Music

EP ‘THE FOLK: SIDE B’ ANGKAT PERJALANAN KARIER ‘HAL’ DARI SISI YANG LEBIH PERSONAL

Hal, membuktikan bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh viralitas media sosial, tetapi juga oleh kualitas karya yang autentik dan konsisten. Melalui album mini The Folk: Side B, Hal menampilkan karya yang lebih personal dan reflektif.

title

 

FROYONION.COMKesuksesan musisi era ini sering kali diukur dari seberapa viral mereka di media sosial. Namun, Halim Wicaksono, yang lebih dikenal dengan nama panggung Hal, membuktikan bahwa popularitas yang diraih seorang musisi tidak selalu bergantung pada strategi promosi atau viral di media sosial. 

Lagu berjudul “L” dari album mini perdana Perspektif yang dirilis pada 2018, telah berhasil meraih lebih dari 303 juta pendengar tanpa harus mengandalkan tren viral. 

Hal yang kini mengganti nama panggungnya menjadi Halstage, sesuai dengan akun Instagram-nya, menunjukkan bahwa karya yang baik dan konsisten tetap memiliki daya tarik yang besar.

BACA JUGA: LAGU ‘BERHASIL’ OLEH PERUNGGU YANG BENAR-BENAR BERHASIL

Perubahan nama panggung Hal menjadi Halstage bukanlah keputusan yang datang begitu saja. Dalam penjelasannya, Hal menyebut bahwa nama Halstage sebenarnya merujuk pada “panggung” di mana ia menampilkan karya-karyanya di internet, bukan sebagai identitas pribadi. “Halstage itu panggungnya Hal,” jelas musisi kelahiran Bandung ini. 

Seiring berjalannya waktu, nama Halstage justru lebih dikenal oleh masyarakat dibandingkan nama Hal yang ia pilih sebelumnya. Perjalanan karier Hal ini menunjukkan bahwa sebuah nama panggung dapat berkembang sesuai dengan bagaimana seorang musisi berinteraksi dengan audiensnya.

ALBUM MINI DAN PROSES BERKARYA YANG TANPA TARGET KOMERSIAL

Hal yang telah merilis beberapa album mini sepanjang kariernya, menjelaskan bahwa setiap rilis tidak didasarkan pada konsep atau strategi tertentu. Album mini Perspektif dan The Folk: Side A yang berisi tiga lagu, menjadi bukti bahwa Hal lebih fokus pada proses belajar dan eksplorasi musiknya. 

“Aku benar-benar mengulik bagaimana caranya rekaman, mixing, dan mastering yang bagus,” ungkap Hal tentang perjalanan berkaryanya. Ia menyadari bahwa setiap lagu yang ia ciptakan adalah bagian dari proses belajar dan perkembangan pribadi, sehingga jumlah tiga lagu per album mini bukanlah suatu konsep yang disengaja, melainkan keputusan berdasarkan perasaan dan materi yang ia miliki.

Melalui album mini The Folk: Side A yang dirilis pada Desember 2020, Hal melanjutkan proyek musik yang dimulai pada Januari 2020 melalui kanal YouTube pribadinya. Album tersebut mengangkat tema kehidupan dan menjadi langkah awal bagi Hal dalam merilis karya-karya yang lebih personal. Dengan rilisan The Folk: Side B, Hal ingin memberikan sesuatu yang lebih reflektif, terutama dalam hal asmara, yang menjadi tema utama album ini.

Album mini The Folk: Side B menandai usia karier Hal yang telah mencapai tujuh tahun di industri musik Indonesia. Album ini mempersembahkan tiga lagu yang sangat personal dan reflektif bagi Hal. 

Salah satunya adalah lagu “Di Sore Hari yang Lucu” yang dipilih sebagai trek fokus. Lagu ini menggambarkan kesederhanaan dan kehangatan, yang menjadi esensi utama dari album The Folk: Side B. “Lagu ini berbicara tentang kesederhanaan,” ujar Hal. 

Ia berharap para pendengar bisa merasakan kenyamanan dan kehangatan melalui lirik dan aransemen musik yang sederhana namun mengena.

BACA JUGA: *PHEROMONES, POST ROCK ASAL JAKARTA MERILIS ‘SOOTHING SCREAMS’

Lagu kedua dalam album ini, “Kamu”, berasal dari sebuah puisi yang ditulis oleh salah seorang pendengar Hal. Puisi ini menggambarkan perasaan yang ingin disampaikan kepada seseorang yang dicintai, namun bukan dengan kata cinta, melainkan dengan ungkapan lain yang lebih mendalam dan menggugah. 

Sementara itu, lagu “Bagaimana Bisa Seseorang” menceritakan tentang pasangan yang saling mencintai, namun terpisah oleh keadaan yang tak memungkinkan mereka untuk bersama. Lagu-lagu ini bukan hanya karya Hal, melainkan juga merupakan bagian dari kolaborasi antara Hal dan para pendengarnya yang mengirimkan puisi-puisi sebagai inspirasi untuk lagu-lagu tersebut.

INSPIRASI DARI PENDENGAR DAN KOLABORASI TANPA TATAP MUKA

Hal juga menyampaikan bahwa proses penciptaan lagu-lagu dalam The Folk: Side B sangat dipengaruhi oleh kolaborasi dengan para pendengarnya. “Lagu-lagu yang tercipta berasal dari puisi para pendengar yang tentu sudah seizin mereka untuk dirilis,” katanya. 

Meskipun belum pernah bertemu langsung dengan para pengirim puisi tersebut, Hal merasa bahwa hubungan ini tetap terasa kuat berkat kekuatan internet yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dan berbagi inspirasi tanpa bertatap muka.

Aransemen musik yang sederhana namun efektif merupakan ciri khas dari Hal dalam setiap karyanya. Meskipun menggunakan alat dan teknik produksi yang sederhana, Hal mampu menciptakan suasana yang tepat dan menyentuh hati pendengar. 

Proses berkarya Hal tidak hanya berfokus pada pencapaian teknis, tetapi juga pada bagaimana ia dapat menyampaikan pesan yang mendalam melalui musik dan lirik.

Perilisan album The Folk: Side B tidak hanya menandai kelanjutan dari karya Hal, tetapi juga menjadi refleksi atas perjalanan karier musiknya yang telah menginjak tujuh tahun. Meski tidak selalu mengikuti tren atau mengandalkan media sosial untuk promosi, Hal tetap bisa menemukan tempatnya di hati pendengar yang menghargai kualitas karya. 

Ia merasa bersyukur karena karyanya lebih dikenal karena isinya, bukan karena personalitas atau strategi promosi yang berlebihan. Hal juga mengungkapkan bahwa album mini The Folk: Side B mungkin akan menjadi karya terakhir yang menggunakan nama Hal. Namun, ia tetap berharap karya-karyanya di masa depan dapat terus dinikmati oleh banyak orang.

Dengan perjalanan karier yang panjang dan proses berkarya yang penuh makna, Hal membuktikan bahwa kesuksesan seorang musisi tidak selalu bergantung pada viralitas atau popularitas sesaat. Karya yang autentik dan terus berkembang akan selalu menemukan tempatnya di dunia musik. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Nur Faizi

Reporter LPM Metamorfosa dan menjadi Junior editor di Berita Sleman.