Movies

WAKILI INDONESIA DI AJANG OSCARS, INI KEKUATAN UTAMA ‘WOMEN FROM ROTE ISLAND’

Satu lagi karya film dalam negeri yang akan bersaing di ajang internasional. Kali ini, giliran Women from Rote Island jadi perwakilan Indonesia di Academy Awards alias Oscar 2025. Seperti apa filmnya?

title

FROYONION.COM Ajang penghargaan paling bergengsi untuk dunia perfilman, Academy Awards atau yang biasa disebut Piala Oscar, akan kembali digelar pada 3 Maret 2025 mendatang. Indonesia berkesempatan untuk memasukkan satu filmnya sebagai nominasi. 

Kategori Best International Feature Film secara rutin diberikan oleh Academy Awards untuk film-film yang diproduksi di luar Amerika Serikat dan dialognya mayoritas menggunakan bahasa selain Inggris. 

BACA JUGA: 6 FILM TERBAIK OSCAR ERA 90AN YANG WAJIB DITONTON 

Untuk penghargaan Oscar tahun 2025 mendatang, Indonesia akan diwakili oleh film berjudul Women from Rote Island

Seperti apa kisah yang disajikan sampai dipilih untuk mewakili Indonesia di ajang sekelas Piala Oscar? 

SINOPSIS WOMEN FROM ROTE ISLAND 

Mengangkat tema kekerasan berbasis gender yang masih kental terjadi di masyarakat adat, Women from Rote Island mengisahkan seorang ibu rumah tangga bernama Orpa asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. 

Suami Orpa baru saja meninggal dan harus segera dikuburkan. Namun, pesan terakhir sang suami adalah ia baru mau dimakamkan apabila anak sulung mereka sudah kembali dari perantauan. 

Martha, anak pertama Orpa, memang bekerja sebagai pekerja migran di Malaysia. Naas, ternyata ia bekerja secara ilegal dan kerap mendapat kekerasan seksual dari majikannya. 

Pulang ke Pulau Rote dan kembali berkumpul dengan keluarga ternyata tidak membuat keadaan Martha membaik. Ia justru mengalami pelecehan seksual hingga dipasung di luar rumah karena dianggap gila dan berbahaya. 

Orpa sendiri merupakan penyintas kekerasan seksual. Dalam aturan masyarakat adat Rote, seorang perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah dalam masa berkabung. 

Namun, karena kebutuhan makanan keluarga besar dan pelayat harus terpenuhi sementara tidak ada yang bisa membantunya, Orpa akhirnya nekat pergi ke pasar. 

Ia mengalami pelecehan di sana dan justru dirinyalah yang disalahkan karena melanggar aturan adat. 

BACA JUGA: KE HUY QUAN: GAGAL JADI AKTOR SELAMA 30 TAHUN, NAMUN KINI MEMENANGI PIALA OSCAR 

Masyarakat adat yang patriarkis dan menormalisasi kekerasan seksual pada perempuan menjadikan film ini akan lumayan triggering bagi beberapa orang. 

Ada cukup banyak adegan kekerasan seksual yang eksplisit dan dapat memicu trauma. 

Women from Rote Island terutama menarik karena belum banyak film yang menceritakan perjuangan perempuan adat dalam menghadapi kekerasan seksual serta budaya permisif berdalih hukum adat. 

Identitas Pulau Rote dalam film ini juga tercermin dari pemandangan alam serta bahasa yang digunakan sepanjang durasinya. 

Nyaris tidak ada adegan panorama alam Rote yang muncul hanya sebagai pemanis. Semuanya dihadirkan secara hidup sebagai bagian penting dari keseluruhan filmnya. 

DARI FILM TERBAIK FFI KE OSCARS 2025

Women from Rote Island bukan film baru. Sebelum tampil sebagai wakil Indonesia untuk Academy Awards, film karya Jeremias Nyangoen ini telah terlebih dahulu terpilih sebagai Film Terbaik FFI 2023. 

Pemilihan Women from Rote Island untuk maju sebagai calon nominasi di kategori Best International Feature Film juga tidak lepas dari Komite Seleksi Oscar Indonesia

Lembaga yang dikepalai Deddy Mizwar itu sepakat menunjuk film ini setelah melalui sejumlah pertimbangan. 

Ada 16 judul film lain yang mendaftarkan diri serta menjalani proses seleksi oleh Komite. Termasuk dalam anggota Komite ialah Cesa David Lukmansyah, Garin Nugroho, Edwin Nazir, Ratna Riantiarno, Ilham Bintang, Slamet Rahardjo, Widyawati dan Thoersi Argeswara. 

Melalui akun media sosial resminya, Bintang Cahaya Sinema sebagai studio Women from Rote Island menyampaikan pengumuman ini dengan disertai surat dari Komite Seleksi Oscar Indonesia tertanggal 17 September 2024. 

Tercatat, Women from Rote Island merupakan film ke-26 yang pernah dikirim Indonesia untuk berlaga di kategori tersebut sejak keikutsertaannya pertama kali pada 1987. 

Walau sudah 26 kali mengirimkan wakil, namun belum pernah sama sekali film Indonesia tembus nominasi yang dulunya bernama Best Foreign Language Film ini. 

Sederet film lain yang pernah mencoba peruntungan tembus nominasi Piala Oscar kategori ini di antaranya adalah Perempuan Tanah Jahanam (2020), Yuni (2021), Ngeri-ngeri Sedap (2022) dan Autobiography (2023). 

Sebelum ditayangkan secara resmi di Indonesia, Women from Rote Island telah terlebih dahulu berkeliling dunia di beberapa festival film internasional. 

Termasuk Busan International Film Festival 2023, QCinema International Film Festival 2023 di Filipina dan Asian Film Festival Barcelona 2023. 

BACA JUGA: FILM NGERI-NGERI SEDAP WAKILI INDONESIA DI OSCARS 2023 

Tidak seperti kategori Academy Awards lainnya, Best International Feature Film tidak diberikan kepada individu tertentu, namun dianggap sebagai penghargaan kepada negara pengirim secara keseluruhan. 

Selama bertahun-tahun, penghargaan ini paling banyak diberikan untuk film-film dari Eropa dan sebagian kecilnya untuk film dari Asia, Afrika serta Amerika Selatan.

Pembuat film Federico Fellini asal Italia memegang rekor sebagai sutradara yang paling banyak membuat film pemenang kategori ini sejumlah empat film. 

Negara Italia sendiri tercatat sebagai negara asing yang paling banyak mendapat penghargaan sebanyak 14 termasuk tiga Special Awards

Prancis menjadi negara asing dengan nominasi terbanyak, yaitu 41 nominasi dan 12 kemenangan termasuk tiga Special Awards

Portugal mencatatkan diri sebagai negara asing dengan pengajuan terbanyak sebesar 40 tanpa nominasi. 

Parasite dari Korea Selatan mencetak rekor sebagai film pertama yang memenangkan Best International Feature Film dan Best Picture sekaligus pada 2020. 

Akankah Women from Rote Island akan membuat Indonesia pecah telor dan mengirim nominasi pertamanya di ajang Academy Awards? Pengumuman nominasi resminya akan diungkapkan pada 17 Januari mendatang. Kita tunggu saja, ya! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read