Sebuah konser dan perilisan album yang terinspirasi dari perjalanan hidup seorang Malve menjadi wadah untuk para pecinta musik untuk berkontemplasi dengan cara bernostalgia.
FROYONION.COM - Nama Malve akan terdengar asing di telinga para anak muda saat ini atau beberapa tahun sebelum tahun ini.
Nyatanya dia hanya seorang musisi lokal asal Banjarnegara yang menetap di Yogyakarta, tepatnya di Frogstay homestay miliknya sendiri, sambil mengumpulkan ribuan kaset pita band-band dalam dan luar negeri.
Tapi mungkin nama “Malve” tidak akan terdengar asing di telinga Mas Danto (@sisirtanah) karena mereka berdua pasti sering bertemu dan “dakwah” melalui musik bersama di Frogstay.
Namun sayangnya kalau kamu ingin berkenalan dan bermain musik bersama Malve hanya sekadar untuk membuat namanya tidak asing itu sudah terlambat.
Kurang lebih 2 tahun yang lalu Malve meninggal dunia dan meninggalkan 3 band yang dia miliki (@malvemerelmain, @helpmetouchme, dan @shoppinglistyk).
Meskipun Malve sudah meninggal, namun semua karya, inspirasi, dan kenangannya tidak ikut pergi bersamanya. Semuanya tetap terjaga dan diingat oleh orang-orang yang pernah mengenalnya atau bahkan hanya melihatnya.
Perjalanan hidup Malve menjadi sebuah inspirasi dalam pembuatan album yang digarap oleh Merel van den Berg, seorang musisi asal Belanda yang bekerjasama dengan teman-teman Malve Yogyakarta.
Album tersebut diberi nama Mata Hati yang berisi 10 lagu dan merupakan persembahan Tribute to Malve.
Merel van den Berg sendiri merupakan partner Malve di @marvemerelmain yang sebelumnya juga sudah memiliki album garapan mereka berdua, berisi 9 lagu dan bisa didengarkan di Spotify atau YouTube.
Perilisan album Mata Hati ini tidak hanya sekadar rilis saja, namun Merel seperti sengaja membuat sebuah konser perilisan yang bertujuan untuk berbagi kenangan tentang Malve dengan menyuguhkan konsep yang menghadirkan eksistensi dari seorang Malve.
Konser perilisan yang digelar pada 10 Juni 2023 di Kafe Ada Sarang, Kasihan, Bantul ini menyediakan Vintage and Art Market yang menjual merchandise dan handicraft Mata Hati, dan koleksi kaset dari Malve.
Para penonton yang datang jelas tidak terbebani dengan harga tiket karena meskipun ini acara konser dan perilisan album, ternyata tidak ada patokan harga tiket.
Penonton hanya perlu membayar seikhlasnya karena tiket bersifat donasi yang nantinya akan diberikan untuk keluarga Malve.
Acara dimulai dari jam 15.25 dengan penampilan dari beberapa band dan musisi lokal yang dekat dengan sosok Malve seperti, The Freak Show, Gabriella Fernandez, Menjelang Pagi, Shoppinglist, dan Ramona Andani.
Momen ini digunakan oleh para band dan musisi untuk bercerita sambil bernostalgia ketika bermain musik bersama Malve.
Penonton pun dibuat hanyut dan mengulas perjalanan seorang Malve ketika Merel van den Berg membawakan lagu-lagu yang ada di Album Mata Hati ditemani oleh gitar Malve yang dipajang di depan panggung.
Konsep perilisan album mata hati ini dikemas dengan kombinasi musik dan tayangan biografi dari seorang Malve yang tentunya melibatkan banyak orang di dalamnya.
Setiap lagu yang dinyanyikan oleh Merel benar-benar menceritakan tentang sosok Malve, mungkin ada satu lagu yang paling membekas jika menyaksikan konser ini, yaitu sebuah lirik dari Malve: “Bersyukurlah kita masih punya mata hati, bersyukurlah kita masih punya matahari”. (*/)