
Gal Gadot sukses memerankan Rachel Stone dalam film ber-genre action satu ini. Lewat berbagai scene laga, ‘Heart of Stone’ tunjukkan bahwa menjadi perempuan yang perasa bukan berarti tidak berdaya.
FROYONION.COM - Film Heart of Stone sudah tayang mulai hari ini (11/8) di Netflix.
Film ber-genre action-drama ini disutradarai oleh Tom Harper yang juga mensustradari beberapa film ternama seperti The Aeronauts, Wild Rose, dan War Book.
Mengisahkan tentang Rachel Stone (Gal Gadot), seorang agen intelijen rahasia mengemban misi rahasia untuk menjaga perdamaian dunia. Bekerja untuk sebuah organisasi bernama The Charter, Stone harus menghadapi berbagai rintangan yang mengancam nyawanya.
Dalam upayanya untuk menjaga perdamaian dunia dari rencana jahat mantan rekan kerjanya, Parker (Jamie Dornan), Stone harus menghadapi kebimbangan antara bertarung sesuai peraturan atau mengikuti kata hati.
Pasalnya, dalam Heart of Stone diceritakan bahwa organisasi The Carter memiliki sebuah teknologi artificial intelligence (AI) bernama ‘The Heart’, yang sangat canggih hingga dapat mengakses bahkan meretas sistem keamanan manapun.
Saking canggihnya, maka akan sangat bahaya jika ‘The Heart’ jatuh di tangan yang salah. Tentu keberadaan AI ini juga diketahui oleh Parker yang sudah menyusun rencana jahat untuk membalaskan dendam kesumatnya pada organisasi The Charter yang menghancurkan karier lampaunya sebagai tentara.
Untuk itulah, Stone yang memiliki nama samaran ‘9 Hearts’ harus berupaya keras melindungi ‘The Heart’. Dalam upaya tersebut, tak disangka ia bertemu dengan Keya Dhawan (Alia Bhatt) yang berubah dari musuh menjadi anak didiknya di akhir film.
Dengan premis yang cukup menarik, apakah Heart of Stone juga menarik secara keseluruhan?
Tak perlu dipungkiri, salah satu daya tarik film ini adalah keberadaan Gal Gadot sebagai salah satu cast. Kalau bukan Gal Gadot, mungkin excitement yang ditimbulkan Heart of Stone tidak akan sebesar saat ini.
Aktris kelahiran Israel ini–harus diakui–masih sangat prima untuk memainkan film aksi terlepas dari umurnya yang 38 tahun. Sungguh definisi ‘umur hanyalah angka’.
Hal ini ditunjukkan lewat beberapa scene laga. Seperti sehabis berantem kayak di bawah ini.
Cantiknya Gal Gadot juga dipadukan dengan karakter Rachel Stone sebagai agen perempuan yang berani, kuat, dan berperasaan. Ada beberapa adegan di mana Stone harus memilih antara mengikuti perintah atasan atau mengikuti kata hatinya dalam misi-misi yang ia jalankan.
Tak jarang, ada perbedaan moral antara ‘peraturan’ dan ‘hati nurani’. Namun pada akhirnya Stone selalu memilih untuk mengikuti kata hatinya, karena bagaimanapun, memiliki perasaan adalah perbedaan terbesar antara keputusan yang diambil manusia dengan yang diputuskan oleh teknologi semata.
Hal ini menjadi pesan yang sangat kuat dalam film Heart of Stone.
Pasalnya, sifat terlalu perasa yang dimiliki perempuan sering dianggap sebagai kelemahan. Di lain sisi, sifat logis yang lekat dengan laki-laki dianggap sebagai kelebihan. Namun dalam Heart of Stone, Rachel menunjukkan bahwa perempuan bisa memiliki keduanya dan dapat membuat keputusan-keputusan sulit.
Walau punya Gal Gadot sebagai ‘senjata pamungkas’ dan makna yang dalam, Heart of Stone juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah backstory Parker yang terasa kurang kuat untuk membuatnya menjadi sosok villain.
But overall, film ini cukup menghibur dan recommended untuk kalian para penyuka film aksi. (*/)