Konser 20 tahun Maliq & D'Essentials terlaksana di JIEXPO Kemayoran, Jakarta. Dihadiri anak muda dari berbagai linimasa, konser menjadi bukti unit jazz-pop tersebut adalah salah satu grup musik yang paling konsisten di Indonesia.
FROYONION.COM – Senyum lebar terpancar di wajah Wafa Harwindo tatkala putrinya berjoget mendengar lagu “Senja Teduh Pelita”. Momen itu pantang dilewatkan. Pria 29 tahun itu bergegas mengambil gawai pintar dan merekam tingkah buah hatinya. Tiga kali bocah tiga tahun tersebut mengecup pipi Wafa. Pekan ini, lengkap sudah bahagianya.
Konser 20 Tahun Maliq & D’Essentials yang terlaksana di JIEXPO pada Ahad malam, 14 Mei 2023, menjadi momen Wafa menikmati akhir pekan bersama keluarga. Warga Bekasi itu terbilang salah seorang penggemar berat Maliq & D’Essentials atau D'Essentials. Sudah 17 tahun ia mengikuti unit jazz-pop tersebut.
Wafa mengaku pertama kali mengenal Maliq dari pentas seni (pensi) SMP-nya pada 2008. Maliq tampil memukau pada acara tersebut. Sejak saat itu, Wafa menjadi loyalis berbagai karya Maliq. Ia mengaku paling senang mendengar musik Maliq & D’Essentials saat berkendara.
“Kebetulan saya dan istri sama-sama suka. Nah, jadi lagunya diputar terus di mobil. Eh, lama-lama anak suka. Makanya dari tadi goyang terus. Ini konser Maliq keduanya,” beber Wafa.
Lain Wafa lain pula Indah Octaviani, 27 tahun. Bagi Indah, sapaan karibnya, Konser 20 Tahun Maliq Maliq & D’Essentials adalah momentum ‘balas dendam’. Sejak didiagnosis mengidap stadium tiga lymphocytic leukaemia atau kanker darah pada 2022 silam, sulit baginya untuk beraktivitas secara normal.
Indah harus bolak-balik kemoterapi. Ia bahkan cuti bekerja. Konser tersebut pun menjadi hajatan musik pertamanya sejak dinyatakan dari kanker. Indah mengaku sering mendengar lagu-lagu Maliq & D’Essentials sejak bangku SMA.
"Tahun lalu cuma bisa terbaring doang jadi alhamdulilah, worth it banget. Bisa dibilang life changing experience. Energi positifnya terasa banget,” kisah perempuan berhijab tersebut kepada awak FROYONION. Sebuah penantian yang tidak sia-sia.
Ribuan orang memadati JIEXPO Kemayoran. Dari pintu depan sampai Hall B3 dan C3, penonton berasal dari berbagai kalangan dan usia. Pemandangan tersebut menjadi potret kecil dari sebuah fakta sederhana; Maliq & D'Essentials adalah salah satu band Indonesia yang sukses memiliki basis pendengar lintas usia. Mulai sepasang anak muda yang berpacar-pacaran. Suami-istri yang mendorong kereta bayi. Bahkan satu circle emak-emak usia 30-an.
Sebanyak 14 ribu orang menonton konser tunggal kelompok musik yang beranggota Angga Puradiredja (vokal), Indah Wisnuwardhana (vokal), Dendy Sukarno/Jawa (bass), Widi Puradiredja (drum), Arya Aditya Ramadhya/Lale (gitar), dan Ilman Ibrahim Isa (keyboard dan piano) tersebut.
“Kita akan bahwa kalian ke taman bermain Maliq,” ucap Indah Wisnuwardhana di penghujung lagu kedua.
Betul saja, dengan total penampilan nyaris tiga jam, setidaknya ada 31 lagu yang dibawakan Maliq & D'Essentials. Tembang berasal dari berbagai linimasa. Mulai dari album pertama yakni 1st. Album favorit Mata Hati Telinga. Dan yang terbaru, RAYA.
Aransemen, transisi, dan performance yang dihadirkan terasa unik. Setiap track terdengar segar dan berbeda. Ada joget disko. Suara synthesizer Daft Punk. Raungan Horn section dan penampilan solo bass serta gitar. Dalam lagu Himalaya dan Drama Romantika, Maliq bahkan menggandeng musisi jazz legendaris Indonesia, Indra Lesmana.
Penonton seolah diajak melihat berbagai ‘wajah’ Maliq & D'Essentials. Dari ‘raja pensi SMA’ hingga salah satu band terbesar di industri musik Indonesia. Hal ini pun ditegaskan dalam sejumlah video dokumenter yang ditampilkan singkat.
Sebelum memainkan lagu Idola, satu per satu personel Maliq & D'Essentials mengucapkan terimakasih kepada keluarga dan orang terdekat mereka. Bagi Angga Puradiredja, karir musik Maliq & D'Essentials tidak akan sampai dua dekade tanpa restu kedua orang tua.
"Makasih sudah mengizinkan aku main musik, ya, pa, mah," ucapnya terisak.
Selain menyuguhkan penampilan memukau, Maliq berbagi cinta’ dengan gimmick-gimmick energik nan mengejutkan. Berkali-kali Angga Puradiredja dan Indah Wisnuwardhana melempar merchandise seperti kaos, pouch, dan topi ke arah penonton. Gitaris, Arya Aditya Ramadhya, bahkan sempat memberi sebuah gitar bertandatangan.
Pada satu momen, Angga bahkan sempat menggoda penonton untuk naik ke panggung sebelum memulai lagu Coba Katakan. Ia menantang mereka yang pernah mengirim direct message atau pesan di Instagram pribadinya.
"Siapa yang pernah bilang gue ganteng di DM tapi gak berbalas. Ayo sini naik, tunjuk tangan. Eh, itu kok yang tunjuk tangan cowok. Eh, lu ngapain nunjuk cewek lu,” kelakar Angga disambut tawa audiens.
Seorang perempuan bernama Rima lantas naik ke panggung. Beberapa kali Angga merangkul serta memeluk perempuan tersebut. Sesekali tersipu malu, Rima tersenyum lebar saat duduk di samping Angga.
“Menang banyak woy,” teriak salah seorang penonton perempuan di samping penulis. Boleh dibilang, para penonton yang membeli tiket kategori Fan Pit adalah yang paling banyak meraup untung dalam Konser 20 tahun Maliq & D’Essentials.
“Memang tidak sia-sia beli tiket 2 juta,” tutur penonton yang lain. Sebagai informasi, tiket konser ludes terjual dalam waktu kurang lima jam sejak dibuka 7 Maret 2023.
Konser 20 Tahun Maliq & D’Essentials menjadi potret lika-liku band tersebut dua dekade berkarya. Dalam konferensi pers yang terlaksana di Little League, Jakarta Selatan, Kamis, 4 Mei 2023, terungkap bahwa agenda tersebut adalah kali pertama Maliq mengadakan konser tunggal. Persiapan yang dilakukan tidak setengah-setengah.
Kedua vokalis mengaku harus melatih fisik untuk menjaga stamina. Selain itu, mereka kembali menggunakan daftar lagu atau setlist. Maliq terakhir menggunakan setlist setelah tampil bersama The Groove dalam acara bertajuk D’Essentials of Groove pada 2016. Sudah tujuh tahun Maliq & D’Essentials tidak pernah menyusun daftar lagu yang akan dipentaskan di panggung.
“Dari yang biasanya spontan harus well prepared. Jadi ini hal yang sangat baru buat kita,” beber bassist, Dendy Sukarno, akrab disapa Jawa.
Adapun terkait konsistensi, Drummer, Widi Puradiredja, kemudian mengungkap tentu akan jenuh bermusik dengan orang yang sama selama dua dekade.
Walhasil, friksi dan dinamika pasti adalah keniscayaan sekelompok orang yang bekerja sama. Oleh sebab itu, ia melihat hanya ada dua kunci untuk konsisten bermusik: kompromi dan komunikasi.
“Ibarat sudah lama pacaran, kalau sedikit-sedikit mau putus kenapa tidak dari dulu saja? Nah, inilah pentingnya bersikap dewasa. Jadi kita paham keinginan dan ketidaksukaan masing-masing,” imbuhnya.
Sementara itu, agar tidak mandek bermusik, Indah Wisnuwardhana menjelaskan pihaknya selalu mengambil topik yang lekat dengan pengalaman pribadi. Setiap album Maliq & D’Essentials dapat dimaknai sebagai fase yang berbeda di kehidupan mereka.
“Dan semua ini, dirangkum dalam satu malam konser 20 tahun itu,” terangnya.
Meski kerap disebut ‘aneh’ pada masa awal kemunculannya, Konser 20 Tahun Maliq & D’Essentials adalah bukti band tersebut berhasil tegak lurus dalam berkarya. Dua dekade sudah berlalu tapi Maliq kian konsisten menghadirkan berbagai tembang riang gembira. Kaum tua maupun muda, semua bisa menikmatinya. (*/)