Sudah nonton serial terbaru Netflix, Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams? Simak penjelasan ending, teori, dan urutan menonton 7 episodenya sesuai timeline!
FROYONION.COM - 14 Juni lalu, Netflix secara resmi menayangkan Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams. Terdiri dari 7 episode, serial ini membawa genre fiksi sains dengan bumbu supernatural dan konflik seputar masalah sosial.
Cukup berbeda dari gaya Jokan yang sebelumnya terkenal dengan genre horor dalam film-film arahannya. Awalnya, penulis pikir serial terbatas ini akan berkiblat pada Guillermo del Toro’s Cabinet of Curiosities.
BACA JUGA: DI TANGAN GUILLERMO DEL TORO, PINOCCHIO MALAH JADI POLITIS, TRAGIS DAN KELAM
Namun, saat menikmati episode demi episode, makin terasa bahwa Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams membawa nuansa yang berbeda. Begitu sampai di episode terakhir, barulah penulis sadar bahwa serial ini lebih akan dibawa ke arah yang sama dengan Umbrella Academy atau X-Men.
Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams tidak hanya berakhir sebagai tontonan well-crafted yang relatable dengan kehidupan sehari-hari orang Indonesia, tapi juga memberi kita banyak teori soal bagaimana kisahnya berakhir dan akan dibawa kemana andai ada musim kedua.
Yuk, simak beberapa easter eggs, teori dan urutan nontonnya di bawah. Awas spoiler!
Tujuh episode Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams masing-masing menceritakan kisah yang berbeda, tokoh yang berbeda dan waktu yang berbeda juga. Semuanya akan bertemu benang merah di episode terakhir.
Tiap episode dimulai dengan tahun kejadian. Kalau diurut, jadinya begini:
1. Episode 4: Encounter (1985)
2. Episode 5: The Other Side (1997)
3. Episode 1: Old House (2015)
4. Episode 3: Poems and Pains (2022)
5. Episode 6: Hypnotize (September 2022)
6. Episode 7: P.O. Box (April 2024)
7. Episode 2: The Orphan (Oktober 2024)
Menonton tidak sesuai urutan juga sebenarnya tidak apa-apa, asalkan kalian mengingat nama-nama karakter utamanya. Tapi, kalian bisa mencoba menonton dengan urutan itu karena sesuai dengan timeline ceritanya.
Dari episode pertama sampai keenam, mungkin kita pikir series ini hanya menceritakan fiksi sains biasa dengan tambahan unsur supernatural. Tiap episodenya berisi nilai moral dan masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar kita.
Mulai dari menitipkan orang tua ke panti jompo, mengadopsi anak supaya bisa mendapat kekayaan, bekerja keras sampai melewatkan tumbuh kembang anak, dan lain-lain. Di episode terakhir, barulah kita bisa menemukan benang merah ceritanya.
BACA JUGA:
SERIAL JOKO ANWAR’S NIGHTMARES AND DAYDREAMS DIYAKINI BAKAL POPULER DI INDONESIA
Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams membahas potensi perang antara penduduk Bumi dengan warga Agartha.
Agartha sendiri konon adalah kota di dalam inti bumi dengan peradaban yang maju. Konsepnya berkaitan dengan teori Hollow Earth yang mengatakan bahwa ada rongga di dalam bumi.
Teori Hollow Earth ini sebelumnya pernah disinggung juga di beberapa film Hollywood. Contohnya Journey to the Center of the Earth, Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skull dan yang terbaru ada di film Godzilla: King of the Monsters.
Dalam Nightmares and Daydreams, Joko Anwar hendak menceritakan bagaimana penduduk Agartha mencoba untuk menjajah penduduk Bumi. Sekelompok orang yang berjuang melawan Agartha ini disebut sebagai Antibodi.
Para Antibodi awalnya gagal direkrut oleh sekte untuk menjadi warga Agartha. Mereka juga tidak bisa menua serta bisa melakukan time travel untuk merekrut anggota baru.
Jika dirunut sesuai timeline kejadian, ceritanya dimulai saat Agartha menyewa PO Box 888 selama 100 tahun sejak 1984 hingga 2084. Mereka menjajah penduduk Bumi melalui penyebaran ideologi hingga menjadi sekte.
Kemudian dalam episode Encounter, Wahyu mendapat informasi dari Supreme Being berwujud Malaikat pada 1985. Setelah itu ia mulai mencari kandidat Antibodi guna melawan penduduk Agartha.
Berlanjut dengan hilangnya Bandi pada episode The Other Side pada 1999 dan 2002. Saat Bandi menghilang, ternyata ia menjadi ODGJ, bukan masuk ke semesta lain.
Lalu pada 2015, Panji dalam episode Old House menitipkan ibunya ke panti jompo. Orang-orang yang ada di panti jompo adalah sekte yang dibentuk oleh penduduk Agartha.
Tahun 2022, Rania di episode Poems and Pains mendapat koneksi ke saudara kembarnya di Agartha. Di tahun yang sama, Ali di episode Hypnotize direkrut oleh Dewi untuk menjadi anggota Antibodi.
Awal 2024, Antibodi berhasil menyusup ke dalam Agartha dan merekrut Valdya di episode P.O. Box. Kisahnya kemudian berlanjut di episode The Orphan. Syafin, yang disinyalir sebagai reinkarnasi penduduk Agartha, diadopsi oleh Iyos dan Ipah.
BACA JUGA:
Bagaimana bisa Syafin adalah reinkarnasi penduduk Agartha? Di akhir episode 1, kita melihat ada tangan dengan empat jari yang mencuat keluar dari reruntuhan panti jompo yang hangus terbakar.
Ingat, penghuni panti ini adalah anggota sekte Agartha. Syafin sendiri hanya memiliki empat jari di tangannya.
Kemungkinan, Syafin nanti akan menjadi sosok antagonis di musim kedua. Apalagi, masih belum jelas bagaimana nasib Ipah dan Iyos, orang tua angkat Syafin.
Tujuh episode Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams bisa dibilang baru sebatas pengenalan karakter dan build-up menuju konflik yang sebenarnya.
Jika ada musim kedua, patut dinantikan aksi dari para Antibodi dalam melawan Agartha dan kelanjutan beberapa karakter yang masih abu-abu.
Kalau kalian perhatikan, ada beberapa easter eggs dalam Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams yang berkaitan dengan beberapa film Joko Anwar lainnya. Istilahnya, ada kemungkinan mereka sebenarnya bertempat di semesta yang sama.
Pertama, sekte yang mendirikan Herosase dalam film Pintu Terlarang (2009) dan sekte dalam film Pengabdi Setan (2017 dan 2022) bisa jadi merupakan warga Agartha yang muncul dari dalam Hollow Earth.
Kemudian, ornamen kostum Gundala di bagian telinga didapat dari pabrik Elsenblume. Logo Elsenblume dapat kita lihat di lift episode 7.
Beberapa aktor dalam Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams juga pernah berperan di film-film Joko Anwar sebelumnya. Bisa jadi, ini disengaja karena mereka adalah karakter yang sama di semesta yang sama.
Wahyu di episode 4 dan Ridwan Bahri di Gundala sama-sama diperankan Lukman Sardi. Karakter Wahyu sendiri tampaknya akan menjadi pemimpin dari Antibodi.
Mungkin, di waktu yang bersamaan dengan mengumpulkan para Antibodi, ia juga membentuk kelompok pahlawan super yang disebut Patriot (Gundala, Sri Asih, dkk).
Fachri Albar dan Asmara Abigail sama-sama muncul di Pengabdi Setan. Keduanya adalah Antibodi.
Teorinya, karakter Ali dan Valdya dalam Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams melakukan time travel ke latar waktu Pengabdi Setan guna menguji siapa yang lebih kuat antara penduduk Agartha atau penduduk Bumi.
Karakter yang diperankan Egi Fedly juga kembali dimunculkan. Profesi ini sama dengan karakter Budiman dalam film Pengabdi Setan dan Husein di Siksa Kubur (2024).
Namanya juga teori. Mungkin benar, mungkin juga salah. Patut dinantikan jika benar Nightmares and Daydreams lanjut ke musim kedua untuk melihat apakah semua cocoklogi di atas terbukti.
Mungkin, satu-satunya yang masih terasa kurang dari ketujuh episodenya hanyalah CGI yang masih terlihat kasar, terutama di episode 1 dan 4. Selebihnya, Joko Anwar sukses menghadirkan tontonan yang fresh untuk series Indonesia.
Semua episodenya terasa well-crafted dan tidak asal-asalan. Ada urgensi dari awal cerita yang membuat karakternya punya “rasa” sampai akhir durasi.
Series ini juga menjadi salah satu bentuk kritik sosial yang disajikan secara tidak membosankan. Penonton mungkin tidak menikmati arah ceritanya, tapi pasti ada satu atau dua aspek yang relevan dengan kehidupan masing-masing. Plus, bagaimana ceritanya bergulir seringkali tidak bisa ditebak.
Tampil berbeda namun tetap menyenangkan, Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams dapat kalian saksikan melalui platform streaming Netflix. Selamat menonton! (*/)