Movies

MUSIM KETIGA ‘MONSTER’ DAN MENGAPA FILM SEPUTAR PEMBUNUH BERANTAI TERUS DIRILIS

Sudah nonton ‘Monsters: The Lyle and Erik Menendez Story’? Netflix akan segera merilis musim ketiga Monster dengan sosok pembunuh yang berbeda. Kenapa sih film serial killer terus diproduksi walau menuai kontroversi?

title

FROYONION.COM - Di dunia ini, bukan hanya kisah nyata orang-orang jenius dan inspiratif yang bisa diadaptasi menjadi film. Kehidupan para penjahat dengan catatan kriminal mengerikan juga kerap diangkat ke layar lebar.

Di platform streaming Netflix misalnya, mereka baru saja merilis Monsters: The Lyle and Erik Menendez Story. Showrunners serial ini sebelumnya telah memproduksi musim pertama Monster yang mengisahkan Jeffrey Dahmer.

BACA JUGA: ‘MONSTERS’ LYLE AND ERIK’, SERIAL TENTANG ANAK DURHAKA ATAU ORANG TUA DURJANA?

Ryan Murphy dan Ian Brennan, dua sosok di balik serial Monster, juga telah mempersiapkan musim ketiganya. Bahkan aktor utamanya juga sudah diumumkan.

FYI, Jeffrey Dahmer didakwa atas kasus pembunuhan 17 orang pada 1992. Ia tak sekedar menghabisi korban-korbannya tapi juga melakukan mutilasi, nekrofilia hingga praktik kanibalisme.

Sementara kakak beradik Lyle dan Erik Menendez mendapat hukuman seumur hidup penjara tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat setelah terbukti bersalah melakukan pembunuhan pada kedua orangtua kandungnya sendiri.

Siapa sosok mengerikan selanjutnya yang akan jadi bahasan utama di musim ketiga Monster? Dan mengapa kisah-kisah seputar pembunuh berantai ini bisa terus diproduksi walaupun ada banyak kontroversi menyertai? 

ED GEIN, THE BUTCHER OF PLAINFIELD

Murphy dan Brennan tampaknya ingin mencoba sesuatu yang berbeda di tiap musim Monster

Setelah menyajikan kisah Dahmer yang sebenar-benarnya iblis di musim pertama dan kasus parricide pada musim kedua, maka di musim ketiga ini mereka menghadirkan sosok kriminal sakit jiwa.

BACA JUGA: TAHUN 1980-AN JADI ‘GOLDEN AGE’ BAGI SERIAL KILLER DI AMERIKA, KENAPA YA?

Edward “Ed” Theodore Gein tidak memiliki jumlah korban sebanyak Dahmer atau pembunuh berantai terkenal lainnya. Ia hanya mengakui dua pembunuhan, walau namanya sempat dikaitkan dengan beberapa kasus orang hilang.

Kejahatan Gein yang membuatnya legendaris adalah pencurian mayat di pemakaman sekitar tempat tinggalnya. Mayat-mayat itu kemudian dibawa pulang untuk dipreteli dan dijadikan perabot rumah.

Kap lampu, ikat pinggang, sepatu hingga sarung tangan adalah beberapa barang berbahan kulit dan bagian tubuh manusia yang ditemukan polisi saat menggerebek rumahnya.

Apa yang dilakukan Gein bahkan telah menjadi inspirasi karakter antagonis dalam sejumlah film populer. Sebut saja mulai dari Norman Bates (Psycho), Buffalo Bill (Silence of the Lambs) hingga Leatherface (Texas Chainsaw Massacre).

Sebagaimana pembunuh berantai lainnya, kriminal yang dikenal dengan sebutan The Butcher of Plainfield ini juga berasal dari keluarga disfungsional.

Sang ayah, George Gein, adalah seorang pecandu alkohol. Sementara ibunya, Augusta Gein, kerap mencekokinya dengan doktrin radikal bahwa perempuan selain dirinya adalah iblis.

Ed Gein sendiri sempat memiliki kehidupan normal. Ia bekerja serabutan mulai dari mengolah ladang sampai menjadi pengasuh anak.

Kegilaannya berawal saat sang ibu meninggal dan ia kehilangan satu-satunya orang yang dekat dengannya. Bahkan, Gein dikabarkan mengincar makam perempuan yang mirip dengan ibunya semasa hidup.

Netflix belum mengumumkan secara resmi kapan tanggal rilis musim ketiga Monster ini. Namun jika melihat jeda dua tahun antara Dahmer dan Lyle and Erik, besar kemungkinan kita baru dapat menyaksikan kisah Ed Gein pada 2026 mendatang.

KONTROVERSI MONSTER: DARI GLORIFIKASI HINGGA INAKURASI

Murphy dan Brennan tampaknya percaya bahwa bad publicity is still publicity. Sekeras apapun protes yang dilayangkan pada Monster, mereka tetap melanjutkannya hingga musim ketiga.

Saat Dahmer rilis pada 2022 lalu, reaksi keras datang dari keluarga para korban. Mereka mengaku bahwa serial ini dibuat tanpa sepengetahuan mereka.

Serial Dahmer juga dianggap membuka luka lama serta memanfaatkan tragedi orang lain tanpa melibatkan mereka sama sekali dalam prosesnya.

Perilisan musim kedua Monster juga tidak lepas dari kontroversi. Erik Menendez, yang hingga kini masih hidup dan mendekam di penjara, turut memberikan komentarnya terkait serial terbaru Netflix ini.

Dalam suratnya, Erik menulis bahwa Netflix menggambarkan tragedi itu secara tidak jujur. Ia juga mengatakan Murphy membentuk narasi yang mengerikan melalui penggambaran karakter dirinya dan Lyle.

Pihak keluarga Menendez juga ikut mengungkapkan keberatannya. Melalui surat terpisah, pihak keluarga mengatakan bahwa serial tersebut tidak sesuai dengan kebenarannya dan penuh akan kepalsuan.

Perhaps, after all, Monsters is all about Ryan Murphy,” tutup keluarga Menendez.

BACA JUGA: LIST DOKUMENTER KRIMINAL NYATA YANG BIKIN OVERTHINKING PARAH

Persetujuan keluarga korban, glorifikasi hingga inakurasi cerita memang jadi masalah tersendiri untuk genre true crime, terutama yang dibuat dalam format docu-drama.

Tidak adanya persetujuan dari pihak keluarga membuat produser tidak memiliki akses ke informasi akurat mengenai kejadian yang sebenarnya. Ini membuat tim produksi hanya mengandalkan riset dan menambahkan imajinasi mereka sendiri.

Belum lagi dramatisasi ceritanya kerap membuat para kriminal ini tampak lebih humanis sehingga kejahatan mereka dapat dimaklumi atau bahkan dimaafkan.

Inakurasi juga sangat mungkin terjadi dan membuat kisah yang ditampilkan melenceng jauh dari aslinya. Pada kasus Lyle dan Erik, dua bersaudara itu digambarkan memiliki hubungan inses dalam serialnya.

Sejujurnya, ini sedikit bikin ngeri. Tidak terbayang bagaimana nanti Murphy meramu kisah Ed Gein, seorang pencuri mayat yang memiliki obsesi pada ibu kandungnya sendiri.

Selain itu, seringkali film atau serial yang mengisahkan ulang kisah kehidupan pembunuh berantai akan menggunakan aktor yang terlalu tampan.

Bahkan, musim ketiga Monster nanti akan memasang Charlie Hunnam sebagai pemeran utamanya. Aktor Sons of Anarchy ini dinilai terlalu ganteng untuk memerankan Ed Gein yang tampak creepy dan jauh dari good looking.

Dengan sederet masalah di atas, lalu kenapa film atau serial seputar pembunuh berantai ini bisa terus diproduksi? Jawabannya, tentu karena pada akhirnya, pilihan untuk menikmatinya atau tidak berada di tangan penonton.

Selama masih banyak yang menyukai genre ini dan mau menontonnya, maka film-film serupa juga akan terus dibuat.

Hal ini terbukti dari Dahmer yang sukses besar. Hingga kini, Dahmer menempati posisi ketiga sebagai serial berbahasa Inggris dengan jumlah penonton terbanyak di Netflix, hanya kalah oleh Stranger Things dan Wednesday.

Ketika artikel ini ditulis, kisah Menendez Bersaudara masuk dalam top 10 TV shows di Netflix.

Keputusan untuk melanjutkan serial Monster tentu tidak lepas dari keuntungan finansial yang didapatkan. Jika kisah Ed Gein nanti kembali sukses, bukan tidak mungkin Murphy dan Brennan akan melanjutkan kegilaan mereka di musim-musim berikutnya.

Pada akhirnya ini tentang uang, uang dan uang. Pilihan ada di tangan kita sebagai penonton. Mau menambah jumlah angka streaming untuk genre ini atau beralih ke tontonan lain yang lebih etis? 

Apapun pilihannya dan terutama jika kalian memilih untuk menonton, selalu ingat bahwa true crime membawa tema yang berat dan gelap.

Penting untuk mengatur mood dalam keadaan bagus dan tenang saat menontonnya. Istirahatkan pikiran kalian setelah menonton genre ini dengan beralih pada tontonan lain yang lebih ringan seperti komedi. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read