Terinspirasi dari kisah nyata, film “Racun Sangga” sajikan psychological horror yang tak biasa. Berikut penjelasan tentang santet racun sangga dan ritual baharagu asal Kalimantan.
FROYONION.COM - Soraya Intercine Films dan Rizal Mantovani sukses menghadirkan film psychological horror yang tidak hanya menegangkan, tetapi juga penuh teka-teki dan membuat penonton terus bertanya-tanya hingga akhir.
Turut menggandeng Gusti Gina, penulis yang pertama kali mempublikasikan cerita racun sangga ke X, film berdurasi 1 jam 58 menit ini menceritakan tentang cobaan gaib yang dilalui Andi (Fahad Haydra) dan Maya (Frederika Cull) selama masa pernikahan mereka.
Awalnya pernikahan ini berjalan normal, sampai Andi mendapat berbagai gangguan tak masuk akal termasuk penyakit kulit yang menggerogoti tubuhnya tanpa alasan. Belum lagi penampakan berupa bayangan hitam terus menghantui mereka.
Usut punya usut, rupanya Andi terkena santet bernama racun sangga yang bertujuan untuk memisahkan rumah tangganya dengan Maya. Rasa sakit hati dari seseorang di masa lalu menjadi alasan dikirimnya santet mematikan ini kepada Andi.
Yang tidak ia tahu, santet ini bukan sekadar santet biasa. Ia tidak akan berhenti sampai Andi mati.
Santet racun sangga memang nyata. Di Kalimantan, santet ini dikenal sebagai salah satu ilmu hitam yang paling mematikan.
Konon, jenis santet ini digunakan untuk menimbulkan sakit penyakit dan malapetaka untuk memisahkan rumah tangga seseorang.
Dalam film Racun Sangga, santet ini identik dengan minyak sebagai media untuk mengirimkan sihirnya.
Hal ini menjelaskan mengapa keset rumah Andi dan Maya dilumuri minyak. Tak heran jika Andi mengalami banyak gangguan setelah menginjak minyak di keset itu.
BACA JUGA: REVIEW ‘HUTANG NYAWA’, FILM HOROR MISTERI TENTANG TUMBAL DI PABRIK BATIK
Dilansir dari jurnal penelitian tahun 2016 berjudul “Poisons and Antidotes Among the Taman of West Kalimantan, Indonesia” oleh Jay H. Bernster, di Kalimantan memang ada sejumlah tanaman yang menghasilkan minyak yang bermanfaat sebagai racun dan obat.
Tanaman-tanaman ini dikenal dengan beberapa nama, salah satunya adalah sakang dan sangka’ (atau sangga).
Sakang sendiri diketahui menghasilkan minyak racun yang dapat mencelakai seseorang, sementara sangka’ (atau sangga) adalah penawar dari racun sakang.
Dalam penelitiannya, Bernster juga bertemu dengan warga lokal. Salah satunya adalah Pulok, lelaki berusia 65 tahun yang sering membawa 7 buah botol berisi minyak dengan berbagai kegunaan untuk melindungi dirinya.
Salah satu botol Pulok berisi racun sangga yang ia dapatkan dari Melawi, Malaysia. Pulok akan menggosokkan minyak ini di dadanya untuk terhindar dari racun, terutama yang menimbulkan muntah atau keringat darah.
BACA JUGA: FILM 'NO OTHER LAND' MENANGKAN 2 PENGHARGAAN DI IDA DOCUMENTARY AWARDS
Jika menjadikan penelitian ini sebagai basis ilmiah, maka kemungkinan besar santet yang dimaksud dalam film Racun Sangga berasal dari minyak sakang. Dalam film juga diceritakan bahwa Andi dapat sembuh dengan meminum racikan daun sangga.
Meski keberadaan daun ini masih menjadi misteri, namun khasiatnya sudah terbukti secara ilmiah dari penelitian Bernster–yang membuktikan bahwa racun dan penawar racun di film ini benar adanya.
Dalam film, Andi pernah sembuh dari santet racun sangga karena ritual baharagu. Namun apakah ritual ini benar bisa menyembuhkan santet?
Dilansir dari buku “Studi Kasus Ritual Penyembuhan Baharagu Dayak Paramasan Pegunungan Meratus” oleh Muhammad Anshari dan Ristya Widi Endah Yani, ritual baharagu termasuk ke dalam salah satu ritual dalam upacara babalian.
Upacara babalian adalah upacara adat yang dipimpin oleh salah satu atau beberapa balian (dukun). Upacara ini masih dipraktikkan oleh Suku Dayak Paramasan di Kabupaten Banjar. Ritual baharagu disebut juga upacara penyembuhan.
BACA JUGA: RITUAL SIRAMAN AIR TERJUN SEDUDO: WARISAN KEARIFAN LOKAL INDONESIA YANG MEMUKAU
Pada praktik aslinya, ritual baharagu lekat dengan penggunaan ramuan-ramuan herbal. Ritual ini diketahui bisa menyembuhkan beberapa penyakit seperti malaria, diare, dan gangguan saluran pernapasan.
Masih dilansir dari buku yang sama, penelitian yang mereka lakukan menyimpulkan bahwa ritual baharagu menyembuhkan pasiennya dengan mengintervensi sistem persepsi dengan kepercayaan kolektif yang dipercaya oleh Suku Dayak Paramasan.
Intervensi pada sistem persepsi ini kemudian mempengaruhi respon otak pasiennya, sehingga berdampak pada kondisi biologis dan penyakit yang diderita pasien.
Berbeda dengan racun sangga yang terbukti dampaknya secara ilmia, ritual baharagu lebih banyak kaitannya dengan kepercayaan lokal. Apakah ritual ini benar bisa menyembuhkan santet, belum diketahui kebenarannya.
BACA JUGA: ‘WOMEN FROM ROTE ISLAND’ MENUJU PIALA OSCARS 2025, INDONESIA PATUT BERBANGGA
Lagi pula, seperti yang dikatakan dalam film, santet racun sangga konon hanya bisa dicabut oleh sang pengirim santet.
Konon, bahkan Andi dan Maya di dunia nyata pun belum sepenuhnya terlepas dari santet racun sangga yang mematikan ini. (*/)