Movies

‘THE HUNGER GAMES’ ADALAH FILM DOKUMENTER, EMANG IYA?

Saat selebriti tampil memukau di karpet merah, banyak orang teringat pada dunia distopia dalam The Hunger Games. Tapi, apakah kita benar-benar hidup dalam dunia yang tidak jauh berbeda dari fiksi tersebut?

title

FROYONION.COM - Pertanyaan dari judul di atas mungkin terdengar menggelikan, namun bagi banyak orang yang menyaksikan kesenjangan global antara kaya dan miskin, jawabannya mungkin lebih dekat dengan ‘ya’ daripada yang kita bayangkan.

Suatu malam di awal tahun 2000-an, novelis Suzanne Collins mengalami disonansi atau ketidakselarasan ketika melihat antara liputan perang Irak dan reality show di televisi.

Kejanggalan itu menginspirasi Collins untuk menulis The Hunger Games, sebuah novel distopia yang menggambarkan elit eksentrik yang memanipulasi dan menindas kelas pekerja di pedesaan.

Novel ini kemudian diadaptasi menjadi film yang sukses besar dan, secara ironis, menjadi analogi yang tepat untuk ketimpangan yang kita hadapi di era modern.

ANTARA MET GALA DAN PERANG DI GAZA

Melansir Dazed, baru-baru ini, disonansi serupa dirasakan oleh pengguna media sosial. Mereka melihat perbandingan yang mencolok antara acara glamor seperti Met Gala dan perang di Gaza.

Algoritma media sosial menampilkan gambar Kim Kardashian dengan gaun Galliano di karpet merah berdampingan dengan rekaman invasi di Rafah, Palestina. Seperti yang dikatakan seorang pengguna di media sosial X:

"Melihat Met Gala terasa seperti saat para peserta muncul di Capitol dalam The Hunger Games dengan penuh kemewahan sementara seluruh Distrik kelaparan dan sekarat."

BACA JUGA: APAKAH BRAND INDONESIA HARUS BERSIKAP TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA?

Klips selebriti seperti Zendaya, Ariana Grande, dan Cardi B yang berpose di karpet merah dengan latar musik suram dari The Hunger Games juga viral di TikTok.

Ironisnya, tema Met Gala tahun ini, "The Garden of Time," diambil dari cerita pendek yang penuh dengan sentimen revolusioner. Cerita peringatan karya JG Ballard ini menggambarkan masyarakat yang kerja keras demi kehidupan mewah para elit.

Banyak yang melihat tema ini sebagai pilihan yang kontradiktif, mengingat acara ini dipenuhi oleh orang-orang kaya, sementara aktivis pro-Palestina protes di luar.

ANALOGI THE HUNGER GAMES DALAM KEHIDUPAN NYATA

The Hunger Games dianggap sebagai film arus utama yang paling relevan untuk menggambarkan kehidupan di bawah kapitalisme abad ke-21. Masyarakat miskin didorong untuk saling bertarung agar tidak mengancam kelas penguasa, dan elit memberikan "bantuan" yang kosong melalui tindakan filantropis.

Film ini mencerminkan kompetisi yang kejam di dunia saat ini, di mana “menjadi populer” dianggap sebagai jalan menuju kesuksesan, mirip dengan perjalanan menuju selebriti modern.

Panem, dunia dalam The Hunger Games, menggambarkan Capitol sebagai pusat kekuasaan dan kemewahan, sementara distrik-distrik pedesaan dibiarkan terbelakang dan dieksploitasi.

Ini mencerminkan ketimpangan ekonomi antara wilayah metropolitan dan pedesaan di banyak negara Barat. Bahkan, tren TikTok muncul tahun lalu, pengguna menyamakan kampung halaman pertanian mereka dengan distrik-distrik dalam The Hunger Games.

BACA JUGA: REVIEW FILM NETFLIX ‘HUNGER’, POTRET KESERAKAHAN MANUSIA LEWAT BISNIS FINE DINING

Secara geografis, Capitol menguasai distrik-distriknya seperti negara-negara Eropa yang menguasai koloni mereka: menjarah sumber daya dan mengendalikan melalui kekerasan militer.

“The Hunger Games adalah analogi yang wajar karena narasinya membahas isu-isu yang sudah lama ada, seperti kesenjangan ekonomi yang semakin menonjol dalam beberapa dekade terakhir,” kata Joshua P. Gamson, Profesor Sosiologi di Universitas San Francisco.

BISA JADI KITA HIDUP DALAM DISTOPIA THE HUNGER GAMES

Collins terinspirasi untuk menulis The Hunger Games dari pengalaman pribadi menonton berita perang dan reality show. Kini, dengan media sosial, kita disajikan campuran konten yang tidak selaras. Meskipun mungkin menjadi tidak peka, banyak yang sadar bahwa kita hidup dalam distopia ala The Hunger Games.

“Ini menggembirakan melihat bahwa kita masih mampu beralih ke mode aktivis yang aktif, meskipun terdapat insentif besar untuk inersia,” kata Profesor Dominic Pettman, penulis Infinite Distraction.

BACA JUGA: VIRAL DI TIKTOK SOAL FATHER HUNGER, ABSENNYA SOSOK AYAH DALAM HIDUP ANAK

Kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar, tapi perdebatan di media sosial dan layar kaca bisa bantu meningkatkan kesadaran tentang ketidakadilan.

The Hunger Games mungkin bukan film dokumenter, tapi film itu berhasil mencerminkan realitas dan ketimpangan yang ada di dunia nyata. Gimana menurut kalian? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Abdurrahman Rabbani

Cuma buruh tinta yang banyak cita-cita.