran mereka dalam isu sosio-politik. 

BACA JUGA: LAGU ‘KONSEKUENS’: AGENDA PEMBUKTIAN .FEAST UNTUK TEPATI JANJI LAMA

Dalam satu dekade terakhir, kekhawatiran tersebut memuncak dan telah lahir menjadi berbagai konten musik berkualitas di dua albumnya (Multiverses di tahun 2017 dan Abdi Lara Insani di 2022) serta dua album mini (Beberapa Orang Memaafkan dari 2018 dan Uang Muka dari 2020) berasal dari kejujuran hati atau motif terselubung). 

Dalam irama yang cepat dan lirik keras yang ditulis oleh Baskara Putra, .Feast seolah membawa kita ke dalam alunan musik yang bukan hanya untuk mengeksplorasi artistik dan kesan dari sebuah musik saja. Tapi bagaimana suara-suara perlawanan muncul untuk melawan ketidakadilan. 

Seiring dengung Politrik yang menggema, lagu ini tidak hanya menyoroti isu-isu yang ada, tetapi juga melakukan introspeksi terhadap .Feast. Salah satu yang benar-benar disuarakan ialah mereka turut berkontemplasi, apakah benar-benar band ini masih ingin mengangkat isu-isu sosio-politik dalam musiknya atau justru hanya menjadi sebuah taktik jualan saja. 

“Aku pernah di situ, kawan/Muak hanya dianggap jualan/Menjalankannya jadi beban/Sulit imbangi perkataan.” kata Baskara melalui lagu tersebut. 

“Santai saja lihatnya kawan/Palingan ya hanya jualan/Berita jadi uang makan/Derita jadi uang jajan/Aku pernah di situ kawan/Muak dianggap hanya jualan/Menjalankannya jadi beban/Sulit imbangi perkataan,” demikian tambah Baskara dalam bunyi penggalan lirik Politrik.

BACA JUGA: AWAN .FEAST: MELEPASKAN EMOSI NEGATIF DENGAN BERSEPEDA JAKARTA-BANDUNG

Lirik-lirik itu seolah membuat mereka mempertanyakan apakah masih relevankah bagi mereka untuk terus mengangkat isu-isu tersebut dalam karya musik mereka, ataukah hanya sekadar mencari popularitas semata. Itu tercermin dalam lirik lagu tersebut.

Setelah merilis "Konsekuens" pada Mei lalu, .Feast memilih "Politrik" sebagai lagu berikutnya dari album Membangun & Menghancurkan. 

Lagu ini dianggap berbeda secara sonik dari karya-karya .Feast sebelumnya, namun tetap mempertahankan ciri khas mereka dan memungkinkan eksplorasi lebih lanjut dalam album tersebut. Seperti "Konsekuens", "Politrik" juga diproduseri oleh Pandu Fathoni. 

Gitaris Morfem tersebut langsung terpikir oleh .Feast saat mereka menyelesaikan demo lagu ini, di antara beberapa calon produser lainnya.

Rekaman ini juga melibatkan Dias Widjajanto pada drum, Arief Rinaldi untuk penataan suara, dan Dimas Pradipta untuk penyelarasan akhir. 

Sementara itu, produser lain yang terlibat dalam album Membangun & Menghancurkan akan segera diumumkan, meskipun para pengikut media sosial .Feast yang jeli mungkin sudah mengetahui siapa saja yang bekerja dengan mereka di studio. 

Meskipun respons terhadap "Konsekuens" sejauh ini positif dan sesuai harapan .Feast, mereka tidak berpuas diri karena masih terus menyelesaikan album Membangun & Menghancurkan sambil menjalani jadwal panggung yang padat. 

"Konsekuens" telah mengukuhkan tempatnya di repertoar .Feast bersama lagu-lagu klasik seperti "Sectumsempra", "Peradaban", dan "Tarian Penghancur Raya". 

Kalian akan segera mendengar penggemar .Feast ikut meneriakkan "Politrik" – serta mengenal lebih dalam keresahan band tersebut dalam perjalanan panjang menuju penyelesaian Membangun & Menghancurkan.

MUSIK DAN SUARA PERJUANGAN 

Kita tahu sama-sama jika musik sejak lama telah menjadi media paling efektif untuk menyampaikan pesan dan mengekspresikan berbagai perasaan yang mendalam. Termasuk, musik juga sering dijadikan untuk menyuarakan perjuangan. 

Banyak musisi memilih untuk mengangkat isu sosial dan politik dalam lirik lagu mereka karena berbagai alasan yang kuat dan relevan. 

Tapi kenapa sebenarnya hal itu terjadi? 

  • Refleksi Realitas Sosial: Musisi seringkali menciptakan lagu berdasarkan pengalaman dan pengamatan mereka terhadap dunia di sekitar mereka. Isu-isu sosial dan politik adalah bagian dari realitas sehari-hari yang mempengaruhi kehidupan banyak orang. Tema ini seolah mencerminkan realitas sosial yang ada dan memberikan suara kepada pengalaman yang mungkin tidak selalu terdengar.
  • Kesadaran dan Perubahan Sosial: Musik memiliki kekuatan untuk menyentuh hati dan pikiran orang, apalagi jika dilantunkan dan dikemas secara kreatif. Dengan menyanyikan tentang isu sosial dan politik, musisi berharap dapat meningkatkan kesadaran publik tentang masalah-masalah tersebut dan mendorong perubahan sosial. 
  • Ekspresi Ketidakpuasan dan Pemberontakan: Banyak musisi melihat musik sebagai sarana untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan. Lirik yang mengkritik kebijakan pemerintah, ketidaksetaraan sosial, atau pelanggaran hak asasi manusia sering kali muncul dari rasa frustrasi dan keinginan untuk melawan status quo.
  • Membangun Identitas dan Komunitas: Mengangkat isu sosial dan politik dalam lagu juga membantu musisi membangun identitas mereka dan terhubung dengan audiens yang memiliki pandangan serupa. Lagu-lagu tersebut bisa menjadi simbol dari solidaritas dan kebersamaan di antara mereka yang merasa terdampak oleh isu yang sama. Trik ini memang kerap kita lihat dari band-band progresif yang berkembang, termasuk salah satunya .Feast. 

Kalau kalian pencinta musik dengan aliran sejenis, jangan lupa untuk menikmati Politrik oleh .Feast di platform digital kalian sekarang. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!