Movies

REVIEW FILM UGLIES: HARGA YANG HARUS KAMU BAYAR UNTUK MENJADI CANTIK

Benarkah cantik selalu membawa kebahagiaan? Seberapa besar kalian rela membayar untuk menjadi cantik? Film terbaru Netflix, Uglies mengangkat tema ini dengan latar dunia distopia. Simak review-nya!

title

FROYONION.COM - Sudah lumayan lama film adaptasi novel distopia tidak muncul lagi. Sebelumnya, beberapa judul seperti trilogi Hunger Games, Divergent dan Maze Runner sempat hits di pertengahan 2010an.

Pada tahun ini, Netflix resmi merilis Uglies. Diadaptasi dari novel trilogi berjudul sama karya Scott Westerfeld, kisahnya tidak jauh-jauh dari kehidupan orang-orang di dunia distopia. 

Distopia sendiri merupakan kebalikan dari utopia. Dunia distopia diartikan sebagai tempat imajiner yang orang-orangnya tidak bahagia dan takut diperlakukan secara tidak adil.

BACA JUGA: SAAT MILLIE BOBBY BROWN JADI TUMBAL KELUARGA KERAJAAN DALAM ‘DAMSEL 

Novel distopia umumnya berlatar di masa depan atau post-apokaliptik dengan pemerintahan otoriter dan kondisi alam yang rusak. 

Tatanan masyarakat telah berubah drastis dan sang protagonis utama muncul untuk menentang sistem yang ada. 

Seperti apa gambaran dunia rusak dalam Uglies? Simak sinopsisnya di bawah. 

SINOPSIS UGLIES 

Di masa depan, saat seseorang sudah berusia 16 tahun, ia akan menjalani proses operasi untuk menjadi cantik. 

Setelahnya, mereka bisa tinggal di pusat kota dan menjalani kehidupan yang lebih baik, tanpa rasa takut dan khawatir akan apapun. 

Anak-anak yang belum menjalani proses operasi disebut Uglies, sementara mereka yang telah bertransformasi menjadi cantik disebut Pretties. 

Tally Youngblood akan berusia 16 tahun beberapa bulan lagi. Ia tidak sabar untuk menjadi cantik. 

Apalagi sahabatnya, Peris, sudah terlebih dahulu menjalani operasi dan menetap di pusat kota. 

Namun, hanya beberapa hari sebelum proses operasinya dimulai, teman sekolahnya yang bernama Shay mengajak Tally pergi menemui David dari Smoke. Smoke ialah tempat tersembunyi berisi orang-orang yang tidak mau menjalani operasi.

BACA JUGA: REVIEW FILM TRANSFORMERS ONE: SEJARAH AWAL PERSETERUAN AUTOBOTS VS DECEPTICONS 

Kelompok Smoke selama ini dianggap pengkhianat dan bahkan disebut-sebut menyembunyikan senjata rahasia. David dikenal sebagai pentolan Smoke yang sangat ditakuti. 

Shay menolak menjalani operasi dan memilih kabur ke Smoke. Kepergian Shay membuat operasi Tally ditunda dan ia harus membawa Shay pulang jika ingin prosedurnya dilaksanakan segera. 

Berbekal petunjuk dari Shay, Tally bepergian seorang diri menyusulnya ke Smoke. Di sanalah ia bertemu dengan David dan kelompok Smoke yang ternyata tidak semenyeramkan bayangannya.

Bahkan, Tally akhirnya mengetahui rahasia besar di balik prosedur operasi untuk menjadi Pretties. 

Ada harga mahal yang selama ini dibayar orang-orang demi berparas rupawan tanpa sepengetahuan mereka. 

Kini, Tally dan kawan-kawan barunya dari Smoke harus berjuang mengungkap kebenaran. Mereka berpacu dengan waktu karena ada kelompok Pengintai yang siap menyerang kapan saja.

STANDAR KECANTIKAN DAN ILUSI DI BALIK TAMPIL CANTIK

Uglies menyentil soal standar kecantikan, beauty privilege, pengorbanan untuk menjadi cantik serta apakah tampil cantik benar-benar akan membuat seseorang bahagia. 

Novelnya sendiri tampil sebagai social commentary akan konstruksi sosial di masyarakat selama ini: tentang tampil cantik dan apa yang rela dikorbankan seseorang demi menyesuaikan diri dengan beauty standard yang ada. 

Kaum Uglies di sini sebenarnya tidak jelek-jelek amat. Namun, tatanan sosial membuat mereka percaya bahwa mereka jelek sebelum menjadi Pretties melalui proses pembedahan. 

Standar kecantikan seringkali membuat seseorang berpikir dirinya jelek jika tidak memenuhinya. 

Kemudian, demi memenuhi standar yang dibuat orang lain itu, ada yang rela menjalani proses bedah dan menghabiskan banyak dana, waktu hingga tenaga. Bahkan, mental seringkali turut dipertaruhkan. 

Padahal, seringnya standar kecantikan itu sendiri tidak masuk di akal. Di Korea Selatan, misalnya. 

Standar yang ditetapkan supaya seseorang disebut cantik sangatlah ketat mulai dari wajah kecil, rahang bentuk V hingga kelopak mata ganda. 

Tidak mengherankan jika Korea Selatan terkenal sebagai tujuan bedah plastik. Bahkan, industri kecantikan Korea Selatan mencatatkan penjualan tertinggi dan diproyeksikan akan mencapai 14 miliar dollar pada 2027 mendatang. 

Di Indonesia, cantik masih sering diidentikkan dengan warna kulit putih. Gelap dikit langsung dibilang ‘aura Maghrib’. 

Padahal, sebagai negara yang beriklim tropis, sangat masuk akal apabila kulit orang Indonesia lebih ke arah sawo matang.

BACA JUGA: PUTIH: PEREMPUAN, WARNA KULIT, DAN STANDARISASI KECANTIKAN OLEH MASYARAKAT

Pesan seputar standar kecantikan ini diramu sempurna dalam Uglies. Kisahnya bahkan lebih relate dengan kejadian di masa sekarang daripada ketika novelnya pertama dirilis pada awal 2000-an. 

Poster dan trailernya memberi nuansa ala-ala Divergent. Berdurasi 102 menit, film ini sudah cukup merangkum semua yang terjadi dalam novelnya. 

Gambaran dunia futuristik, transformasi menjadi cantik hingga tampilan kontras dengan para penghuni Smoke terasa tepat seperti apa yang dibayangkan saat kita membaca bukunya. 

Departemen akting diisi Joey King sebagai pemeran utama, Laverne Cox sebagai antagonisnya dan beberapa aktor lain yang tidak mengecewakan. 

Tampil dengan alur yang cukup klise dan tanpa banyak plot twist, menonton film ini justru terasa menyenangkan terutama buat pembaca bukunya. Pasti sudah sangat lama sejak terakhir kali kita membolak-balik halamannya. 

Hal yang terasa paling mengagumkan dari Uglies mungkin adalah fakta bahwa kisahnya merupakan refleksi dari kultur sosial media sekarang ini. 

Uglies memberi gambaran nyata dari gaya hidup para influencer yang mengubah tampilan mereka demi hidup yang lebih baik karena lebih diterima.

Novelnya sendiri dirilis dua dekade lalu saat media sosial belum semasif sekarang dan perkembangan dunia kecantikan juga belum semaju saat ini. 

Uglies seakan meramal masa depan tentang orang-orang yang rela berada di bawah pisau bedah demi tampil cantik sesuai tuntutan masyarakat, dan ramalan itu terbukti benar.

Scott Westerfeld menulis dua buku lain dalam seri Uglies: Pretties dan Specials. Jika jumlah penonton Uglies terbilang banyak, bukan tidak mungkin Netflix akan mengadaptasi dua sekuelnya. 

Itulah review untuk film Uglies. Film Uglies sudah bisa kalian saksikan melalui platform streaming Netflix. Selamat menonton! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read