
Film “Komang”, menjadi salah satu pilihan diantara beberapa film lokal yang juga merajai bioskop di libur Lebaran 2025 ini. Apakah film ini semanis lagunya?
FROYONION.COM - Naya Anindita kembali dengan karya terbarunya, Komang.
Diadaptasi dari lagu berjudul sama karya Raim Laode–serta kisah cintanya bersama sang istri, Komang Ade–film ini memang sudah seharusnya semanis lagunya.
Pasalnya, lagu itu bukan sekadar karya, tapi juga menjadi saksi nyata kisah cinta akhirnya berhasil setelah diperjuangkan selama bertahun-tahun. Apakah film ini berhasil menceritakan manisnya perjuangan mereka seperti yang tertulis di lagunya?
Jika diibaratkan, Komang ini bagai kue tart cantik yang dihias indah.
Visual di film ini yang digradasi dengan hangat dan cantik, serta sinematografinya sangat apik, membuat Komang sangat memanjakan mata selama 1 jam 47 menit.
Terlebih saat montase pemandangan laut dan hamparan pasir Buton muncul, rasanya seperti kita dibawa untuk bersama-sama menikmati keindahan alam salah satu pulau di Sulawesi itu.
BACA JUGA: FILM HOROR INDONESIA ‘PABRIK GULA’ AKAN TAYANG JUGA DI AMERIKA UTARA
Selain visual yang manis, Komang yang bagaikan kue ini juga punya base bolu yang cukup–tak terlalu manis, namun cukup untuk bikin lidah nggak giung.
Bolu ini adalah akting para aktornya yang ciamik. Salah satu yang paling menonjol adalah Aurora RIbero, pemeran Komang Ade.
Tak disangka, aktor yang memerankan karakter Sebelas yang sangar dan jago berantem di The Shadow Strays ini juga bisa memerankan perempuan lembut, penuh pengertian, dan manis seperti Komang.
BACA JUGA: 5 REKOMENDASI TAYANGAN NETFLIX BULAN APRIL, ADA DRAKOR RESIDENT PLAYBOOK!
Banyak scenes penting di film ini yang sangat dibantu oleh kemampuan akting Aurora. Baik scene berdua dengan Kiesha Alvaro sebagai Raim Laode, sampai scene patah hati di film ini juga menjadi lebih menyakitkan dengan tangisan dan tatapan kecewa Aurora.
Tak hanya Aurora, kehadiran beberapa aktor senior seperti Ayu Laksmi (sebagai Meme), Cut Mini (ibu Ode), dan Mathias Muchus (ayah Ode), juga patut diapresiasi.
Seperti akting Ayu Laksmi yang bisa menyampaikan amarahnya dalam nada rendah pada Ode saat menjelaskan mengapa ia tidak merestui hubungan Ode dan Komang.
Juga akting Mathias Muchus yang sangat menggambarkan bapak-bapak perokok berat, dengan mengubah suaranya menjadi sangat serak, posturnya yang sedikit bungkuk, walau nyatanya ia sudah 15 tahun berhenti merokok.
Masih dengan analogi yang sama, Komang ini rasanya seperti kue bolu yang dihias cantik. Namun dibalik kecantikannya itu, masih ada beberapa komponen yang harus disempurnakan.
Pertama, pace-nya yang dirasa terlalu lambat–padahal film ini tidak berdurasi lebih dari 2 jam. Mungkin karena ada beberapa dialog yang dirasa tidak terlalu menyumbang poin penting ke dalam cerita, alias bisa saja dihilangkan.
Hal ini juga berujung pada dialog yang penulisan dan penyampaiannya yang terasa kurang natural. Rasanya, Evelyn Afnilia ingin selalu memberikan quotes di setiap dialognya. Mungkin tujuannya ingin membuat film ini semakin romantis, namun jika terlalu sering, rasanya jadi giung.
Secara keseluruhan, Komang adalah film yang boleh kalian tonton sebagai tontonan ringan. Jika kalian butuh melepas penat dengan film yang tidak terlalu berat, Komang bisa jadi salah satu pilihan. (*/)
BACA JUGA: FILM ‘SPLIT FICTION’ SEDANG DIGARAP, STUDIO HOLLYWOOD BEREBUT HAK ADAPTASINYA