Music

JHONY ISKANDAR DAN ARDHITO PRAMONO: BEDA GENERASI DAN GENRE ITU BUKAN MASALAH!

Pop jazz dan dangdut kalau digabungin jadinya bagaimana ya? Bagaimana juga kalau generasi 1980-an dan 2000-an digabungkan?

title

FROYONION.COM Banyak sekali kejutan. Mungkin itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan Festival Ujung-Ujungnya Dangdut Chapter Jakarta. Bagaimana tidak, mulai dari para musisi yang berpartisipasi yang bahkan menampilkan genre lain seperti halnya kehadiran genre musik rock melalui NTRL, dan juga pop jazz oleh Ardhito Pramono

Namun, di antara semua kejutan tersebut, salah satu momen paling epik adalah kolaborasi yang luar biasa antara dua sosok musisi yang sepertinya tak mungkin berpadu dalam satu panggung, yakni kolaborasi antara Ardhito dengan Jhonny Iskandar.

Agak aneh memang, dan dapat dikatakan berseberangan. Betapa tidak, Jhonny dengan musik dangdutnya yang energik dan seakan mengajak tubuh untuk berjoget ria, sedangkan Ardhito dengan lantunan pop jazz nya yang slow berpadu menjadi satu dalam alunan yang sama.

Kolaborasi Ardhito dengan Jhonny Iskandar
Kolaborasi Ardhito dengan Jhonny Iskandar. (Sumber: Dokumentasi Penulis)

MENYATUKAN MUSIK MELINTASI GENERASI

Setiap generasi pasti akan memunculkan kegemaran yang berbeda pul. Tak terkecuali dalam perkara musik. Mungkin bagi mereka yang mengalami masa muda pada rentang 80-an hingga 90-an, sudah pasti dangdut menjadi idola dan makanan sehari hari bagi mereka. Tembang-tembang seperti Bukan Pengemis Cinta, Secangkir Kopi yang dilantunkan oleh Jhonny Iskandar tentu begitu akrab di telinga mereka.

Namun, bagi mereka yang mengalami masa muda pada milenium kedua sepertinya lebih akrab dengan lantunan-lantunan musik pop dari beberapa musisi kenamaan seperti Afgan, Noah, dan juga Ardhito yang melambung lewat Bitterlove nya. Ya, meskipun dalam beberapa tahun belakangan ini musik dangdut mendapatkan animo yang cukup bagus dari para kawula muda.

Meskipun begitu, kolaborasi antara Ardhito dan Jhonny Iskandar pada Ujung-Ujungnya Dangdut yang digelar pada 1 Juli 2023 silam seakan memberikan warna yang berbeda. Di satu sisi kita sebagai para kawula muda seakan diajak menyelami kembali atmosfer para kawula muda 80 dan 90-an. Terutama lewat tembang Judul-Judulan.

Bagaimana animo kawula muda?

Sudah dapat ditebak, meskipun tembang ini dapat dikatakan “sudah berumur”. Tapi, nyatanya selama penampilan keduanya, sorak sorai penonton yang bernyanyi pun senantiasa mengiringi hingga akhir penampilan keduanya.

MENJEMBATANI GENRE MUSIK: DANGDUT DAN POP JAZZ

Jhonny Iskandar memang bergenre dangdut, dan Ardhito yang bergenre pop jazz dengan irama slow nya yang khas. Namun, bukan berarti ketika keduanya berduanya berduet akan mengikuti salah satu genre. Justru pada penampilan kali ini mereka memilih jalur tengah, yakni orkes, tapi dengan menonjolkan unsur dangdutnya, sesuai dengan judul acaranya Ujung-Ujungnya Dangdut. Jadi, apapun genrenya pasti akhir berakhir dengan dangdut juga.

Hhhm, gimana tuh jadinya?

Kalau kalian ingat dengan PSP alias pancaran sinar petromaks, kurang lebih seperti itu jadinya. Tapi dengan beberapa tambahan cita rasa unik dari masing-masing genre-nya. Jhony Iskandar, dengan aroma dangdutnya yang kuat membawa kehadiran yang kuat dan energik dari musik dangdut, dengan irama yang mengajak penonton untuk berjoget ria dan bernyanyi bersama. Di sisi lain, Ardhito Pramono memberikan sentuhan pop jazz yang lembut dan harmonis, dengan aransemen yang rumit dan penekanan pada melodi vokal yang emosional.

Kolaborasi ini membawa kedua genre musik tersebut bersatu dalam satu pertunjukan yang memunculkan cita rasa tersendiri. Dangdut dengan iramanya yang menggoyang dihadirkan dengan sentuhan pop jazz yang segar, menciptakan nuansa unik yang menghibur para penonton. Hal ini membuktikan bahwa musik memiliki daya tarik universal yang mampu memikat berbagai macam penggemar dari berbagai genre musik.

Pertemuan ini juga sekaligus menunjukkan bahwa kolaborasi antara genre musik dapat memberikan kesempatan bagi para musisi untuk lebih dalam mengeksplorasi kreativitas mereka. Kehadiran Ardhito Pramono menghadirkan interpretasi baru dalam musik dangdut, membawa pengaruh dari genre pop jazz yang melengkapi nuansa dangdut dengan harmoni lembutnya, tapi tak kehilangan nuansa seru khas dangdut. 

Kolaborasi Jhony Iskandar dan Ardhito Pramono dalam menggabungkan dangdut dan pop jazz di Dangdut Festival memperluas batasan genre musik dan menciptakan pengalaman yang berbeda bagi penonton. Mereka membawa kedua genre tersebut ke dalam konteks yang baru, nan berbeda.

PESONA ARDHITO PRAMONO DALAM DANGDUT

Ardhito Pramono dikenal sebagai salah satu musisi muda yang sukses dengan gaya musik pop jazz yang khas. Namun, penampilannya di Dangdut Festival membawa penonton pada pengalaman yang berbeda dengan melibatkan dirinya dalam genre dangdut yang berbeda jauh dari kebiasaannya.

Sebagai seorang musisi, Ardhito Pramono tidak hanya mampu memainkan dan menyanyikan musik pop jazz dengan sempurna, tetapi juga mampu menyesuaikan gaya dan interpretasi musiknya sesuai dengan genre dangdut. Terutama pada saat ia dan Jhonny membawakan lagu sarat makna, “Judul-Judulan”. Ia pun tampak sangat menikmati penampilan malamnya kala itu dengan sesekali mengajak para penonton untuk melantunkan lagu bersama-sama

“Come on Everybody”, teriak Ardhito.

Kehadiran Ardhito Pramono dalam genre dangdut membawa sentuhan yang segar dan berbeda. Dia membawa nuansa pop jazz yang lembut ke dalam irama dangdut yang enerjik, menciptakan kombinasi yang menarik. Pesona vokalnya yang khas dan kemampuannya dalam memainkan instrumen musik secara virtuoso memberikan dimensi baru pada lagu-lagu dangdut yang dikenal dengan ritme yang menggoyang.

Penampilan Ardhito Pramono dalam Dangdut Festival juga menunjukkan fleksibilitas dan juga keberanian sebagai seorang musisi. Dia mampu mengatasi batasan genre musik dan mengeksplorasi ruang kreatif baru dengan menampilkan kemampuannya dalam genre yang sangat berbeda. Hal ini membuktikan bahwa seorang musisi dapat merangkul variasi musik dan mengeksplorasi berbagai genre untuk mengungkapkan bakat dan ekspresi artistik mereka. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Naam Amta Muh Shinin

Coder, writer, and Pengagum Amartya Sen