Linkin Park punya vokalis baru. Tapi kenapa ya kira-kira anak dari mendiang vokalis Linkin Park, Jaime Bennington menolak keras lineup terbaru dari band rock tersebut?
FROYONION.COM - Jaime Bennington, putra mendiang vokalis Linkin Park Chester Bennington masih konsisten menolak Emily Armstrong yang direkrut masuk ke band tersebut untuk menggantikan ayahnya.
Keputusan tersebut diketahui diambil setelah Chester Bennington meninggal pada tahun 2017 lalu. Buat mengisi kekosongan tersebut, Linkin Park pun menunjuk vokalis baru, Emily Armstrong.
Penolakan Jaime nggak hanya disampaikan sekali dua kali doang. Bahkan dirinya secara terbuka mengemukakan kritikan tersebut melalui akun media sosial miliknya.
Secara tegas, dia mengecam Linkin Park atas keputusannya merekrut Emily untuk menggantikan ayahnya.
Kekesalan tersebut pun langsung ditujukan kepada Mike Shinoda, pendiri Linkin Park sekaligus orang yang sangat berperan dalam penunjukkan Emily.
“Hey Mike! People aren’t having a difficult time wrapping their head around the prospect of Linkin Park reinventing itself,” kata Jaime Bennington dalam Instagram Stories yang dibagikannya.
“They are having a hard time wrapping their head around how you: Hired your friend of many years @emilyarmstrong to replace @chesterbe knowing Emily’s history in the church and her history as an ally to @dannymasterson.” cetusnya lagi.
BACA JUGA: DICK DALE DAN SELAYANG PANDANG PERJALANANNYA DALAM DUNIA ROCK
Pada dasarnya, cuitan tersebut bukan tanpa sebab. Jaime mengacu pada hubungan Armstrong dengan Gereja Scientology dan dukungannya terhadap Danny Masterson.
Nah, scientology memiliki keyakinan dan praktik yang unik, dan telah menjadi pusat perhatian karena tuduhan manipulasi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Sementara, Danny Masterson dikenal juga sebagai seorang seorang anggota Scientology saat ini menghadapi sidang kasus dugaan pelecehan seksual terhadap beberapa wanita.
Tentunya, beberapa hal tersebut membuat Emily lekat dengan kontroversi.
Atas keputusan tersebut, Jaime menilai kalau Mike Shinoda seolah tidak menghargai peninggalan mendiang ayahnya selama berada di Linkin Park.
Namun ternyata, bukan hanya karena masalah-masalah tersebut saja Jaime menolak keras Emily. Di lain sisi, Jaima mengungkapkan kekecewaannya karena Linkin Park diduga tengah menghapus perjalanan dan warisan Chester Bennington selama menjadi vokalis.
BACA JUGA: QUENTIN: MENEMBUS RUTINITAS DENGAN MUSIK INDIE ROCK YANG SINEMATIK
Darimana tudingan itu berasal? Salah satunya karena pengumuman vokalis tersebut dilakukan tepat pada bulan pencegahan bunuh diri internasional.
Dinilainya, berbagai dampak negatif bisa muncul atas pemilihan Emily tersebut bahkan memudarkan semangat dan apa yang diperjuangkan sang ayah selama ini.
"Orang-orang sulit memahami bagaimana Anda (Linkin Park) diam-diam menghapus kehidupan dan warisan ayah saya secara langsung," tulis Jaime Bennington.
Sebagai informasi, lineup terbaru dari Linkin Park itu langsung merilis single terbaru The Emptiness Machine setelah memilih Emily sebagai vokalis.
Mereka juga tengah bersiap untuk merilis album berjudul From Zero pada 15 November mendatang dan sedang melakukan tur di enam kota sejak September hingga november 2024 nanti.
BACA JUGA: NOBLE END RILIS BERBISA, SEBUAH LAGU TEENAGE ROCK EMPAT CHORD TANPA BASA-BASI
Linkin Park sendiri merupakan band rock kenamaan asal Amerika Serikat yang terbentuk di Agoura Hills, California, pada tahun 1996. Band ini dikenal dengan gaya musik unik yang memadukan elemen rock, nu-metal, rap, dan elektronika, yang membuat mereka sangat populer di awal tahun 2000-an.
Dengan formasi awal yang mencakup Chester Bennington (vokal), Mike Shinoda (vokal, rap), Brad Delson (gitar), Rob Bourdon (drum), Dave "Phoenix" Farrell (bass), dan Joe Hahn (DJ, sampler), Linkin Park meraih sukses besar dengan album debut mereka "Hybrid Theory" (2000).
"Hybrid Theory" dianggap sebagai salah satu album rock terlaris sepanjang masa, dengan lagu-lagu ikonik seperti "In the End," "Crawling," dan "One Step Closer".
Album ini sukses karena kombinasi vokal keras Chester Bennington dan rap dari Mike Shinoda, serta lirik-lirik yang menggali tema-tema seperti rasa sakit, kehilangan, dan perjuangan emosional. Lagu-lagu mereka sangat resonan dengan anak muda yang sedang mencari identitas diri.
BACA JUGA: MEMBACA PETA EMOSI DI BALIK ALUNAN MUSIK ROCK 90-AN
Album-album berikutnya seperti "Meteora" (2003) dan "Minutes to Midnight" (2007) semakin memperkuat posisi Linkin Park sebagai salah satu band rock terbesar di dunia.
Lagu-lagu seperti "Numb," "Somewhere I Belong," "What I've Done," dan "Bleed It Out" menjadi hits internasional.
Dalam perjalanan karir mereka, Linkin Park selalu berusaha mengeksplorasi suara dan tema baru, termasuk penggunaan elektronik yang lebih berat di album seperti "A Thousand Suns" (2010) dan "Living Things" (2012).
Nah, Chester Bennington, yang menjadi ikon dari band ini karena kemampuan vokalnya yang kuat dan emosional, meninggal dunia pada tahun 2017, yang menjadi momen tragis dalam sejarah band ini. Setelah kematiannya, masa depan Linkin Park sempat tidak pasti, hingga mereka kembali dengan lineup baru yang kini tengah menjadi sorotan.
Warisan musik Linkin Park tidak hanya terletak pada kesuksesan komersial mereka, tetapi juga pada dampak emosional dan sosial dari lagu-lagu mereka, yang berbicara tentang perjuangan mental dan emosi yang mendalam.