Dalam perayaan anniversary anime One Piece ke-25, Toei Animation merilis sebuah anime edisi spesial berjudul One Piece Fan Letter. Seperti apa kisahnya? Berikut review lengkapnya!
FROYONION.COM - Merayakan anniversary anime One Piece ke-25, para nakama kedatangan sebuah anime edisi spesial berjudul One Piece Fan Letter.
Tayang di Netflix sejak 28 Oktober lalu, anime berdurasi kurang dari 30 menit tersebut sukses merebut perhatian fans. Bahkan meraih skor tinggi di MyAnimeList.
Capaian ini cukup mengejutkan, mengingat tak ada satu pun tokoh penting dari semesta One Piece yang unjuk kebolehan di sini, meski beberapa dimunculkan sekilas.
Diadaptasi dari novel karya Tomohito Osaki dan diarahkan di bawah komando sutradara Megumi Ishitani, anime ini justru lebih menyorot kehidupan orang-orang biasa.
Lalu seperti apakah review One Piece Fan Letter? Apa yang membuatnya layak mendapatkan rating bintang 10?
Seperti judulnya, edisi spesial ini berkisah soal para penggemar dari kru Bajak Laut Topi Jerami.
Mereka adalah orang-orang biasa yang kehidupannya pernah bersinggungan dengan petualangan Luffy dkk dalam semesta One Piece. Hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi fans mereka.
Secara garis besar, alur ceritanya mengikuti kisah seorang gadis kecil yang ingin mengirim surat penggemar kepada idolanya, Nami.
Nami menginspirasinya untuk berhenti menjadi manusia kamar, sehingga ia berani buat memulai petualangannya sendiri. Meskipun ia punya fisik lemah.
Bersamanya, ada kakak-beradik Angkatan Laut yang justru mengagumi Luffy karena pernah menyelamatkan mereka di perang Marineford.
Ada juga Kepala Angkatan Laut cabang Sabaody yang dijuluki sebagai Raja Gelombang, justru mengagumi Chopper karena keimutannya.
Bahkan di bar, sekumpulan Angkatan Laut justru berdebat soal siapa yang terkuat antara Mihawk dan Roronoa Zoro.
Tak luput juga fans dari Franky bahkan Brook juga terlibat dalam kisah singkat yang menyentuh tersebut.
Semuanya seperti kepingan puzzle yang saling bersatu untuk menyelamatkan idola mereka dari ancaman tersembunyi yang bahkan tak diketahui Luffy dkk.
Ada banyak pertempuran besar di One Piece yang saling membenturkan tokoh-tokoh hebat. Pihak jahat melawan pihak baik. Bajak laut melawan para marinir.
Salah satu pertempuran paling ikonik yang pernah terjadi, adalah perang di Marineford dalam upaya untuk menyelamatkan Ace dari eksekusi hukuman mati.
Namun seperti para penjahat di film Hollywood yang muncul untuk ditembak dan mati, ada banyak orang-orang biasa yang terlibat bahkan terdampak pertempuran itu.
Orang-orang yang sangat mungkin diabaikan penonton karena tak punya keistimewaan atau kekuatan super dari buah setan. Bahkan keberadaan mereka mungkin hanya dipakai animator untuk menambah kemeriahan saja.
Anehnya, One Piece Fan Letter justru mengambil sudut pandang dari para tokoh anonim ini atau yang lebih banyak dikenal sebagai NPC (Non-Playable Character).
Di satu sisi, ini menjadi daya tarik yang lebih terasa realistis dan dekat dengan kita sebagai fans di dunia nyata.
Namun di lain sisi ada makna filosofis yang coba dibangun di sini. Sesuatu yang bikin kita melihat One Piece dan pertarungan megahnya (utamanya belakangan ini) dengan cara berbeda sambil mempertanyakan apa artinya itu bagi kita.
Sebagai orang biasa yang tak banyak memberi dampak, dunia One Piece di mata orang-orang biasa sebetulnya dunia yang suram dengan segala ancaman di sana-sini.
Era Bajak Laut yang dipelopori oleh pidato Roger menjadikan itu semakin memburuk. Karena banyak orang pada akhirnya berlomba-lomba jadi Raja Bajak Laut.
Dan seperti kita tahu, mereka yang berlayar di bawah bendera tengkorak lebih sering bikin kerusakan. Kita bisa melihat itu dari musuh-musuh awal Luffy dkk seperti Arlong salah satunya yang justru menjajah sebuah pulau.
Terlepas dari betapa epic-nya pertarungan dalam dunia One Piece, kita sebagai fans coba diingatkan kembali bahwa jika itu terjadi di dunia nyata, itu adalah serangkaian mimpi buruk yang tak ingin kita alami.
Fakta ini bisa kita tangkap dari keluh-kesah para NPC yang tampil dalam One Piece Fan Letter.
Sebagai orang biasa yang melihat pertarungan maha dahsyat dari pinggir arena, juga betapa pun besarnya Luffy dkk menginspirasi mereka; jauh di dalam lubuk hati, mereka berharap serangkaian mimpi buruk itu tak pernah terjadi.
Ini ditampilkan dari bagaimana gadis kecil fans Nami berharap jika saja Roger tak memulai era Bajak Laut, dunia mungkin tak diisi oleh orang brutal.
Juga dari kakak-beradik Marinir yang terjebak dalam pertarungan di Marineford.
Jauh dalam benaknya, sang kakak berharap andai saja Ace tak tertangkap dan dieksekusi, mungkin benturan antara orang-orang hebat di kedua kubu tak akan pernah terjadi.
Beruntung, di tengah banyaknya hal-hal suram yang terjadi di dunia One Piece, Oda sensei menghadirkan Luffy dkk yang tampil sebagai simbol harapan.
Bahkan sejauh ini kita terus melihat bagaimana mereka menjadi pembawa perdamaian di setiap petualangan mereka di tempat yang baru.
Perang besar melawan Big Mom dan Kaido, juga yang terjadi di Egghead, mungkin agak mengaburkan ingatan para fans soal bagaimana ini semua dimulai.
Barangkali fans juga agak melupakan bagaimana Luffy memulai petualangannya. Juga soal apa yang dilakukannya hingga mampu menginspirasi banyak orang, termasuk kita?
Hadirnya One Piece Fan Letter seperti upaya memanggil ingatan kita kembali pada episode-episode Romance Dawn di awal petualangan Luffy ketika ia masih dikenal sebagai si Manusia Karet.
Ceritanya mengingatkan kita pada orang-orang yang pernah ditolong oleh kru Topi Jerami, yang coba membalas budi dengan menyelamatkan Luffy dkk dari kejaran Angkatan Laut yang selalu nyaris menangkap mereka.
Terakhir kali kita melihat dan merasakannya saat Bartolomeo dan orang-orang berusaha melindungi Luffy dkk dari “meteor no jutsu” milik Fujitora.
Seperti kita, para penggemar dalam One Piece Fan Letter ingin tahu apa yang terjadi dengan Luffy dkk di petualangan mereka selanjutnya? Bahkan di satu titik memastikan simbol harapan mereka itu selamat.
Segalanya disajikan dalam bahasa visual memukau. Karakter yang penuh semangat dan luwes. Juga taste drama yang menyentuh.
Siapa sangka kisah para NPC ini mampu bersaing dengan karakter kuat dari cerita arus utama One Piece dalam memberi kesan mendalam pada kita sebagai fans?
Dikutip dari laman Screen Rant, pada 13 Oktober lalu, dikabarkan bahwa anime One Piece akan memasuki masa hiatus selama 6 bulan atau hingga bulan April 2025 mendatang.
Keputusan ini diambil sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas animasi One Piece. Meskipun alur cerita di Egghead mengagumkan dan animasinya memuaskan.
Untuk mengisi kekosongan itu, pihak Toei Animation akan menayangkan ulang Arc Pulau Manusia Ikan yang dipadatkan dari 56 episode menjadi 21 episode. Juga dengan visual yang lebih baik.
Hadirnya One Piece Fan Letter di tengah kabar mengejutkan tersebut, menjadi hiburan bagi para fans Luffy dkk. Mungkin edisi spesial ini juga menjadi ungkapan permintaan maaf dari Toei Animation atas jeda panjang tersebut.
Namun terlepas dari apa niatan Toei melepas anime singkat ini, One Piece Fan Letter menjadi spin-off yang sayang buat dilewatkan. Utamanya bagi fans kru Topi Jerami yang setia mengikuti animenya sejak 25 tahun silam.
Selain menghadirkan vibe nostalgia dari episode Romance Dawn, terdapat makna filosofis yang mengiringinya.
One Piece Fan Letter seolah ingin menunjukkan bahwa di tengah banyaknya kekacauan yang terjadi, ada harapan untuk menjadikan dunia One Piece sebagai tempat yang layak dihuni. (*/)