Seminggu telah berlalu sejak Synchronize Fest 2023 digelar. Tapi rasanya penampilan mereka–musisi-musisi kesukaan Graphic Designer satu ini–masih membekas di hati.
FROYONION.COM - Synchronize Fest 2023 sukses digelar pada 1-3 September lalu di Gambir Expo Kemayoran, Jakarta.
Lineup festival musik satu ini memang unik dan sesuai dengan tema yang diusung, ‘Bhineka Tunggal Musik’. Dari pop sampai rock, dari folk sampai punk, semua tersaji begitu lengkap demi memanjakan seluruh pengunjung yang hadir.
Dari total 167 penampil, ada beberapa yang sangat membekas di hati seorang laki-laki asal Bogor yang kesehariannya bekerja sebagai Graphic Designer di Froyonion, Maha Fadillah.
Tanpa diminta, inilah cerita keseruan Maha saat berkeliling di panggung Gig, Forest, dan XYZ.
Cerita dimulai saat TIGAPAGI, band folk asal Bandung yang dilabeli sebagai salah satu ‘gelombang pertama’ musik folk Indonesia–bersama dengan Payung Teduh dan Banda Neira.
“Gue udah tahu mereka dari zaman gue SMA. Menurut gue mereka unik karena bisa menggabungkan folk dengan musik Sunda,” tutur Maha.
Rupanya musik-musik TIGAPAGI sukses menghipnotis para penonton. Sampai-sampai ada yang berkomentar, “Kalian teh beneran dari Bandung? Bukan dari Surga?”
Kekuatan magis TIGAPAGI memang sudah diakui para penikmat folk indie Tanah Air. Maha pun mengakui bahwa dari tahun ke tahun, rasa kagumnya pada band satu ini terus bertumbuh. Salah satunya adalah saat ia menjadikan TIGAPAGI sebagai bahan riset penelitiannya saat di jenjang perkuliahan.
Tak heran jika ratusan penonton panggung XYZ di malam itu sangat menikmati Yes We’re Lost hingga Tertidur.
Seusai dari panggung XYZ, para pengunjung Synchronize Fest 2023 yang ingin berkunjung ke panggung lain pasti melewati kaleng kerupuk satu ini.
Disebut ‘Oleng Upuk’, panggung kecil dan unik di tengah-tengah lalu lintas Gambir Expo Kemayoran kala itu rupanya sukses hibur para pengunjung yang berlalu lalang.
Salah satunya adalah saat The Nifty Radio tampil. Nadhif, Mahdi, dan Naufal asik ber-DJ di Oleng Upuk–mengguncang sore hari dengan lagu-lagu tech house.
“Mereka itu temen-temen gue, jadi gue sempetin juga buat nonton mereka. Nggak disangka asik juga dengerin tech house sore-sore, tetep joget tapi disinari matahari,” kata Maha menceritakan pengalaman unik bersama NIfty Radio.
Kehadiran Oleng Upuk sejatinya tidak asing–karena di Synchronize Fest tahun lalu pun panggung satu ini sudah ada. Beruntungnya tahun ini, Oleng Upuk punya rundown sendiri, yang membuatnya jadi panggung kecil yang ditunggu-tunggu tahun ini.
Setelah menikmati lagu-lagu folk dan tech house, tiba saatnya mengangguk-anggukkan kepala bersama Dongker, band punk asal Kota Kembang.
Salah satu hal unik dari band ini–selain musiknya tentunya–adalah penampilan sang gitaris-vokalis, Arno, yang sibuk membenarkan gitarnya yang tidak bisa bunyi karena asyik berinteraksi dengan penonton.
Saking pecahnya aksi Dongker malam itu, kejadian ini sampai-sampai masih tergambar jelas di benak Maha, “Jadi waktu itu Dongker banyak ngelakuin crowd surfing sama penonton. Seru banget, parah. Tapi jadinya gitarnya Arno nggak bisa bunyi. Yah nggak apa-apa sih, soalnya aksi mereka banyak mencuri perhatian pengunjung lain yang nggak berniat nonton mereka.”
Beralih ke musik reggae (sampai sini sudah sadar sama keberagaman musik kesukaan Maha?), The Paps masuk ke salah satu penampil yang juga membekas bagi Maha.
“Gue udah pengen nonton mereka dari lama sebenernya. Terakhir nonton tuh tahun 2014. Waktu itu gue belom menikmati banget penampilan mereka. Nah, sekarang sih jauh lebih bisa menikmati ya karena gue sendiri juga makin terbuka dengan genre musik lain,” tuturnya.
Bagi para Gen-Z, Rub of Rub mungkin jadi salah satu band reggae yang sedang naik daun. Kalau kalian adalah penggemar Rub of Rub, The Paps inilah ‘bapak’-nya.
Bersyukur juga di Synchronize Fest tahun ini, musik reggae Indonesia bisa mendapatkan lebih banyak panggung. Jadi walaupun reggae adalah genre musik yang lumayan segmented, setidaknya dengan kehadiran The Paps dan musisi reggae lainnya, semakin banyak orang dapat mengapresiasi musik-musik mereka.
Folk, punk, reggae, beberapa genre musik yang sudah Maha jelajahi.
Terima kasih kepada Raka–teman dekat Maha sejak 8 tahun lalu dan Jurnalis Pop Hari Ini–yang menjadi influence terbesar Maha untuk mendengar lebih banyak ragam musik-musik lokal.
Jika kalian mengagumi hasil potret Maha di atas, Raka juga lah yang membuat Maha tertarik dengan fotografi panggung hingga dapat menghasilkan foto-foto seperti ini.
“Sedikit pesan sponsor, makasih ya, Rak,” tuturnya.
Masih tentang pertemanan, band rock yang sudah ada dari tahun 2002 ini juga membuktikan eratnya pertemanan mereka dengan aksi ‘tukar peran’ di panggung Gigs.
Uniknya, penampilan band fenomenal satu ini bersifat rahasia, yang membuat banyak pengunjung terkejut dan excited untuk berbondong-bondong lari ke panggung Gigs demi menonton mereka.
“Stage-nya rusuh banget. Bayangin aja band segede ini tapi dikasih intimate session di Gigs. Mana pada tuker-tukeran instrumen musik, jadi makin pecah lagi,” tutur Maha.
Sang vokalis pegang gitar, bassist main gitar, gitaris main drum, dan drummer-nya nyanyi.
Tanpa latihan–setidaknya terlihat begitu–mereka mencoba membawakan lagu dengan meraba-raba peran baru mereka. Alhasil tawa para penonton pecah juga karena aksi iseng mereka.
Selanjutnya agak jomplang memang, tapi Maha memang suka eksplor band-band lokal. Alhasil Pentas Dinamika Bangkutaman juga masuk ke dalam list penampil yang ditontonnya.
“Ini termasuk band Psikedelik Folk-Rock. Musiknya menarik dan bisa dinikmati sambil bengong,” jelasnya.
Menurut Maha, kalian yang suka musik folk, aransemen lagu yang ada flute-nya, atau simply suka lagu-lagu ngawang, wajib banget dengerin lagu-lagu mereka.
Masih di genre musik yang sama, Zeke and the Popo jadi salah satu penampil yang dikangenin sama para pengunjung Synchronize Fest 2023.
Bagaimana tidak? Sang vokalis, Zeke, akhirnya kembali ke Tanah Air setelah kepergiannya ke New York, Amerika Serikat. Bak upacara penyambutan Zeke, para penonton bersama dengan personil band lainnya beramai-ramai lari ke atas panggung dan berdendang bersama.
“Menurut gue penampilan mereka juga pecah parah. Orang-orang lama yang dengerin lagu indie pasti tahu mereka deh dan pasti kangen sama penampilan mereka,” jelas Maha.
Beralih ke musik rap, Jakarta Tenggelam berhasil ‘menenggelamkan’ massa dengan penampilan asik mereka.
“Awalnya gue nggak niat nonton mereka, tapi karena kepo dan lagi gabut akhirnya nonton aja. Eh, ternyata seru banget!” kata Maha menceritakan kesannya.
Terdiri dari beberapa rapper Indonesia, Jakarta Tenggelam sukses mengguncang panggung XYZ sampai rela crowd surf berkali-kali. Uniknya saat kejadian ini berlangsung, Abim (salah satu rapper indie legendaris Indonesia), hanya melihat dari kejauhan.
Sampai akhirnya Basboi menyadari kehadirannya dan berkata,”Tanpa dia, gue kayaknya nggak bakal nge-rap.”
Satu kalimat yang merangkum kata ‘terima kasih’ dan kekaguman Basboi pada Abim.
Masih berbicara soal kekaguman, Jamie Aditya bawakan lagu Good Times oleh Glenn Fredly. Seperti Basboi yang mengidolakan Abim, begitu juga Jamie pada Glenn.
Pria yang sempat berkarier sebagai VJ MTV ini jujur mengatakan bahwa musik-musiknya banyak dipengaruhi oleh Bung Glenn.
‘Dulu gue pengen bikin collab tapi nggak kesampaian. Nanti kali ya, kalu gue udah di sana (Surga) juga’, adalah sepenggal kalimat Jamie yang masih teringat jelas di benak Maha.
“Mana dia bawain lagu soul-black yang enak tapi emosional, kan? Jadi waktu dia bilang gitu gue makin terenyuh,” kata Maha.
Jika dilanjutkan, masih ada puluhan foto yang ingin Maha bagikan dan ceritakan satu per satu kepada kalian. Walau nggak bisa semua foto ditampilkan, sudah terbayang kan seseru apa Synchronize Fest 2023? Terbukti sudah slogan ‘Bhineka Tunggal Musik’ bukan hanya slogan semata, tapi juga diamini dengan lineup musisi lokal yang sangat beragam.
Jadi nggak sabar ya untuk datang lagi ke Synchronize Fest tahun depan! (*/)