Movies

MENYAMBUT KARYA GRETA GERWIG, INILAH SERBA SERBI BARBIE YANG MEMIKAT SEMUA ORANG

Kata siapa Barbie cuma buat cewek? Gentlemen juga boleh nonton Barbie.

title

FROYONION.COM - Antusiasme film Barbie di bawah garapan Greta Gerwig, yang namanya semakin besar berkat suksesnya Lady Bird (2017) dan Little Women (2019), semakin membuat orang penasaran dan menaruh ekspektasi pada ide Gerwig di dalam icon penuh nostalgia tersebut. 

Lewat trailer film yang sudah rilis, Gerwig membawa sosok Barbie menjadi terkesan lebih berani dari Barbie yang kita kenal. Obrolan tentang film ini juga semakin ramai lewat adanya challenge “Lelaki sejati nonton Barbie”. Meme berikut bisa jadi pernah lewat di timeline media sosial kita.

Sumber: https://twitter.com/dayu1412/
Sumber: https://twitter.com/dayu1412/status/1643882701639012354?t=CWTT1F0crud6XaCJYkZprw&s=08 

Siapa sih, yang nggak tahu Barbie? Meski dikenal dengan tema feminin dan serba pinky-pinky, bisa dibilang Barbie adalah bagian dari masa kecil semua orang. 

Berawal dari mainan boneka untuk anak perempuan pada tahun 1959, franchise Barbie sukses menjadi cultural icon selama lebih dari 60 tahun. 

Mulanya, Barbie diproduksi oleh perusahaan mainan Mattel dari Amerika. Ide ini muncul dari Ruth Handler ketika ia memperhatikan anak perempuannya bermain boneka kertas anak-anak dan berkomunikasi layaknya pada orang dewasa. 

Melihat kesempatan pasar, Handler menciptakan ide untuk membuat boneka versi dewasa seperti yang familiar kita lihat sekarang. 

Melalui Barbie, Ruth meletakkan filosofi bahwa seorang anak kecil bisa jadi apapun seperti yang Ia inginkan.

PENAMPILAN KONTROVERSIAL

Barbie menerima banyak kritikan karena penampilannya yang memunculkan standar kecantikan yang tidak sehat. 

Bentuk tubuh yang dimodelkan oleh Barbie dianggap tidak realistis karena tidak merepresentasikan perempuan asli di dunia nyata seperti berkulit putih, kaki yang panjang, pinggang ramping, dan rambut pirang. 

Standar kecantikan yang tidak sehat ini dapat berefek pada obsesi yang timbul pada seseorang untuk mengubah penampilannya seperti boneka Barbie yang disebut Sindrom Barbie. 

Demi penampilan mirip Barbie, ada aja nih seseorang yang rela operasi plastik mempermak habis-habisan tubuh dan wajahnya karena menganggap Barbie memiliki penampilan yang proporsional. 

Padahal, sebuah penelitian dari University of South Autralia mengatakan bahwa kemungkinan seseorang untuk memiliki bentuk tubuh seperti Barbie ialah kurang dari 1 dari 100.000 [1]. Kampanye sehat tentang standar kecantikan ini juga telah banyak disuarakan.

Sensasi pop culture dari Barbie juga dirasakan di industri musik, yaitu pada lagu hit “Barbie Girl” milik Aqua yang dirilis pada 1997 [2]. 

Dengan musik yang catchy, makna dalam lagu tersebut mengundang misinterpretasi yang dianggap Mattel telah merusak citra boneka Barbie dan mengandung unsur misoginis. 

“I’m a Barbie girl, in a Barbie world. Life in plastic. It’s fantastic”

“You can brush my hair, undress me everywhere. Imagination, life is your creation”

Dari pihak Aqua sendiri sih, ngakunya cuma buat parodi dan making fun aja. Namanya juga lagu pop, lirik yang dikasih emang terkesan tabu, berisi sindiran terhadap perilaku operasi plastik. Tapi, yang penting pesannya, sih. It’s OK untuk jadi diri sendiri. 

Kini, Barbie semakin menghargai diversitas dan terus mengembangkan pembaruan yang semakin relevan dan meningkatkan nilai empowerment terhadap dunia nyata. 

Mulai tahun 2016, Mattel merilis Barbie dengan berbagai bentuk tubuh yang lebih realistis. Ada Barbie yang berisisi, tinggi, pendek, bahkan dengan beragam skin tone dari berbagai etnis. 

Yang paling baru, di tahun 2023 ini mereka merilis Barbie ‘Down’s syndrome’. Mattel berharap, anak-anak bisa melihat diri mereka di dalam Barbie.

CINEMATIC UNIVERSE

Bagian yang paling nostalgic dari semua franchise Barbie adalah animasi yang nemenin kita sewaktu kecil. 

Zillennials menyebutnya sebagai Barbie Cinematic Universe yang muncul di awal 2000an. 

Dibarengi dengan kembalinya tren Y2K yang terjadi dewasa ini, internet berhasil mengoneksikan orang-orang dengan kenangan masa kecil yang comforting dan genuinely enjoyable seperti tontonan Barbie ini. 

Tercatat bahwa Barbie telah memproduksi lebih dari 40 judul film animasi. Pencapaian ini mendukung fakta bahwa animasi Barbie banyak digemari dan mudah dinikmati karena nggak banyak trik atau teori berat. 

Cerita Barbie umumnya dikembangkan dari dongeng klasik yang meninggalkan kesan innocent, funrelaxing, dan absurd. 

Tak jarang kalau ada orang-orang dewasa sekarang menganggap tontonan Barbie ini sebagai safe place mereka. Mungkin sama rasanya kayak orang yang healing-nya nontonin animasi Studio Ghibli. Apakah kamu termasuk juga?

Saking absurd-nya cerita di animasi Barbie, banyak juga yang membahas kelucuan karakter-karakter aneh yang ada di film Barbie. 

Contohnya, recalling hewan-hewan peliharaan yang biasanya jadi beban di film Barbie bisa jadi hiburan tersendiri, kita jadi ingat betapa kesalnya ngeliat kelakuan mereka sewaktu kita kecil. Bahkan bisa dijadiin bahan refleksi diri nih, kayak tweet di bawah ini.

Sumber: https://twitter.com/Askrlfess/status/1640836404208087040

Si bombastic side eye yang mewakili netizen.

Sumber: https://twitter.com/arctvy/status/1638366601367134210
Sumber: https://twitter.com/arctvy/status/1638366601367134210

Nggak cuma lucu, eye make up juga nggak boleh ketinggalan.

Sumber: https://twitter.com/walentska_files/status/1640858981995364359
Sumber: https://twitter.com/walentska_files/status/1640858981995364359 

DIGANDENG GERWIG

Dua hal yang paling menarik di sini adalah koneksi antara sosok Barbie yang iconic itu sendiri dengan ide dari sang director, Greta Gerwig. 

Citra Barbie yang feminin dan yang mulanya ditargetkan untuk perempuan, kini digandeng oleh Gerwig dengan tema yang digadang-gadang lebih segar dan penuh dengan petualangan sehingga tidak hanya berhasil menarik minat para ladies tapi juga gentlemen

Berdasarkan film-film bertema feminis sebelumnya, Gerwig selalu meninggalkan diskusi menarik mengenai isu perempuan. Lalu, apakah kekhasan Gerwig ini juga kental di live action Barbie yang akan tayang di Juli mendatang? 

“Barbie is everything.”

“He’s just Ken.”  

Akun resmi @barbiethemovie telah mengunggah poster Barbie yang menunjukkan ada beberapa peran Barbie seperti Barbie presiden, dokter, diplomat, putri duyung, bahkan peraih Nobel Prize, tapi Ken hanyalah seorang Ken. 

Slogan pada poster tersebut mungkin memberi sinyal bahwa di sanalah Gerwig berperan besar dalam diskusi soal konstruksi peran gender.

Well, kita pastinya masih menerka-nerka alur cerita Barbie (2023). Namun, dengan latar belakang yang kuat antara Barbie dan Gerwig, film ini layak untuk ditunggu. 

Dari segi promosi yang mengejutkan, Barbie menyimpan cerita yang menarik untuk dibahas dalam sudut pandang laki-laki maupun perempuan. 

Lebih lagi, bahasan seru mengenai tantangan nonton Barbie ini juga masih berlanjut. Jadi bagaimana? Tertarik buat nonton? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Sulistyaning Budi

Suka nulis