
Pada masa-masa terakhir hidupnya, Stan Lee, ikon Marvel Comics dieksploitasi oleh orang di sekitarnya untuk hasilkan uang. Cerita tersebut terangkum dalam dokumenter 'Stan Lee: The Final Chapter'.
FROYONION.COM - Stan Lee menjadi penyelamat Marvel dari kebangkrutan dengan menciptakan beberapa karakter ikonik.
Hasil kreasinya meliputi berbagai karakter dengan sifat membumi dan manusiawi seperti Spider-Man, Iron Man, Hulk, Thor, X-Men, Black Panther, Ant-Man hingga Doctor Strange.
Meski warisan kekayaan intelektualnya akan diingat oleh penggemar komik Marvel di seluruh dunia, tahun-tahun terakhirnya dihabiskan dengan tragis.
Orang-orang di sekitar Stan Lee yang seharusnya melindungi dan melimpahinya dengan kebahagiaan; justru memanipulasi, melecehkan bahkan menganiayanya.
Mereka memanfaatkan reputasi Stan Lee di dunia komik, utamanya sejak karakter kreasinya dihidupkan di dunia nyata, demi menghasilkan tumpukan uang yang tak pernah sampai kepadanya maupun keluarganya.
Dilansir dari The Hollywood Reporter, tahun-tahun terakhir Stan Lee yang tragis itu didokumentasikan oleh asistennya, Jon Bolerjack bersama kameranya yang tersembunyi.
Bolerjack akan mengubah ratusan jam rekaman yang berhasil didapatkannya dan melepasnya menjadi sebuah film dokumenter dengan judul Stan Lee: The Final Chapter.
Hadirnya dokumenter tersebut akan menggali lebih dalam soal gejolak yang dialami Stan Lee di beberapa bulan menjelang kematiannya.
Sekaligus menunjukkan pada publik bahwa apa yang dialami oleh Stan Lee jauh lebih buruk dan gelap dibandingkan dengan apa yang kita baca di media.
Lee sempat mengajukan laporan terhadap mantan mitra bisnisnya, Keya Morgan, dengan tuduhan melakukan manipulasi dan penyiksaan terhadap orang tua.
Morgan akhirnya ditangkap karena meyakinkan Lee bahwa ikon Marvel itu sedang berada dalam ancaman sehingga perlu dipindahkan ke sana-kemari.
Morgan mengeksploitasi Lee yang semakin rentan karena kesehatannya terus menurun, sehingga membuat tahun-tahun terakhir hidupnya dipenuhi kekacauan dibandingkan ketenangan.
Selain itu, dokumenter ini akan meninjau kembali tuduhan pelecehan terhadap orang tua. Juga menyelidiki bagaimana kehidupan pribadi dan profesional Lee dibajak oleh mereka yang melihatnya sebagai aset belaka.
Dengan membagikan kekacauan tersebut, Bolerjack berharap eksploitasi yang dialami Lee tidak akan terulang kembali ke sosok ikonik lainnya.
Film ini akan menampilkan seberapa banyak Lee menanggung beban emosional dan fisik yang menimpa Lee akibat pengkhianatan orang-orang itu.
Ini akan menjadi peringatan yang tajam, bahwa siapa pun berhak diperlakukan secara manusiawi dan bukannya sebagai mesin pencetak uang.
Dikenal sebagai seorang pembaca komik garis keras, Bolerjack dengan keahlian membuat dokumenter dari sekolah film, ingin menawari Stan Lee sebuah program reality show.
Dalam pertemuan yang dimediasi seorang teman, Lee menyetujui usul tersebut. Tak lama Bolerjack menjadi bagian dari rombongan kreator komik tersebut.
Dari sanalah Bolerjack melihat kesibukan super-padat yang mesti dicicil oleh Stan Lee.
Ikon Marvel itu harus berpindah dari konvensi satu ke konvensi lainnya. Ia juga dipaksa untuk menghabiskan waktu berjam-jam untuk sesi tanda tangan.
Segala aktivitas itu menguras energinya dan mulai membuatnya kewalahan.
Di tengah kekacauan itu, Bolerjack mencoba membantu sebisanya. Ia bahkan mengakui telah menjalin kedekatan dengan subjek, sesuatu yang jelas melanggar “aturan utama” dalam produksi film dokumenter.
“Saya mulai menganggapnya sebagai teman, sebagai keluarga, dan saya benar-benar ingin berada di sana untuk membelanya,” kata Bolerjack dikutip dari The Hollywood Reporter.
Ia juga menambahkan bahwa ia berusaha mengurangi beban kerja Lee dan menganjurkan lebih banyak waktu istirahat.
“Saya melakukan yang terbaik yang saya bisa,” tambahnya.
Lee muncul di depan publik dengan persona yang dirancang dengan cermat sebagai sosok yang akan selalu bersemangat terhadap segala hal yang berkaitan tentang Marvel dan komik.
Namun di balik persona tersebut, Lee justru nyaris tidak menikmati momen yang dihadirinya dan cenderung dalam kondisi kewalahan.
Pada akhirnya, apa yang semula akan dijadikan sebagai reality show justru lebih layak dijadikan dokumenter. Dan yang terpenting, Stan Lee telah merestuinya.
"Saya berbicara panjang lebar kepadanya tentang hal ini, bahkan menjelang akhir hidupnya. Banyak hal telah terjadi padanya, tetapi saya tidak merasakan bahwa dia merasa malu karenanya. Saya pikir dia ingin dokumenter itu menjadi semacam peringatan,” jelas Bolerjack.
Dokumenter tersebut baru saja merilis trailer perdananya. Dibuka oleh Jon Bolerjack lewat opening singkat, satu demi satu klip soal kesibukan super-padat Stan Lee ditampilkan.
Dari klip yang muncul, kita bisa melihat Lee yang dibawa ke sana-ke mari menghadiri berbagai acara yang dipenuhi banyak orang dan banyak flash kamera.
Gambar-gambar lebih menyedihkan mulai ditampilkan. Stan Lee terlihat menyempatkan tidur di jeda istirahatnya yang singkat. Bahkan Stan Lee ketiduran dalam suatu sesi foto bersama fans.
Di klip lainnya kita melihat Stan Lee berdebat dengan seseorang di mobil. Bahkan Stan Lee sempat meledak ketika bertabrakan dengan seseorang yang menunjukkan seberapa banyak rasa frustasi yang disimpannya.
Meskipun trailer tersebut tidak menyebutkan nama orang-orang yang ditampilkan dalam rekaman, salah satunya adalah Max Anderson.
Ia adalah mantan manajer Lee yang terlibat dalam investigasi THR dan sebelumnya telah membantah melakukan kesalahan terkait pekerjaannya dengan Lee.
Beberapa seniman komik juga ikut berbagi kenangannya tentang kekacauan yang dihadapi Stan Lee. Mulai dari Dustin Nguyen, Clayton Crain, Mark Waid, Ben Bishop hingga Tyler Kirkham.
Hingga saat ini belum ada kabar pasti tentang kapan tanggal rilis dokumenter Stan Lee: The Final Chapter. Namun rumornya dokumenter ini akan siap pada akhir tahun 2025 ini. (*/)