Satu lagi band lokal dari Sulawesi yang perlu kamu dengarkan karya-karyanya. Terpengaruh musisi asing tapi uniknya masih mempertahankan budaya setempat.
FROYONION.COM - Buat saya yang besar di tahun 90-an. Dan menghabiskan masa-masa remaja dan dewasa muda dengan lagu-lagu Wali atau Kangen band, saya sangat takjub dengan perkembangan musik Indonesia sekarang ini.
Kalau dulu-dulu saya menganggap Banda Neira sudah paling ajaib. Terus ada Sal Priadi, Fourtwnty. Baru kemudian belakangan saya mulai familiar dengan Reality Club. Nah, ini ada lagi yang ajaib lagi, Theory of Discoustic (ToD) namanya.
Saya juga tanpa sengaja nih bisa "mengenal" mereka. Berawal dari pekerjaan, saya disuruh mewawancarai ToD. Akhirnya saya mulai dengerin lagu-lagunya. Ternyata menarik banget! ToD adalah grup musik Sulawesi Selatan yang membawakan cerita-cerita rakyat Sulawesi yang kemudian diinterpretasikan mereka menjadi lirik lagu. Yuk, kenalan dengan ToD, siapa tahu, kamu tertarik juga mendengarkannya!
BAND SMA
Beberapa member dari grup musik ini sudah berteman sejak SMA, dan memang senang main musik. Namun, setelah masuk kuliah, member yang lain bertambah, sampai akhirnya terbentuklah enam personel, ada Ade, Dian, Fadly, Anca, Nugraha, dan Reza.
SUKA PUNK ROCK DAN COVER LAGU
Sebelum akhirnya benar-benar membawakan lagu yang diinterpretasi dari cerita rakyat, ToD senangnya main punk rock dan cover lagu. Sampai akhirnya mereka merasa lebih cocok menyanyi sesuai dengan identitas mereka yang bersuku Makassar – Sulawesi.
IDENTITAS SENDIRI LEBIH NYAMAN
Bernyanyi dengan identitas sendiri, tanpa harus meniru British Pop atau mengaksen-aksenkan suara supaya Inggris banget, terlalu ribet buat ToD. Mereka punya ciri khas sendiri, aksennya sendiri, cerita yang memang sudah dikenal sejak kecil, kenapa tidak bergerak dari situ saja?
BUKAN ‘CERITA BIASA’
Yang saya sukanya lagi dari mereka adalah, keberanian serta kematangan ToD membawakan lagu dengan tema yang tidak umum. Lagu-lagu mereka justru berangkat dari cerita rakyat, mitos, dan sejarah. Misalnya lagu “Songkabala” yang menceritakan tentang riwayat tolak bala di suatu masyarakat. Atau “Arafura” yang mengisahkan mengenai pelaut yang berlayar di samudera.
TAK SUNGKAN PAKAI BAHASA LOKAL
Bukannya mau membandingkan ya, grup musik yang menggunakan bahasa Inggris sebagai liriknya, itu bagus. Tapi, kalau menurut saya pribadi, ketika ada grup musik Indonesia yang berani menggunakan bahasa daerah, itu jauh lebih bagus lagi. Contohnya lagu “Tabe’” yang menggunakan bahasa daerah Makassar.
CARA BARU DENGARKAN MUSIK
Sesekali cobalah mendengarkan musik to the next level gitu. Musik yang enggak terlalu musik. Musik yang juga bercerita, mendekatkan diri kita ke alam, akar budaya. Enggak melulu soal cinta tak terbalas, melainkan juga kerinduan kepada ibu pertiwi.
PERNAH KOLABORASI DENGAN MUSISI MANCA
Oh, ya, tahun 2022 lalu vokalisnya Dian dan gitarisnya Reza pernah terlibat kolaborasi dengan label musik dari Darwin SkinnyFish untuk memproduksi ulang “Bayini” karya musisi Aborigin legendaris, Gurrumul. Dian mengisi lagu “Bayini” dengan menggunakan bahasa Makassar. Lagu tersebut menceritakan hubungan kuat antara Makkasar dengan Australia Utara melalui kehadiran perempuan (Bayini) yang hingga saat ini menjaga tanah suku Yolŋu di Arnhem Land. Kamu bisa mendengarkan lagunya di link ini.
DENGAR LAGU SAMBIL BELAJAR SEJARAH
Ternyata oh ternyata, Makassar dan Australia itu punya hubungan kuat lho! Berawal dari mendengarkan lagu “Bayini” saya coba googling mengenai Makassar dan Australia. Konon, menurut berita yang saya baca, sebelum James Cook menginjakkan kaki di Australia pada tahun 1770, para pelaut Makassar sudah terlebih dahulu menginjakkan kaki di sana. Bisa terbayang kan betapa terkoneksinya kita dengan Australia dan ternyata bukan soal sumber daya alam saja ya hehehe. Dan, pelajaran-pelajaran mengenai kesejarahan ini bisa kita dapatkan dengan mendengarkan lagu-lagunya ToD.
PERSONEL MASIH BEKERJA
Serunya lagi dari ToD adalah, para personelnya punya gawean lain, yang kalau menurut saya sih, ini membuat mereka nggak menjadikan musik sebagai penghasilan finansial. Tapi, murni untuk mengeluarkan gejolak keinginan bermusik. Lingkup pekerjaannya beda-beda. Ada yang guru Biologi, karyawan swasta, wirausaha, ada yang memang kerja di bidang ngedit musik, ada juga yang jurnalis.
Itu saja sih yang bisa saya rangkumkan mengenai mereka. Mereka juga sudah punya beberapa album, dan soon album terbarunya bakal rilis. Kalau penasaran, cek kabar terbaru mereka di @todmusik! (*/)