Amerta, band post-metal asal Jakarta, resmi merilis album perdana mereka Nodus Tollens. Album ini menggambarkan gejolak batin dalam balutan riff yang penuh emosi dan melodi atmosferik yang mendalam.
FROYONION.COM Lima tahun perjalanan yang penuh tantangan akhirnya terbayar. Amerta, band asal Jakarta yang berakar pada genre post-metal, sludge, dan power metal, merilis album debut penuh mereka bertajuk Nodus Tollens.
Album ini tidak hanya sekedar koleksi lagu, tapi sebuah narasi kompleks tentang eksistensi dan perjalanan hidup.
Melalui rilisan ini, Amerta menciptakan pengalaman musik yang mendalam, emosional, dan penuh perenungan.
Judul Nodus Tollens merujuk pada istilah yang menggambarkan momen ketika seseorang merasa bahwa narasi hidupnya tak lagi masuk akal.
Kondisi ini mencerminkan betapa dunia terus berubah dan seringkali penuh teka-teki. Amerta mengajak pendengar untuk meresapi gejolak emosional ini, mengajukan pertanyaan tentang hidup, dan menghadapi chaos yang ada di dunia nyata.
Album ini adalah hasil eksplorasi panjang yang memadukan elemen dari genre post-metal, doom/sludge, hingga sentuhan shoegaze dan indiepop.
Kombinasi riff berat dari gitaris Raja Panggabean, dentuman dinamis dari drummer Auliya Akbar, serta permainan bass mendalam dari Anida Bajumi menghadirkan tekstur bunyi yang kaya.
Vokalis Techa Aurellia dan Lody Andrian pada synthesizer melengkapi aransemen yang atmosferik dan penuh emosi.
Meskipun terdengar gelap dan berat, Amerta dengan cermat menyisipkan lapisan melodi yang lirih dan menenangkan, menambah kedalaman dibalik setiap komposisi.
BACA JUGA: MENGUBUR SEMUA KERAGUAN, FUNERUUU SUKSES DEBUT DI SYNCHRONIZE FEST 2024
Menariknya, proyek Amerta lahir dari ide yang tidak direncanakan. Raja Panggabean menceritakan bahwa ide awal bermula saat ia berkuliah di Australia pada 2018.
Beberapa riff yang ia ciptakan awalnya untuk band lamanya, Revenge, tetapi setelah dipertimbangkan, ternyata lebih cocok untuk proyek baru. Materi ini kemudian ia bawa ke Indonesia dan mulai digarap serius bersama Akbar pada 2019.
Keberhasilan Nodus Tollens juga tidak lepas dari tangan produser Ricky Siahaan, gitaris Seringai. “Ini tantangan yang menyenangkan karena Amerta memilih untuk bereksplorasi dengan rasa, bukan kecepatan dan teknik semata," ujar Ricky.
Proses pembuatan album ini benar-benar melibatkan seluruh anggota. Anida Bajumi, yang bergabung pada akhir 2019, menyebut bahwa materi dasar sudah dikembangkan sejak 2019 dan terus dibongkar pasang sesuai kebutuhan.
Amerta banyak melakukan workshop di berbagai tempat, dan meskipun studio mereka tidak selalu proper, namun hasil yang tercipta tetap luar biasa.
Setiap lagu di Nodus Tollens melalui proses pengerjaan yang mendalam, termasuk dengan partisipasi Haryo Widi (Oyob), sound engineer yang turut serta mengembangkan album ini.
Raja mengapresiasi Oyob sebagai sound engineer yang memahami benar arah musikalitas Amerta.
Setiap anggota band memberikan kontribusi unik dalam menciptakan album ini. Bagi Raja, album ini adalah pencapaian personal yang penting.
“Seperti kehidupan, album ini penuh dengan dinamika. Ada yang cepat, ada yang lambat, tapi semuanya bergerak secara proporsional,” ungkapnya.
Pengalaman hidup mereka, baik secara individu maupun kolektif, tergambarkan dalam tiap alunan musik dan lirik di Nodus Tollens.
Salah satu kejutan terbesar dalam album ini adalah gubahan ulang lagu legendaris “Kala Sang Surya Tenggelam,” yang dipopulerkan oleh mendiang Chrisye.
Keputusan untuk menggubah lagu ini mendapatkan apresiasi positif dari fans. Raja menyebut proses rekonstruksi lagu ini terbilang singkat, namun mereka berhasil menyuntikkan “rasa Amerta” ke dalamnya, tanpa mengubah struktur dasar yang sudah sangat indah.
Nodus Tollens tidak hanya meresonansi di Indonesia, tetapi juga memiliki daya tarik luar. Pengaruh musik internasional yang dibawa Amerta berbaur dengan nuansa lokal yang kuat, menjadikan album ini relevan bagi pendengar dari berbagai latar belakang.
Musik mereka menjembatani jarak antara skena post-metal luar dengan realitas lokal yang sangat personal.
BACA JUGA:
REFLEKSI KEHILANGAN DAN PENERIMAAN DALAM ALBUM TERBARU FEBY PUTRI
Ilustrasi muka album yang digarap oleh Ramzi Firhad turut memberikan visual yang kuat terhadap keseluruhan tema. Nodus Tollens sudah bisa dinikmati di berbagai platform streaming mulai 11 Oktober 2024, dengan versi fisik menyusul dalam bentuk piringan hitam dan CD.
Untuk merayakan peluncuran album ini, Amerta telah menyiapkan serangkaian tur dan penampilan langsung.
Mereka berjanji akan memberikan pengalaman musik yang intens dan mendalam bagi para penggemar yang sudah lama menanti. Detail lengkap mengenai tur ini akan segera diumumkan. (*/)