Film ‘Siksa Kubur’ mulai tayang di bioskop pada Kamis, 11 April—setelah Lebaran. Berikut review singkat terkait film horor terbaru karya sutradara Joko Anwar.
FROYONION.COM - Review film Siksa Kubur mulai bertebaran di media sosial. Pada Rabu (3/4), Froyonion.com turut berkesempatan menonton premiere Siksa Kubur di XXI Epicentrum. Berikut review film Siksa Kubur dari kami.
Bercerita tentang Sita (Faradina Mufti) yang kedua orang tuanya menjadi korban dalam peristiwa bom bunuh diri, ia jadi tidak percaya lagi pada agama.
Setelah kejadian tersebut, tujuan hidup Sita kini hanyalah satu, yaitu mencari orang yang paling berdosa.
Dan ketika orang tersebut meninggal, Sita ingin ikut masuk ke dalam kuburannya untuk membuktikan bahwa Siksa Kubur tidak ada dan agama tidaklah nyata.
Upaya mencapai tujuan Sita dibantu oleh abangnya yang bernama Adil (Reza Rahadian).
BACA JUGA: REKOMENDASI FILM LEBARAN, MULAI DARI FILM BERTEMA KELUARGA HINGGA HOROR
Sebagaimana film horor Joko Anwar lainnya, ia membuat tokoh utama menerima teror sedemikian rupa. Hingga akhirnya, yang dimiliki oleh tokoh utama hanyalah anggota keluarga yang tersisa.
Teror yang tersaji dalam Siksa Kubur bukanlah serbuan jumpscare, melainkan berbagai scene yang perlahan-lahan, tapi mengerikan.
Dengan 51 Piala Citra yang terhimpun dalam cast dan crew film Siksa Kubur, cerita dan estetika di dalamnya rasanya tidak perlu untuk diragukan lagi.
Kalian akan menemukan banyak sekali pertanyaan dari berbagai tokoh yang bisa jadi akan menggoyahkan aqidah, bisa juga menguatkan. Alur tempat yang sedikit membuat kalian mudah untuk memahami cerita.
Namun, Joko Anwar juga hadirkan sejumlah metafora yang membuat penonton bisa berdiskusi begitu selesai menyaksikan Siksa Kubur.
BACA JUGA: PENJELASAN FILM PENGABDI SETAN 2 BESERTA TEORI-TEORINYA, HATI-HATI SPOILER!
Joko Anwar turut menghadirkan kembali segala gagasan disonansi kognitif (penegakkan peraturan dengan menakut-nakuti) dari orang tua yang mungkin pernah kalian dengar saat masih kecil.
“Tayangan film Siksa Kubur di momen Lebaran semoga bisa jadi renungan bagi kita semua. Selama ini, mungkin saja kita menormalisasi dosa,” kata Joko Anwar, sutradara Siksa Kubur dalam press release (3/4).
“Dengan menonton Siksa Kubur, kita diajak untuk mempertanyakan kembali, apakah benar kita beragama dan percaya dengan Tuhan, kalau masih menormalisasi dosa. Mari tanyakan pada diri kita masing-masing,” tambahnya.
Pesan di balik cerita Siksa Kubur dapat diartikan berbeda-beda oleh penonton. Begitu pun dampak pada pribadi penonton masing-masing. Dan Joko Anwar membebaskan hal tersebut.
Siksa Kubur bukanlah film yang bisa langsung disebut bagus ketika selesai menonton—walau banyak orang sudah mengetahui jejeran crew dan cast ternama di baliknya.
Namun, Siksa Kubur dapat menjadi refleksi ketika kalian mengingat kematian. Refleksi tersebut bisa hadir misalnya ketika beribadah ataupun melewati pemakaman.
BACA JUGA: SIAP-SIAP MENJERIT! JOKO ANWAR UMUMKAN PARA PEMAIN FILM SIKSA KUBUR
“Selama Ramadan, kita menahan hawa nafsu dan memerangi segala sesuatu yang membuat kita berdosa. Di hari kemenangan, mungkin kita lupa terhadap itu. Jadi Siksa Kubur berupaya untuk mengingatkan kembali,” ujar Joko.
Gagasan Joko bahwa Siksa Kubur sebagai pengingat atau tagline “Kalian akan percaya” sedikit banyak dapat dirasa oleh penonton. Itulah yang membuat Siksa Kubur rasanya perlu kalian tonton sehabis Lebaran. (*/)