The 90s Festival memang membidik generasi Milenial yang kini umurnya udah 30-an dan 40-an tahun tapi kamu sebagai Gen Z juga masih bisa menikmatinya.
FROYONION.COM - Bisa dikatakan bahwa The 90s Festival benar-benar jadi momen nostalgia dan kumpul mereka yang terlahir sebagai angkatan tersebut.
Berbeda dengan festival-festival musik lain di Indonesia yang mayoritas penontonnya kebanyakan anak-anak Gen S atau kumpulan remaja, The 90s Festival dihadiri oleh kebanyakan orang-orang yang merasakan hegemoni musik tahun 90-an yang saat ini bisa dibilang sudah banyak yang menikah dan memiliki anak.
Salah satu line-up yang menyedot perhatian adalah Protonema, band Bandung yang di akhir 90-an menuju milenium 2000 digandrungi kawula muda.
Mereka berhasil ‘membius’ penonton dengan kenangan-kenangan masa lalu melalui lagu andalan yang mereka bawakan dengan judul “Rinduku Adinda”. Di tahun 1997 lagu tersebut memperoleh penghargaan AMI lewat kategori pencipta lagu terbaik.
Tidak hanya Protonema, hadir sederet musisi yang eksis di tahun 90-an yang memeriahkan momen reuni tersebut.
Sebut saja Exist, musisi legendaris asal Malaysia yang menutup penampilannya dengan lagu andalan “Mencari Alasan” kemudian Rick Price hingga Java Jive.
Salah satu yang ditunggu juga kehadirannya oleh penonton adalah Ahmad Band. Beberapa kali sempat salah lirik nggak membuat Ahmad Dhani kikuk, ya namanya juga sudah maestro. Kesalahan-kesalahan minor seperti itu justru ia jadikan bahan candaan.
Penonton pun juga menikmati candaan-candaan yang dibuat oleh Ahmad Dhani di atas panggung. Di sela-sela menuju lagu berikutnya Ahmad Dhani memberikan komentar soal musik 90-an.
“Bahagialah kamu yang hidup di tahun 90-an karena emang musiknya lebih bagus dari yang sekarang-sekarang’, celetuknya di atas panggung.
Musisi itu menambahkan juga: ”Tapi lebih bahagia lagi kalo kamu hidup di tahun 70-an musiknya lebih keren-keren lagi, ya saya masih ngalamilah dikit-dikit musik 70-an di tahun 77 atau 78 gitu’.
Karakter Ahmad Dhani yang ceplas-ceplos dalam berkomentar ia bawa juga dalam penampilannya bersama Ahmad Band malam itu. Penampilan Ahmad Band ditutup dengan Lagu “Kuldesak” yang diminta oleh para penonton.
BACA JUGA: GOD BLESS DAN 166 MUSISI LAINNYA BAKAL MEMERIAHKAN SYNCHRONIZE FESTIVAL 2023
Berselang beberapa menit usainya penampilan Ahmad Band, Cokelat tampil dengan formasi lamanya: Kikan, Edwin, Ernest, Ervin, dan Rony.
Band yang mulai mencuat namanya di akhir 90-an lewat lagu “Bunga Tidur” dalam kompilasi album Indie Ten (1998).
Mereka berhasil mengembalikan momen-momen patah hati dan percintaan masa muda anak 90-an dengan lagu-lagu andalan seperti “Karma”, “Luka Lama”, hingga “Segitiga”. Kikan dkk mengakhiri sajiannya malam itu dengan lagu “Bendera”.
Yang ditunggu pun tiba, Penampilan Nina Persson bersama kolega The Cardigans-nya di akhir malam The 90s Festival semakin membuat penonton yang mayoritas sudah berkepala empat berteriak.
Dibuka dengan “Paralyzed” dari album Gran Turismo (1998). Sepertinya tidak salah jika Swedish Pop (gelombang band-band asal Swedia) era 90-an yang digawangi oleh vokalis-vokalis wanita macam Nina Persson di The Cardigans lalu Agnesia dan Anni di Abba benar-benar memengaruhi perkembangan musik dunia pada saat itu.
Lihat saja sendiri contohnya di Indonesia ada Mocca dengan vokalisnya Nina hingga Laluna yang vokalisnya Manik benar-benar terpengaruh oleh formasi dan genre musiknya yang cenderung Indie Pop/ Alternatif.
Penonton yang mayoritas berusia 30-an hingga 40-an di 90s Festival makin berteriak kencang ketika lagu andalan band yang digawangi oleh Nina Persson (vokalis), Peter Svensson (gitaris), Magnus Sveningsson (basis) yaitu “Lovefool” dinyanyikan.
“Love me, love me say that you love me”, para penonton kelihatan sangat kompak dan gembira menyanyikan bagian reff dari Lovefool.
The 90s Festival malam itu terasa begitu semarak, menyenangkan, yang terlihat dari wajah penonton yang hadir setelah penampilan akhir The Cardigans. Banyak juga momen reuni teman-teman lama yang sudah tidak pernah bertemu lagi. (*/)