Music

EP ‘DEKLAMASI KUTUKAN MOTILITAS’ DAN TOREHAN LIRIK DI ATAS KERTAS DAUR ULANG

Versi kaset EP ‘Deklamasi Kutukan Motilitas’ ini eksentrik. Lirik yang berbaris itu dicetak di atas kertas bekas yang didaur ulang. Mereka melihat bahwa mencetak di kertas bekas adalah sebuah eksperimen yang estetik.

title

FROYONION.COM - Mini album Deklamasi Kutukan Motilitas adalah proyek hiphop kolaborasi seniman lintas wilayah. Di antaranya yang terlibat adalah dua pelontar rima, yakni Julian Sadam dari Sidoarjo dan DX dari Makassar.

Pada divisi permusikan ada Pathos dari Karanganyar, sang beatmaker yang bertanggung jawab memastikan kidung bouncy trap yang ia produksi merasuk ke telinga pendengar. 

Deklamasi kutukan Motilitas
Tiga kolaborator dalam Deklamasi kutukan Motilitas. Dari kiri DX, Julian Sadam, dan Pathos. (Sumber: Julian Sadam) 

BACA JUGA: EMILY ARMSTRONG DI KONSER LINKIN PARK JAKARTA: ‘KALIAN GAK MUNGKIN GUE LUPAIN’

Album fisik ini diluncurkan pada 14 Februari 2025 dengan berkongsi bersama dua label rekaman, yakni Statescam Records dan Funky Dope Dealer. Sebelumnya pada bulan Mei tahun lalu album ini hanya dirilis di digital streaming platform seperti Bandcamp

Di dalam album terdapat 6 lagu. Dua di antaranya “Intro” dan “Outro” lagu instrumental yang menonjolkan Pathos. Lainnya “Ketika Kota Menjadi Debu” dan “Madah Disonasi Cypher” di awal lagu disambar Julian Sadam. Sedangkan dua lagu lainnya “Terkutuk Merdeka” dan “Di Sisi Pemimpi” dieksekusi DX. 

MEMANFAATKAN KERTAS BEKAS

Kaset Deklamasi Kutukan Motilitas
Kaset Deklamasi Kutukan Motilitas. (Sumber: Instagram Julian Sadam)

Versi kaset Deklamasi Kutukan Motilitas ini eksentrik. Lirik yang berbaris itu dicetak di atas kertas bekas yang didaur ulang. Mereka melihat bahwa mencetak di kertas bekas adalah sebuah eksperimen yang estetik. 

Julian Sadam mengatakan kalau ide ini diterapkan berawal dari kegemarannya secara pribadi mendaur ulang kertas-kertas bekas yang teronggok di rumahnya.

“Ide untuk membuat kertas daur ulangnya emang datang dari kesadaran soal zero waste, dengan mendaur ulang sampah kertas,” terangnya. 

Selain itu, ia juga punya kebiasaan-kebiasaan lain di rumahnya untuk memanfaatkan apapun produk-produk sekali pakai menjadi barang yang lebih berguna. 

“Walau aku pun gak begitu yakin giat macam ini akan mengubah dunia jadi lebih baik di tengah masyarakat yang serba praktis, karena seringkali kegiatanku lainnya kayak mengumpulkan cangkang telur, ngumpulin sisa minyak goreng dalam botol berakhir dengan omelan orang-orang rumah sendiri hahaha,” ujar bapak anak satu itu. 

Ada tantangan tersendiri dalam proses pemakaian kertas daur ulang. Julian Sadam harus memilah kertas-kertas tertentu untuk menyesuaikan gramasinya.

Setelahnya ia harus menyiapkan berbagai alat seperti alat pemotong kertas, blender, dan lain-lain untuk membuat bubur kertas. Setelah diolah menjadi kertas yang baru tantangan berikutnya adalah mencari jasa percetakan karena tidak semua jasa percetakan bersedia menerima pesanan menggunakan kertas daur ulang tersebut.

MERAYAKAN KUTUKAN

EP album ini punya "benang merah" yang terhubung antar semua lagu. DX mengatakan ia dan Julian Sadam di awal penulisan seluruh lirik tidak ingin mengonsep konten lirik secara khusus.

Mereka sepakat membiarkan tema lirik mengalir. Namun saat semua rampung direkam, dua pelontar rima itu baru menyadari punya konsentrasi yang sama dalam menuangkan gagasan seputar kebebasan. Itu sebabnya album dinamai Deklamasi Kutukan Motilitas.

Kami hanya membiarkannya mengalir, tajuk utama belakangan setelah semua rampung. Alhasil, konten lirik yang kami ekspresikan di EP ini hampir semua tentang bagaimana merangkul kebebasan dan otonomi diri," kata DX. 

Album ini menjadi semacam deklarasi bahwa mereka adalah individu yang dikutuk merdeka. 

“Jadi, Deklamasi Kutukan Motilitas bermakna pembacaan puisi tentang individu yang dikutuk merdeka dan memilih mengamini dan menghidupi kutukan kemerdekaan itu,” imbuhnya. 

Julian Sadam punya karakter yang kuat dalam penulisan lirik. Sisi lainnya sebagai pengelola zine Hiphop Grak dan penulis buku Satu Kosong membawanya kepada perenungan serius dalam teknik penulisan, irama, hingga cara penyampaian.

Lirik yang ditulis Julian Sadam di album ini banyak terinspirasi dari berbagai literatur esai yang termuat di zine. Di antaranya adalah Aksara Merdeka, Konspirasi Sel Api, juga Flower Bomb.

“Kalau di rapi came as a lyricist, murid biasa yang masuk ke sekolah dan gemar nyolong pelajaran,” katanya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ugik Endarto

Hidup di selingkung musik, buku, dan gagasan libertarian.