Movies

REVIEW ANIME ‘THE LORD OF THE RINGS: THE WAR OF THE ROHIRRIM’

Anime ‘The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim’ tayang di bioskop. Film ini berlatar waktu sebelum peristiwa dalam trilogi karya Peter Jackson. Berikut review lengkapnya!

title

FROYONION.COM - Sebelum resmi dirilis secara global pada bulan Desember ini, film anime terbaru dari dunia rekaan J.R.R Tolkien berjudul The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim sudah memberi bocoran lewat sebuah video footage.

Video berdurasi 8 menitan tersebut mencoba membangun kembali lanskap Middle-Earth versi animasi dalam gambaran imajinasi sutradara Kenji Kamiyama yang dikenal pernah menggarap anime Ghost in the Shell.

ANIME THE LORD OF THE RINGS
(Sumber: IMDb.com)

BACA JUGA: ALASAN RED SPIDER LILY ATAU HIGANBANA DIJULUKI ‘BUNGA KEMATIAN’ DI ANIME

Hasilnya adalah visual bernuansa khas anime era 80-an dan/atau 90-an dengan warna-warna hangat seperti menghindari kesan dark.

Selain itu, dalam cuplikan singkat tersebut, tampak siapa yang bakal menjadi bintang utama dalam anime ini, yaitu Hera.

Ia adalah seorang perempuan berambut merah yang merupakan putri dari Raja Rohan, Helm Hammerhand.

Banyak rumor beredar bahwa film anime ini diproduksi sebagai upaya dari New Line Cinema untuk mempertahankan hak adaptasi atas IP dari The Lord of the Rings yang sudah mereka pegang selama puluhan tahun.

Sehingga keseluruhan dari film anime ini bisa dibilang jauh dari kata memuaskan. Berikut review The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim secara lengkapnya!

SINOPSIS ANIME THE LORD OF THE RINGS

(Sumber: IMDb.com)

Film ini mengambil latar waktu 183 tahun sebelum peristiwa dalam trilogi Frodo dan Gollum berebut cincin dalam trilogi The Lord of the Rings.

Berpijak pada back story kisah Rohan, kerajaan yang menjadi mata badai bagi pertempuran epic dalam The Two Towers, film ini memulai konfliknya dari mantan Raja Rohan, Helm Hammerhand (Brian Cox).

Konflik bermula ketika Freca (Shaun Dooley), seorang bangsawan yang mengincar tahta Helm, mengusulkan untuk menikahkan putranya Wulf (Luke Pasqualino) dengan putri Helm, Hera (Gaia Wise).

Usulan ini dimaksudkan untuk mengakhiri perselisihan di antara keduanya. Namun usulan itu ditolak dan justru berujung dengan tewasnya Freca.

Wulf, yang dulunya merupakan teman masa kecil Hera, memutuskan membalas dendam atas kematian ayahnya.

Bertahun-tahun setelah tragedi tersebut, Wulf berhasil menghimpun kekuatan dari kelompok Dundenlings dan lainnya, untuk menghancurkan Rohan.

Pertarungan penuh darah pun tak terhindarkan. Pasukan Rohan yang tersisa dan berhasil dipukul mundur, harus berlindung di benteng Hornburg yang lebih akrab dikenal dengan Helm’s Deep.

Di sinilah Hera tampil untuk berjuang menjadi pahlawan yang akan menyelamatkan sisa pasukan dan penduduk Rohan.

FILM THE LORD OF THE RINGS PALING FEMINIS

(Sumber: IMDb.com)

Bagi penggemar trilogi The Lord of the Rings, tentunya tidak asing dengan Eowyn (Miranda Otto), dalam pertarungan di The Two Towers.

Secara mengejutkan, Otto hadir dalam The War of the Rohirrim sebagai narator yang mengisahkan kembali cerita leluhurnya, Helm Hammerhand dan putrinya Hera.

Narasi ini mengesankan bahwa tindakan berani Eowyn yang menghadang nazgul dan Raja Penyihir Angmar, terinspirasi dari kisah leluhurnya, Hera.

BACA JUGA: LAGU VAUNDY AKAN MENJADI OPENING DI ANIME ‘SAKAMOTO DAYS’

Meski, penggemar garis keras trilogi The Lord of the Rings memahami bahwa The War of the Rohirrim adalah upaya untuk memperpanjang kisah Eowyn. Atau bisa dibilang, film ini mencoba menghidupkan kembali Eowyn melalui sosok Hera.

Hera melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Eowyn dalam The Two Towers. 

Seperti memaksa ikut turun ke medan pertempuran, meskipun perempuan dilarang ikut berperang. Hingga mengungsi bersama orang-orang Rohan ke Helm’s Deep demi menyelamatkan diri dari kepungan musuh.

Bahkan Hera mendapatkan pertarungan puncaknya melawan musuh yang kuat, sama seperti Eowyn.

BACA JUGA: 24 ANIME YANG RILIS DI 2025: DR. STONE SEASON 4 HINGGA SOLO LEVELING SEASON 2

Sayangnya, pengembangan karakter Hera kurang diolah dengan baik. Naskahnya seperti kebingungan menemukan bentuk yang pas untuk menampilkan Hera sebagai sosok perempuan berjiwa feminis tanpa kelihatan kelewat overpower.

Alhasil, tak jarang karakternya menampilkan inkonsistensi dalam beberapa momen. Di salah satu scene misalnya, Hera berhasil menumbangkan oliphaunt secara tak terduga, bahkan nyaris seperti sebuah ‘kebetulan’.

Namun di scene lainnya, Hera hanya bisa berteriak ketika dua prajurit kroco dari pihak musuh, menculiknya tanpa banyak usaha.

Bahkan desain dari karakter Hera di sini, cenderung terlihat seperti karakter perempuan yang diobjektifikasi dalam kebanyakan anime. Misalnya dalam Ghost in the Shell atau Chainsaw Man.

(Sumber: IMDb.com)

Hera digambarkan sebagai perempuan bermata besar, mulut yang imut, hidung mancung, dan paha tebal yang menggoda. Melihatnya, mungkin membuat kita merindukan karakter perempuan dalam semesta Ghibli.

Visualnya sendiri, meskipun tak bisa dibilang buruk, cenderung biasa saja untuk ukuran film yang ditayangkan di bioskop. Bahkan di beberapa momen, gerakan tokoh-tokohnya terlihat kurang dinamis dan kaku.

Di luar segala kelemahan yang dimiliki, The War of the Rohirrim masih menyisakan beberapa kelebihan yang bisa menjadi alasan mengapa orang-orang perlu datang ke bioskop untuk menontonnya.

Sentuhan ekspresionis yang sensasional khas anime, juga cara Kamiyama mengemas fantasi dan hal-hal supernatural di sini, membuat film ini terasa lebih realis dan membumi.

Namun itu juga berarti penonton tidak akan menemukan bola mata berapi-api, penyihir yang memanfaatkan cahaya silau matahari, dan segerombolan pasukan hantu. Kecuali burung elang raksasa yang tampaknya dekat dengan Hera.

Itulah review film The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim. Film ini membawa pesan moral bahwa di dunia yang didominasi para lelaki yang sering bikin onar, perempuan berhak bicara dan menentukan jalan hidupnya sendiri. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Shofyan Kurniawan

Shofyan Kurniawan. Arek Suroboyo. Penggemar filmnya Quentin Tarantino. Bisa dihubungi di IG: @shofyankurniawan