Music

MASUKNYA MUSISI METAL KE TENGAH PUSARAN PENCINTA ANIME

Metal diasumsikan tidak jauh-jauh dari hal yang berbau kematian dan kegelapan. Tapi faktanya: banyak musisi metal yang hidupnya dipengaruhi oleh anime. Siapa saja mereka?

title

FROYONION.COM - Ia bersama kompanyonnya bangkit dari bencana. Dengan simbol sigil yang mengiringi, memberi kekuatan untuk menerobos peti mati kuburnya sendiri dan berteriak “Kami bangkit dari alam baka”. 

Daniel Mardhany musisi asal Pamulang itu menyambut dunia melalui lagu “Kahar” pada tahun 2021 silam. 

Tergabung dengan band bernama Darksovls, sebelumnya ia cukup dikenal sebagai vokalis sekaligus penulis lirik cerdik dengan muatan kelam, yang dalam banyak diksinya bersinggungan dengan pentagram, satanisme, kematian, dan katastrofe.

Di balik persona kengerian itu, ia punya sisi lain sebagai pengagum anime (animasi Jepang).

Bahkan Daniel bersama band project-nya yang lain bernama Bongabonga juga pernah berkolaborasi dengan 3 Oshi, trio japanese pop, untuk menyanyikan lagu berjudul “Horizon Alam Khayal”.

BACA JUGA: LOGAMULIA JADI LANGGANAN PENGHARGAAN AMI AWARDS HINGGA RILIS CD DISTORSI NARASI

Dalam wawancara dengan HAI mantan vokalis DeadSquad itu mengatakan kalau anime juga turut memberi sumbangsih dalam penulisan lirik. bahkan seluruh personil Bongabonga juga mengidolakan anime di masa kecilnya. 

“Kalau aku pribadi sih Dragon Ball sama Akira, karena proses bikin liriknya tuh akhirnya gue banyak menyadur dari keduanya itu,” tutur Daniel. 

Musisi metal lain, Aldi, vokalis Hysteroctomy juga mengaku kepada Froyonion, bahwa ia juga seorang penggemar anime, utamanya Boruto

Setali tiga uang dengan Daniel, kisah yang diangkat di dalam Dragon Ball maupun Boruto sama-sama di dalamnya mengandung cerita yang menarik.

“Banyak orang metal yang aku temui juga suka anime karena ceritanya punya alur yang seru,” terangnya. 

Musik metal dan anime
Ilustrasi metal dan anime. (Sumber: Metalsucks.net)

Tidak hanya musisi dalam negeri, bahkan band raksasa death metal asal Amerika yakni The Black Dahlia Murder, dua personilnya adalah penyuka anime. Mereka adalah Alan (drum) dan Max (bass). 

Menurut Max, ia dan Alan menyukai anime karena ada kreativitas di sana. Penghayatan seni yang detail sama-sama diperhatikan dalam musik metal maupun anime. Keduanya memiliki ekuivalensi. 

"Ada dunia fantasi yang berbeda antara anime dengan acara TV lainnya. Begitu pun metal yang juga memiliki fantasi berbeda dari aliran musik lainnya. Kedua hal itu memberi perasaan seperti kami dibawa ke tempat lain," kata Alan dikutip dari Crunchyroll

SOUNDTRACK DAN VISUAL DALAM ANIME DAN MUSIK METAL

Jika dikatakan bahwa metal itu antitesis dari anime, ini tidak dapat dibenarkan. Nyatanya, banyak penggemar musik metal yang suka anime. 

Anime dan metal menawarkan satu ruang yang sama khususnya untuk orang-orang yang menyukai seni secara detail. 

Selain alur cerita yang menarik, faktor lainnya yang membuat metal dan anime memiliki fanbase yang beririsan adalah karena soundtrack dan visual. Keduanya, oleh produsen anime maupun metal diperhatikan secara spesifik. 

Sebagian besar musik anime dibangun dengan soundtrack genre musik yang berlari kencang seperti rock dan metal. Ini dapat ditemui hampir di seluruh part dari anime, mulai dari pembukaan (opening), di tengah, hingga akhir (ending). 

“Banyak band rock Jepang yang terkenal menjadi sebuah opener atau closing di sebuah anime, seperti Flow di Naruto atau Hiroshi Kitadani di anime One Piece yang lawas,” kata Aldi. 

Sedangkan Alan dari The Black Dahlia Murder menyukai band The Pillow dari Hokkaido, karena bagi Alan, mereka banyak memberi referensi musik kepadanya. 

Lainnya dari segi visual, di permukaan seakan musik metal punya jurang pemisah yang sangat lebar dengan anime. 

Metal dengan dominasi warna hitam dengan aura kegelapannya menjadikan unsur kengerian melekat di tubuhnya. Sedangkan anime tampak sebaliknya; penuh warna dan penuh optimisme.

Yang membuat fanbase dari dua wilayah berbeda itu mengerucut jadi satu tidak bisa hanya dilihat dari permukaan visualnya belaka. Namun, perlu melihat juga ke dalam filosofi visual yang terkandung. 

Ada kreativitas yang spesifik sama, yakni memuat unsur ekstrim di dalamnya yang juga khas, tidak mudah ditemukan di budaya pop yang umum. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ugik Endarto

Hidup di selingkung musik, buku, dan gagasan libertarian.