Coldplay, grup band asal Britania ini selalu jadi perbincangan sejak awal tahun ini di kalangan fans Indonesia. Kenapa ya mereka punya pangsa pasar yang gede banget?
FROYONION.COM - Banyak sinyal yang mengisyaratkan band Coldplay akan manggung di Indonesia pada akhir tahun mendatang. Meski demikian, memang belum ada konfirmasi yang jelas dan pasti dari promotor ataupun pihak yang siap memboyong band besar asal Inggris ini.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga sempat memberi sinyal positif tersebut. Dia menyebutkan jika informasi lebih lanjut terkait kepastian konser Coldplay itu akan diumumkan awal Mei 2023.
Dia sendiri mengakui jika pasar musik pecinta Coldplay di Indonesia sangat tinggi.
Untuk diketahui, Coldplay telah resmi mengumumkan jadwal konser dalam tur bertajuk Music of the Spheres di beberapa negara. Kebanyakan destinasi yang mereka tuju berada di negara besar seperti Eropa, Inggris, hingga Amerika.
Maka dari itu, berbagai ilmu cocokologi pun sempat berkembang belakangan tentang kehadiran band Chris Martin cs tersebut ke tanah air. Salah satunya, kabar tentang penggunaan Stadion Utama GBK, Jakarta yang katanya sudah dipesan selama 12 hari pada November 2023 untuk konser internasional.
Banyak Netizen yang kemudian mengait-ngaitkan pemesanan stadion bola tersebut untuk konser Coldplay. Memang, SUGBK belakangan seolah jadi lokasi favorit untuk menggelar konser besar setelah kesuksesannya memukat musisi sekelas Raisa dan BLACKPINK untuk manggung di sana.
Memang harus diakui banyak musik-musik Coldplay yang telah menginspirasi di Indonesia. Bukan tanpa alasan, kira-kira kenapa ya aliran rock alternatif yang dibawa Coldplay ini ngetop di kalangan anak bangsa?
Bisa dibilang, Coldplay menjadi salah satu band yang everlasting dan digemari semua kalangan usia. Sejak aktif dalam dunia musik pada 1996, band yang digawangi Chris Martin dkk ini telah memenangkan banyak penghargaan sejauh ini.
BACA JUGA: FANS COLDPLAY DAG DIG DUG TUNGGU KEPASTIAN KONSER DI JAKARTA
Lagu-lagu yang mereka bawakan dan ciptakan menjadi salah satu motor penggerak popularitas band asal Inggris ini.
Siapa pecinta musik yang nggak tahu album 'Viva la Vida' yang dirilis Coldplay pada 2008 lalu. Atau salah satu album debut mereka yang punya banyak cerita dengan tajuk 'Parachutes'. Dalam album tersebut, tentunya kita bisa menikmati salah satu single musik mereka yang paling hits berjudul 'Yellow' yang turut membantu band ini memboyong Grammy Award pada 2002.
Beberapa lagu tersebut diciptakan dengan khas Coldplay. Konsisten dengan ritme cepat ala rock alternatif dan diikuti orkestra tribal membuat pendengarnya menjadi menjadi sulit terdistraksi saat mendengar musik ini.
Selain itu juga, lirik-lirik dari musik yang kebanyakan diproduseri oleh penyanyi mereka ini (Chris Martin) seringkali sangat relate dengan permasalahan yang dihadapi orang-orang di dunia ini. Makanya, nggak kaget juga kalau banyak orang yang terus mendengarkan musik mereka.
Coldplay pun sebenarnya juga dianggap bisa membawa musiknya beradaptasi dengan perkembangan zaman. Mereka 'rela' beradaptasi demi memenuhi seleras penikmat musik kekinian. Misalnya dengan mulai memperluas segmen musik digital yang lekat dengan unsur-unsur electronics dance music (EDM). Salah satunya, bisa kalian dengarkan di album 'Ghost Stories'.
Selingan track musik digital tipis-tipis ini memang mungkin terdengar nggak biasa kalau kalian pendengar Coldplay sejak lama.
Mungkin terdengar berbeda dari kebanyakan musisi terkenal lainnya, Coldplay merupakan band yang cukup berfokus pada isu-isu lingkungan hingga kemanusiaan. Hingga, banyak konser-konser ataupun karya yang mereka keluarkan itu tak jauh dari konsep charity.
Seringkali, konser yang digarap untuk Coldplay harus menjaga keberlangsungan lingkungan dan kelestarian alam. Komitmen mereka misalnya seringkali terwujud dari kehadiran sepeda listrik di tiap konsernya. Ataupun memanfaatkan lantai kinetik untuk menghasilkan listrik.
"Kami sadar bahwa krisis iklim telah menjadi tanggung jawab semua pihak. Karenanya, kami berjanji untuk mengurangi emisi CO2 hingga 50 persen untuk tur dunia mendatang," tulis pernyataan resmi Coldplay saat mengumumkan jadwal tur dunia mereka pada Maret 2022 lalu.
Mereka pun berkomitmen akan menggunakan fasilitas seperti pesawat hingga material panggung yang ramah lingkungan sepanjang konser. Venue pun harus dilengkapi dengan panel surya portable sehingga penggunaan listrik ketika konser tidak merusak lingkungan.
BACA JUGA: WIBU MUST KNOW! 5 LAGU BAND ONE OK ROCK YANG PALING MENDUNIA
Bukan hanya dari tersedianya fasilitas dan prasarana yang ramah lingkungan. Coldplay juga mengusung penanaman pohon untuk setiap penjualan tiket yang berhasil dilakukan. Upaya itu sebagai bentuk pengembalian emisi karbon yang dihasilkan.
Mengusung konsep sutainable concert tersebut, Coldplay tentunya selalu punya ruang tersendiri bagi penggemarnya. Apalagi, mereka yang resah dengan isu-isu lingkungan. Musik Coldplay yang besar, tentunya punya pengaruh yang besar juga bagi dampak lingkungan.
Kalau kalian belum berkesempatan menonton konser Coldplay secara langsung, mungkin bisa mulai mencoba menikmatinya secara virtual dulu.
Ada beberapa film yang digarap oleh rumah produksi menggambarkan tentang bagaimana konser Coldplay berhasil memukau penontonnya dari tahun ke tahun. Misalnya, film Coldplay: A Head Full of Dreams (2018) ataupun Coldplay Live 2012 (2012).
BACA JUGA: 5 GRUP MUSIK 90-AN YANG MASIH RELEVAN DI KUPING GEN Z
Melalui tayangan tersebut, kita bisa melihat bagaimana banyaknya penonton seolah tersihir oleh atraksi yang menawan dari para punggawa Coldplay saat manggung.
Kita bisa lihat bagaimana lighting hingga musik pendukung bisa membawa suasana dari venue pertunjukkan menjadi begitu indah. Belum lagi, kekompakan para penonotn yang menggunakan Xylobands untuk membuat parade lampu kerlap-kerlip sepanjang konser.
Buat yang belum tahu, Xylobands itu semacam gelang LED yang punya lampu warna-warni. Diberikan eksklusi bagi penonton konser Coldplay pada 2012 lalu. Ketika bernyanyi, Chris Martin pun juga akan memberikan kode kepada penontonnya untuk mengangkat tangan dengan hiasan Xylobands.
Tentunya bikin konser semakin syahdu dengan lighting yang proper bukan hanya dari panggung, tapi juga dukungan para penonton.
Tapi, di luar itu semua sebenarnya musik adalah bagian yang subjektif dan berbeda-beda tiap orangnya. Nggak ada satupun sihir yang bisa membuat kalian menyukai musik yang ternyata nggak cocok dengan telinga ataupun pikiran kalian. Coldplay jadi salah satu musisi yang memang karyanya mendominaasi banyak kesukaan orang saja. (*/)