Cakra Khan terkenal dengan suara khasnya yang berat dan serang sehingga setiap nada terdengar dalam. Suara yang dalam itu menjadi sebuah warna ketulusan dalam lagu Kepada Hati.
FROYONION.COM — Suara merdu Cakra Khan tidak dapat dibantah lagi, apalagi ketika ia menyanyikan lagu yang berkesan menyayat hati. Masih tersimpan di hati masyarakat Indonesia ketika suara beratnya menyanyikan lagu Butiran Debu, hingga itu menjadi penanda khas dari setiap mode nyanyiannya.
Apabila dalam lagu Butiran Debu para penikmat musik diajak untuk merasakan sebuah duka, gundah gulana, tersebab kehilangan yang terkasih, maka lagu Kepada Hati yang akhir-akhir ini jutaan kali diputar justru sebaliknya.
Cakra Khan seperti penyanyi yang mampu mengakulturasikan susunan nada dalam kisah-kisah yang membuat hati terenyuh. Bahkan, perjalanan liris dari judul-judul lagunya memiliki makna yang menggambarkan kedewasaan seseorang dalam mengatasi situasi terenyuh tersebut. Lagu Butiran Debu misalnya, dilantunkan untuk menggambarkan betapa beratnya kehilangan seseorang yang dikasihi.
Namun demikian, apabila kita berjalan pada judul-judul lagu berikutnya, Cakra Khan seperti memberikan gambaran pendewasaan perasaan. Hal itu pernah diperlihatkannya ketika ditunjuk sebagai salah satu pelantun Soundtrack film Rudi Habibie dengan lagu Mencari Cinta Sejati.
Dalam lagu tersebut ia menggambarkan sosok Habibie yang memilih mencintai negaranya daripada berjalan di jalur asmara yang membangunkan jati dirinya di Jerman.
BACA JUGA: BUKAN SOAL PUITIS, MUSIK INDIE LEBIH DARI KOPI DAN SENJA!
Iren Adler dalam serial Sherlock pernah berkata, “Brain is the new sexy” untuk menunjukkan bahwa seorang laki-laki yang cerdas sangat layak untuk dicintai. Hal itu tergambar dalam lagu Mencari Cinta Sejati yang mana Habibie dikenal sebagai pria yang banyak disukai wanita oleh sebab kecerdasannya.
Hanya saja, Habibie bukan lelaki lemah yang menyerahkan cinta hanya kepada sebatas rasa sementara, ia seorang nasionalis yang mencoba membangun bangsanya. Sifat seperti inilah yang digambarkan oleh lagu Mencari Cinta Sejati.
Seolah menjadi rantai peristiwa lirikal yang tak berakhir begitu saja, lagu Kepada Hati memiliki keterkaitan simbolis dengan lagu-lagu Cakra Khan sebelumnya, termasuk Mencari Cinta Sejati. Untuk membahasnya, perlu kita cermati beberapa potongan liriknya sebagai berikut.
Ku berhenti di batas ini
Antara cinta dan mimpi bersamamu
Aku sadari kini, bahwa memang hatimu
Bukan untukku
Seperti sebuah kota yang dipisahkan oleh batas wilayah, lagu tersebut membenarkan sebuah ketulusan cinta. Lagu itu seperti tiga wilayah yang berdekatan, namun harus merelakan untuk tak saling terikat. Belgia dan Belanda menjadi konstruksi yang tepat untuk menggambarkan kondisi cinta seperti ini. Bergia dan Belanda sejatinya memiliki warna bahasa yang sama, bahkan kebudayaannya pun serupa. Tak mengherankan apabila ada kisah-kisah cinta terlarang yang dipisahkan oleh batas wilayah dari kedua negara tersebut.
Berkaca pada analogi tersebut, kisah serupa banyak ditemukan di Indonesia, seperti kisah yang mendarah daging dalam kepercayaan masyarakat Jawa dan Sunda misalnya. Perang Bubat adalah cerminan yang kemudian membuat seseorang yang mengilhami percintaan semacam ini harus rela untuk berkata “aku berhenti di batas ini”.
Tidak hanya secara kultur saja, lirik “aku berhenti di batas ini” pun bisa diartikan dalam kisah yang lebih modern lagi. Dalam narasi yang negatif, istilah menikung sahabat atau ditikung orang asing barangkali bisa menjadi representasi yang tepat. Bagaimana tidak, berita-berita tentang seseorang dianggap sebagai penjaga suami atau istri orang menjadi budaya yang tercermin dalam pemberitaan media saat ini.
Sudah berpacaran lama, ternyata ujungnya yang terkaish justru lebih memilih orang lain untuk bersanding dalam pernikahan. Banyak yang bisa menerima, namun tidak sedikit yang justru menciptakan kekacauan dalam resepsi pernikahan sang mantan akibat tidak terima. Namun demikian, Cakra Khan datang dengan lagu Kepada Hati untuk mengingatkan tentang ketulusan dalam mencintai.
Ku kembali kepada sunyi
Kuikhlaskan semua pada takdir
Tuhan pasti tahu yang terbaik untukku
Tenanglah hatiku
Lirik itu datang seperti tepukan bahu dari seseorang yang tak kita kenal di jalan. Ia hadir dalam kesunyian seseorang yang patah hati. Dengan susuna lirik seperti itu seolah alasan apapun yang membuat seseorang patah hati perlu untuk diluruhkan, diikhlaskan. Masalah perbedaan pandangan kebudayaan hingga cerminan-cerminan modern seperti penikungan menjadi tak berarti di mata seseorang yang mampu mengilhami kesunyian. Sebab, dalam kesunyian itu Cakra Khan mengingatkan bahwa akan adanya kehadiran Tuhan untuk ikut serta menenangkan hati yang sedang sakit.
Mereka yang patah hati mungkin akan lebih banyak menyendiri, mencoba mengingat kembali kenangan di masa lampau yang diibaratkan sebagai taman bunga indah. Namun, nasib berkata lain dan keputusan untuk merelakan haruslah lebih tinggi daripada membuat kekacauan demi membalaskan dendam perasaan yang terluka. Hal itu ditekankan oleh Cakra Khan dalam lirik “Tuhan pasti tahu yang terbaik untukku”.
Kepada hati, aku katakan
Jangan jatuh lagi ke hati yang salah
Hingga suatu hari nanti pasti bertemu
Dengan hati yang tak menyakiti
Ketika semua kesadaran tergapai, seseorang yang mampu mengilhami lagu Cakra Khan akan sampai pada lirik penutup tersebut. Ia yang tersakiti akan berbicara kepada hatinya bahwa pengalaman lara bisa menjadi sebuah pelajaran untuk pilihan cinta di masa depan. Lirik “Jangan jatuh lagi ke hati yang salah” menunjukkan seseorang perlu mengilhami cinta dengan kehati-hatian—tidak perlu terburu-buru.
Dengan lebih paham untuk membangun diri menjadi sosok yang lebih mandiri dan teguh ia pun akan mampu bertemu dengan yang dinanti. Sosok yang dinanti tersebut digambarkan Cakra Khan sebagai pertemuan “dengan hati yang tak menyakiti”.