Movies

MENGAPA SOSOK HANTU DALAM FILM HOROR INDONESIA KEBANYAKAN ADALAH PEREMPUAN?

Dari kuntilanak, sundel bolong, suster ngesot, sampai sosok Ibu dalam Pengabdi Setan, semuanya adalah perempuan. Kenapa hantu-hantu Indonesia kebanyakan perempuan, ya?

title

FROYONION.COM – Pernahkah terpikir oleh kalian, kenapa sosok hantu dalam film-film Indonesia, atau bahkan dalam legenda urban masing-masing daerah, sebagian besar berjenis kelamin perempuan?

Sosok kuntilanak, sundel bolong, suster ngesot dan kuyang semuanya adalah perempuan. Kisah-kisah horor seputar penampakan misterius juga seringkali digambarkan berwujud perempuan berambut panjang berbaju putih. 

BACA JUGA: PERCAYA HANTU BUKAN HALU, JUSTRU ADA MANFAATNYA TAHU! 

Memang ada hantu laki-laki dalam urban legend kita, seperti genderuwo dan tuyul. Tapi jumlahnya tetap tidak lebih banyak dari hantu-hantu perempuan ini.

Kira-kira kenapa ya hantu perempuan lebih beragam daripada hantu laki-laki? 

APAKAH HANTU ITU NYATA?

Keberadaan entitas ini sendiri masih diperdebatkan secara ilmiah. Apakah hantu itu benar-benar ada?  

Jika menggunakan perspektif agama, dalam Islam dikenal adanya syaitan atau setan, makhluk yang terbuat dari api dan menolak tunduk pada Tuhan. Mereka diciptakan untuk menggoda manusia agar menjauhi perintah-Nya.

Setan dapat menjelma menjadi manusia dan dapat merasuki manusia. Sementara hantu yang selama ini kita dengar ceritanya atau saksikan kisahnya dalam film, belum dapat dibuktikan secara ilmiah maupun empiris.

Tidak ada definisi yang jelas dari hantu dan ada terlalu banyak fenomena yang terkait dengannya. Benda yang bergerak sendiri hingga perasaan didatangi oleh anggota keluarga yang sudah meninggal bisa sama-sama dihubungkan dengan keberadaan hantu.

Ini membuat pendapat akan keberadaan hantu terbagi dua. Ada yang mempercayainya dengan alasan roh orang mati tersesat dalam perjalanan menuju alam lain. 

Ada juga yang menilai hantu adalah entitas telepati yang kemudian diproyeksikan ke dunia nyata dari pikiran manusia. Artinya, hantu hanyalah khayalan semata.

BACA JUGA: 6 KISAH HOROR WAWAK NADIA OMARA YANG LAYAK DIANGKAT KE LAYAR LEBAR

Hantu belum terbukti karena belum ada teknologi yang dapat secara tepat menemukan serta mendeteksi keberadaannya. Bahkan peralatan canggih seperti detektor medan elektromagnetik atau EMF juga belum pernah benar-benar mendeteksi hantu.

Satu-satunya bukti mendekati ilmiah yang membuktikan keberadaan hantu adalah teori fisikawan terkenal Albert Einstein. Ilmuwan ini berpendapat bahwa semua energi di alam semesta tidak dapat dihancurkan ataupun diciptakan, namun hanya berubah bentuk.

Teori ini lalu diklaim sebagai bukti keberadaan hantu. Saat manusia hidup, ada energi listrik dalam tubuhnya. 

Ketika orang tersebut meninggal, energi listrik yang menyebabkan jantung berdetak dan memungkinkan manusia bernapas akan diubah ke bentuk lain. Bentuk inilah, yang diyakini sebagai sosok hantu tersebut. 

Namun, klaim ini juga dinilai lemah. Pasalnya, saat seseorang meninggal, semua energi dalam tubuhnya akan berpindah ke lingkungan. Misalnya, dipindahkan ke organisme yang memakan jasadnya seperti cacing, bakteri hingga tumbuhan.

HANTU SEBAGAI SIMBOL KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Tidak adanya definisi yang pasti dan bukti yang akurat membuat legenda urban seputar sosok hantu menjadi sangat beragam di seluruh dunia. Hantu di Indonesia akan memiliki wujud dan kisah latar belakang yang jauh berbeda dengan hantu di Eropa.

Bahkan di Indonesia, sosok hantu di tiap daerah bisa berbeda. Tidak menutup kemungkinan jika legenda turun temurun seputar sosok hantu ini didasarkan pada kondisi yang kerap dialami oleh orang-orang pada zaman tersebut. Terutama sekali perempuan.

Kuntilanak merupakan hantu perempuan yang meninggal ketika melahirkan. Hantu ini juga konon akan menghantui perempuan usai bersalin dan membawa pergi bayi baru lahir.

Sundel bolong berawal dari perempuan yang diperkosa lalu meninggal ketika melahirkan. Legenda urban seputar sundel bolong adalah bahwa ia akan meneror laki-laki yang tengah berjalan sendirian di malam hari.

Sosok hantu perempuan legendaris lain, Si Manis Jembatan Ancol, merupakan perempuan yang meninggal diperkosa lalu membalaskan dendamnya.

Perhatikan adanya benang merah yang menghubungkan riwayat hantu-hantu populer itu. Semuanya adalah perempuan yang menerima kekerasan seksual serta mendapat akses terbatas pada layanan kesehatan dan keadilan. 

Kisah para hantu perempuan ini seakan jadi peringatan dari generasi terdahulu mengenai nasib perempuan di Indonesia. Terlalu banyak dari mereka yang tidak mendapat akses kesehatan serta keadilan yang merata.

Legenda kuntilanak tidak perlu ada apabila akses untuk melahirkan dengan selamat tersedia bagi lebih banyak perempuan Indonesia. 

Jika pelaku kekerasan seksual dihukum berat, sundel bolong dan Si Manis Jembatan Ancol tidak perlu turun tangan langsung memburu orang-orang bejat itu dari alam baka. 

Bahkan, sosok Ibu dalam Pengabdi Setan tidak perlu menghantui keluarganya sendiri andai ia mendapat layanan kesehatan yang layak. Minimal, ia tidak akan terbujur kaku bertahun-tahun tanpa adanya diagnosis yang memadai.

Ini semua tentu bukan cocoklogi semata. Dikutip dari The Conversation, data dari Kementerian Kesehatan mengungkap angka kematian ibu melahirkan di Indonesia pada 2015 sebesar 305 orang tiap 100 ribu kelahiran hidup. 

Jauh di atas rata-rata angka kematian ibu melahirkan di negara maju yang hanya 12 per 100 ribu kelahiran hidup. 

Statistik lainnya adalah 1 dari 3 perempuan Indonesia usia 15-64 tahun pernah mengaku pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual. Data ini didapat dari Survey Pengalaman Hidup Perempuan Nasional 2016 dari BPS dengan 9000 sampel perempuan seluruh Indonesia.

Masih berdasarkan data BPS, angka tingkat pemerkosaan di Indonesia pada 2015 mencapai 1.739 kasus. Masih lebih tinggi jika dibandingkan pencurian menggunakan senjata tajam di tahun yang sama sebanyak 1.097 kasus. 

Mirisnya, berdasarkan survey maskulinitas Rifka Annisa pada 2013 terungkap bahwa hanya 21.5% responden yang mengaku pernah melakukan tindak kekerasan seksual dan mendapat konsekuensi hukum.

Menilik data-data di atas, harus segera dilakukan pembenahan secara menyeluruh dan sistematis dari para aktor pembangunan dan pemangku kepentingan. Jika tidak, selamanya perempuan Indonesia akan bernasib seperti kuntilanak dan sundel bolong.

Perbaikan akses layanan kesehatan untuk perempuan serta tidak lagi membiarkan pelaku kekerasan seksual bebas tanpa hukuman akan menekan kisah hantu perempuan di generasi selanjutnya. Baik di dunia nyata maupun melalui medium bergerak. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read