Movies

NONTON SERIAL 'THE UNCANNY COUNTER' BISA JADI LATIHAN HADAPI PENAMPAKAN

Tradisi mitologi di Indonesia tidak jauh dari dunia ruh dan spiritualitas. Tak heran, kalau sebuah batu di jalan Tol Cipali atau sebuah Cadas di Gunung Pegat di Babat bisa memiliki kisah mistisnya sendiri. Nah, daripada takut berhadapan dengan cerita horor semacam itu, serial drama Korea The Uncanny Counter punya pandangan lain yang menarik.

title

FROYONION.COM - Drama Korea dating ke jagat serial TV dunia dengan kisah-kisah romansa dan keharuan di dalamnya. Dari dua genre yang jelas menguras air mata dan menciptakan kebahagiaan itu, drama Korea memiliki ciri khas yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap penayangannya. 

Ciri khas yang dimaksud adalah perlambatan adegan untuk menciptakan detail ekspresi dari setiap karakternya. Perlambatan ini digunakan untuk mengakali situasi teatrikal mini yang tidak dapat ditampilkan secara hyper, berbeda dengan sebuah pementasan di atas panggung dengan make up yang tepat dan detail.

Situasi teatrikal mini ini sendiri menjadi media hiburan dan propaganda yang sekarang mulai disetujui banyak kalangan. Media hiburan yang dimaksud adalah kemampuan serial drama Korea untuk menghindari miss act dengan menampilkan detail dari wajah setiap aktornya. 

Sementara itu, media propaganda terletak pada produk kecantikan dan style yang dipakai oleh aktor, baik laki-laki ataupun perempuan. Diketahui bahwa produk kecantikan di Korea Selatan tidak menyudutkan salah satu gender, justru memberikan keseimbangan di antaranya. Hal tersebut juga berlaku untuk mode berpakain yang kini menjadi salah satu kiblat fashion dunia.

Bagaimana tidak, para aktor, idol, dan seni perfilman di Korea Selatan telah terlihat di panggung-panggung fashion dunia, seperti Dior dan Bvlgari. Salah satu kesuksesan yang mereka lakukan dalam mencapai panggung itu adalah penciptaan narasi dalam serial-serial TV yang bisa dibilang dekonstruktif. 

Seperti film The Uncanny Counter misalnya, sebuah film perburuan roh jahat yang di dalamnya juga diikuti dengan gaya fashion khas Korea Selatan. Bahkan, kalau kita telusuri di Beyond Closet dapat ditemukan produk-produk sporty seperti yang terletak dalam film tersebut.

Kehadiran Kim Se-jeong sebagai salah satu aktor perempuan tercantik di Korea dengan pembawaan yang chill juga meningkatkan daya saing ekonomi melalui serial tersebut. Bagaimanapun, Kim Se-Jeong juga menjadi salah satu brand ambassador dari produk kecantikan local Korea, Scarlet. Nah, ini memantik sebuah pertanyaan besar, bagaimana mungkin kecantikan dan stylish bisa menjadi sebuah lawan dari roh jahat?

Serial TV The Uncanny Counter menceritakan kelompok pemburu roh jahat yang diisi oleh karakter imajiner bernama Ga Mo-tak, Nn. Chu, So Moon, dan Ha-na yang diperankan oleh Kim Se-jeong. Dimulai dari kisah pengejaran roh jahat yang dinavigasi oleh Ha-na, kisah perburuan roh jahat dalam serial ini mempertemukannya dengan seorang anak SMA bernama So Moon yang memiliki masa lalu kelam seperti dirinya.

Keduanya sama-sama dating dari kesendirian, anggota keluarga inti mereka tewas secara mengenaskan oleh keganasan pemerintahan Kota Jungjin. Seperti kebanyakan stereotype dari kisah-kisah represi sosial, Beragam kriminalitas di Kota Jungjin diselimuti oleh kebaikan palsu dari para pemangku jabatan di dalamnya. 

Kota yang tampak bersih, penuh dengan pembangunan berkelanjutan, dan kedamaian ternyata dimulai dari sebuah kasus pembunuhan seorang anggota partai yang ditutup-tutupi.

Walikota Shin yang akhirnya menjabat sebagai walikota Jungjin setelah peristiwa itu diketahui sebagai seorang yang filantropis. Ia sering melakukan kegiatan amal dan mengangkat semboyan kedekatan dengan masyarakat

Kedekatan itu sekaligus menjadi jalan bagi Walikota Shin untuk menampung aspirasi masyarakat untuk mengangkat derajat Kota Jungjin. Hal itu pun menjadi awal proyek pembangunan fasilitas budaya, perbelanjaan, dan real estate yang dianggap akan mengangkat derajat Kota Jungjin.

Hanya saja, pembangunan besar-besaran itu tidak benar-benar menampung keseluruhan impian masyarakat kecil, justru hanya menjawab kebutuhan hiburan kaum borjuis. 

Peristiwa itu pun menjadi mula dari menguatnya roh jahat yang melakukan serangkaian kriminal di Kota Jungjin. Rangkaian kriminal itu ditutupi oleh oknum-oknum yang dikendalikan oleh pemerintahan Walikota Shin.

Narasi itu berhubungan dengan kasus-kasus kematian dan koma yang dialami oleh para Counter—yang dikenal sebagai para penumpas roh jahat. Ada yang mengalami afasia gara-gara orang tuanya meninggal karena menjadi detektif yang menentang Walikota Shin. 

Ada pula seorang anak SMA yang harus merelakan anggota keluarganya meninggal oleh sebab diracuni oleh pamannya sendiri. Hingga, seorang detektif yang kehilangan ingatannya dan hanya mengetahui dirinya sebagai seorang counter saja.

Para counter pun mengalami beragam situasi buruk di masa lampau itu memburu roh jahat yang semakin berkembang pesat oleh sebab keabsahan kriminal di Kota Jungjin. 

Menangkap roh jahat yang notabene berwajah menyeramkan, memiliki perilaku yang menakutkan, dan aura yang terasa gelap—umumnya dipandang sebagai sesuatu yang di luar nalar. Situasi semacam ini sekaligus mengangkat simbol adanya nuansa mencekam yang bisa ditangkap oleh masyarakat biasa.

Meskipun demikian, terdapat pembawaan serial The Uncanny Counter yang dipenuhi cahaya warna-warni, densitas yang jernih, dan keberanian para tokohnya mengatasi situasi mencekam. Wujud sinematografi itu sekaligus menjadi cerminan bagi para penonton agar mampu mengatasi situasi mencekam dengan sebah semangat. 

Dalam semangat itu terdapat harapan adanya kemenangan atas segala sesuatu yang menakutkan. Bahkan, keberanian yang didukung oleh tindakan kolektif mampu menggulingkan segala sesuatu yang dianggap sebagai ketidakadilan.

Serial TV Korea yang kini sudah tayang di Netflix itu sekaligus menjadi sebuah kritik terhadap kondisi pemerintahan yang mungkin saja terjadi pada salah satu wilayah di Korea Selatan. Hal serupa menjadi refleksi negara-negara dunia yang memiliki sejarah pertentangan yang serupa. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Hamdan Mukafi

Selamanya penulis