Music

EMPAT LAGU, SATU CERITA: MENGUNGKAP MAKNA DALAM ALBUM ‘HARAPAN’ DARI THE COTTONS

Album mini ‘Harapan’ karya The Cottons, mengulas perjalanan dari optimisme, kehilangan, hingga kebangkitan yang dihadirkan dalam empat lagu. Simak selengkapnya di artikel ini!

title

FROYONION.COMSetelah hampir delapan tahun hiatus, duo suami-istri, Yehezkiel Tambun (Jezkul) dan Kaneko Pardede, yang tergabung dalam The Cottons, akhirnya kembali dengan album mini bertajuk Harapan

Dengan empat lagu yang terhubung satu sama lain, album ini bukan hanya sekadar rilisan musik, tetapi sebuah narasi emosional yang penuh arti. 

Dibandingkan dengan karya-karya mereka sebelumnya, Harapan mengangkat tema-tema yang lebih dalam, mengisahkan perjalanan hidup mereka, harapan yang tumbuh dan hilang, serta bagaimana mereka bangkit dari keputusasaan. 

Lewat musik yang dipengaruhi oleh era kejayaan pop Indonesia tahun 1980-an, The Cottons berhasil mengemas cerita pribadi mereka dalam bentuk musik yang universal, mampu menyentuh pendengar dari berbagai kalangan.

HARAPAN PART 1

Membuka album dengan “Harapan Part 1”, The Cottons mengajak pendengar untuk merasakan energi positif dan harapan yang mengalir dengan lembut. 

Liriknya yang berbunyi penuh semangat, seperti “Kau ada, aku di sini,” menggambarkan awal perjalanan harapan yang penuh dengan kemungkinan. 

Instrumen yang mengiringi, terutama dengan sentuhan synthesizer yang halus, menciptakan atmosfer yang optimis, penuh cahaya, dan menenangkan. 

Jezkul dan Kaneko menyanyikan lagu ini dengan harmonisasi yang sempurna, membuatnya terasa seperti sebuah doa yang dipanjatkan untuk masa depan yang lebih baik. 

Ada rasa segar yang muncul dalam lagu ini, seperti saat kita memulai perjalanan baru dengan penuh keyakinan.

HARAPAN PART 2

Namun, setiap perjalanan tidak selalu mulus. “Harapan Part 2” membawa kita ke dalam fase yang lebih gelap, menggambarkan kehilangan dan kekecewaan yang datang setelah harapan yang dulu begitu kuat kini mulai meredup. 

Lirik seperti, “Tak terukur dalamnya rasa pilu… saat ku kehilangan harapan…” menjadi pernyataan yang begitu kuat tentang kesedihan yang tak terkatakan. 

Di sini, The Cottons menunjukkan kedalaman emosional yang jarang ditemukan dalam musik pop. 

BACA JUGA: JACKSON WANG RILIS HIGH ALONE, POTRET LAGU INTROSPEKTIF DENGAN MAKNA YANG DALAM

Dengan melodi yang lebih melankolis dan tempo yang lebih lambat, lagu ini terasa seperti sebuah renungan akan keruntuhan dan kehampaan setelah sebuah impian tak tercapai. Suasana yang dibangun oleh synthesizer yang lembut dan vokal yang penuh perasaan membenamkan pendengar dalam perasaan kesedihan yang mendalam. 

Saat Jezkul dan Kaneko menampilkan lagu ini di Paguyuban Crowd Surf Vol. 5, tidak bisa dipungkiri bahwa air mata pun mengalir, membuktikan betapa jujurnya perasaan yang mereka tuangkan dalam karya ini.

HARAPAN PART 3

Setelah melalui kesedihan yang berat, “Harapan Part 3” menawarkan sebuah terobosan, mengembalikan semangat yang sempat hilang. Lagu ini seolah menjadi jawaban atas kegelapan yang datang sebelumnya. 

Dengan lirik yang penuh tekad dan semangat untuk bangkit, seperti “Kita kan berjalan lagi,” lagu “Harapan Part 3 memberikan rasa optimisme yang kembali tumbuh, meskipun dengan perjalanan yang lebih berat. Musik yang mengiringinya lebih dinamis, dengan instrumen yang lebih hidup dan kuat. 

Ada energi baru yang hadir dalam trek ini, seperti kita yang berusaha berdiri kembali setelah jatuh. Dalam lagu ini, The Cottons berhasil menyeimbangkan emosi antara kesedihan dan kebangkitan, memberikan pendengar sebuah harapan yang akhirnya datang setelah kegelapan.

ASHES OF HOPE

Trek terakhir, Ashes of Hope, adalah penutup yang begitu merenung dan penuh makna. Lagu ini terasa sangat reflektif, mencerminkan perjalanan panjang dari harapan yang tumbuh, hilang, dan kembali. 

Liriknya yang berbunyi, “Kita bukanlah abu yang hilang, tapi api yang terus menyala,” mengajak pendengar untuk menerima kenyataan hidup, meski penuh dengan luka. Dengan musik yang lebih minimalis, namun tetap kuat, Ashes of Hope menyajikan kesan kedamaian yang datang setelah semua pergulatan batin. 

Ini adalah lagu yang berbicara tentang penerimaan dan kedewasaan, tentang bagaimana kita akhirnya menemukan kedamaian setelah melalui segala kegelisahan. Ada keindahan dalam lagu ini, yang mengajak kita untuk melepaskan masa lalu, dan memulai babak baru dengan hati yang lebih lapang.

Proses pembuatan album Harapan juga tidak berjalan mulus. Meskipun ide dasar sudah ada sejak 2020, banyak kendala yang menyebabkan album ini baru selesai pada 2024. Proses rekaman yang hanya memakan waktu tiga bulan, terhitung sangat cepat mengingat kedalaman karya yang dihasilkan. 

The Cottons merekam album ini di Studio Mawar, rumah pribadi mereka, yang memberikan sentuhan personal pada setiap trek. Selain Jezkul dan Kaneko, mereka juga melibatkan Yanuari Murdiansah di bass dan Christo Putra di drum, yang turut memberikan warna khas dalam setiap lagu. 

BACA JUGA:  RAISA RILIS IT’S OKAY TO NOT BE OKAY: PESAN MENGHARUKAN UNTUK MERANGKUL KERAPUHAN

Meskipun prosesnya terbilang singkat, hasilnya jelas menunjukkan bahwa keduanya memiliki dedikasi yang luar biasa dalam menciptakan karya yang penuh makna. Walaupun album ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi Jezkul dan Kaneko, Harapan memiliki kekuatan untuk menyentuh banyak orang dengan cara yang lebih universal. 

Setiap lagu dalam album ini membawa pesan yang bisa diterima oleh siapa saja yang pernah merasakan kehilangan, kebangkitan, dan harapan yang kembali. Lirik yang sarat makna, ditambah dengan musik yang mengalir begitu indah, membuat setiap trek menjadi sebuah karya seni yang patut didengarkan berulang kali. 

Dari Harapan Part 1 yang penuh optimisme, Harapan Part 2 yang penuh dengan kesedihan, Harapan Part 3 yang mengajak kita bangkit, hingga Ashes of Hope yang memberi rasa legowo, album ini adalah perjalanan emosional yang tak akan pernah terlupakan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Nur Faizi

Reporter LPM Metamorfosa dan menjadi Junior editor di Berita Sleman.