Ryan Condal adalah showrunner serial ‘House of the Dragon’. Ia memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda sebelumnya. Seperti apa ceritanya?
FROYONION.COM – Musim kedua House of the Dragon sudah berlalu. Perang saudara antar klan Targaryen di Westeros makin memanas. Dua kubu, Team Green dan Team Black, masing-masing mengumpulkan kekuatan untuk saling mengalahkan.
House of the Dragon sebenarnya tidak terlalu diharapkan untuk memiliki hype sebesar ini. Sebagaimana yang kita tahu, Game of Thrones berakhir dengan ending yang cukup mengecewakan.
Saat diumumkan akan ada sekuel yang khusus mengisahkan klan Targaryen, banyak penggemar yang awalnya pesimis.
BACA JUGA: PENJELASAN ENDING ‘HOUSE OF THE DRAGON’ SEASON 2, AKAN ADA SEASON 3?
Siapa sangka, serial yang tayang perdana pada 2022 itu melanjutkan tren baik dan kembali ke bentuknya semula. Dialog ala Shakespeare dan intrik politik di dalamnya membuat banyak orang kembali jatuh cinta pada semesta fiksi ciptaan George RR Martin ini.
Salah satu kesuksesan House of the Dragon tidak lepas dari sang showrunner, Ryan Condal. Penunjukan Condal tidak lepas dari dirinya yang memiliki pengetahuan ensiklopedis terkait karya Martin. Uniknya, Condal ternyata tidak memiliki background di bidang perfilman di awal karirnya.
Condal terhitung sebagai nama baru di dunia televisi. Ia merupakan lulusan Universitas Villanova dengan gelar akuntansi. Pengalaman kerjanya termasuk 8 tahun di bidang periklanan farmasi.
Walau tampak melenceng jauh, namun Condal sendiri mengakui keduanya tidak terlalu banyak berbeda. Dilansir dari Big Think, Condal mengungkap bahwa pada dasarnya keduanya sama.
Menurutnya, baik periklanan farmasi maupun showrunner akan sama-sama mengambil ide sulit untuk kemudian dicoba dikomunikasikan secara sederhana.
Menulis tentang penyakit ginjal kronis dengan menulis adegan dramatis untuk sebuah film memang berbeda, namun keduanya sama-sama merupakan proses kreatif.
BACA JUGA: BUKAN KINGDOM! INILAH ‘GAME OF THRONES’ VERSI KOREA
Berasal dari lingkungan kreatif namun juga sangat korporat, membuatnya mampu menavigasi tantangan-tantangan yang mungkin tidak dipersiapkan oleh beberapa koleganya yang memiliki gelar di bidang perfilman serta sejarah seni.
Walau demikian, tentu tetap ada tantangan tersendiri baginya saat ditunjuk sebagai showrunner. Salah satu yang terbesar adalah visibilitas House of the Dragon yang luar biasa.
Pengalamannya sebelumnya di bidang film dan televisi terbilang minim. Hanya acara fiksi ilmiah yang cukup sukses namun dibatalkan, dua film yang dibintangi Dwayne Johnson serta beberapa skenario yang tidak diproduksi.
House of the Dragon berada di level yang berbeda. Ada acara pemutaran perdana yang besar dan mencolok, tur pers raksasa, komunitas besar di Youtube hingga forum Reddit yang dikelola oleh penggemar. Mereka, menurut Condal, akan menegurnya atas ketidaksesuaian sekecil apapun.
Namun pada akhirnya, kecintaan Condal pada tulisan Martin mengalahkan keraguannya. Ia sendiri merupakan seorang penggemar karya-karya Martin dan mencoba membuat jenis acara yang akan dinikmatinya sebagai seorang penggemar.
Dalam sebuah wawancara, Martin mengatakan ada dua jenis penulis: tipe arsitek dan tipe tukang kebun.
Arsitek akan merencanakan cerita mereka dari awal hingga akhir sebelum mulai menulis, sementara tukang kebun akan menanam benih yang terdiri dari insiden pemicu hingga konflik, lalu membiarkan ceritanya tumbuh dan berkembang dengan sendirinya.
Sementara Martin mengidentifikasi dirinya sebagai tukang kebun, Condal jelas adalah seorang arsitek. Perbedaan ini jelas terlihat dari bagaimana Game of Thrones dan House of the Dragon digarap.
Cerita “berkebun” Martin membuatnya menghabiskan lebih dari 14 tahun untuk menulis seri Song of Ice and Fire.
Kisah tersebut belum sepenuhnya tuntas sehingga showrunner Game of Thrones, David Benioff dan DB Weiss, terpaksa membuat akhir cerita versi mereka sendiri.
Sebaliknya, Condal berurusan dengan teks yang sudah jadi. Ketika tim Game of Thrones harus memangkas 5.000 halaman menjadi beberapa lusin skrip, tim Condal justru diharuskan mengubah 100 halaman menjadi alur cerita multi musim.
Hal ini tentu membutuhkan inovasi serta menjadi tantangan tersendiri dalam menghidupkan sejarah Westeros ke layar kaca.
Apalagi, buku Fire & Blood yang jadi acuan bukanlah sebuah novel melainkan teks sejarah yang ditulis dari tiga sudut pandang narator berbeda. Ketiganya juga terbilang tidak bisa diandalkan.
Sebelum Condal dan tim penulis mengadaptasi sejarah perang saudara Targaryen, mereka harus terlebih dahulu menafsirkan sejarah ini.
Hasilnya, ia memperlakukan Fire & Blood seperti sejarawan dunia nyata dalam memperlakukan naskah Abad Pertengahan.
House of the Dragon seolah menunjukkan sejarah nyata yang direkam serta diputarbalikkan dalam Fire & Blood. Raja Viserys, misalnya, seringkali terlihat lemah.
Namun, ia memiliki sikap demikian karena menanggung beban ramalan yang telah diwariskan turun temurun dan tidak bisa memberitahu siapapun tentangnya.
Banyak dari pengambilan keputusan Viserys yang terkesan lemah namun sebenarnya ia lakukan demi ramalan rahasia ini.
Condal mencoba menunjukkan adanya sesuatu yang lain dalam dirinya dan ada banyak hal yang bisa jadi salah sekaligus benar pada saat bersamaan.
Kini, House of the Dragon akan segera menuju musim ketiganya. Ketika episode pertama musim kedua tayang perdana di HBO pada 16 Juni lalu, Condal sudah mulai menulis musim ketiganya.
Menurutnya, mereka cenderung memulai proses penulisan untuk musim selanjutnya tepat di akhir produksi musim sebelumnya.
Mengingat kisah dalam House of the Dragon sudah tamat di bukunya, maka mereka juga harus sampai pada titik akhir yang sama dengan buku tersebut.
Siapapun yang dikatakan Martin akan menjadi raja, maka ia harus menjadi raja di akhir peperangan.
Namun, Condal juga berharap bahwa mereka memiliki sedikit keleluasaan dalam menunjukkan bagaimana sejarah telah ditafsirkan secara berbeda pada waktu yang berbeda oleh para sejarawan berbeda.
Serial House of the Dragon dapat kalian saksikan di platform streaming HBO Max. Musim ketiganya diperkirakan akan tayang pada 2026 mendatang. (*/)