Komik Marvel hidupkan kembali mitologi kuno Mesopotamia melalui tokoh-tokoh, seperti Gilgamesh dan Inanna. Cerita komik tersebut turut menjembatani kisah masa lalu dan masa kini.
FROYONION.COM - Mesopotamia Kuno, wilayah yang meliputi Irak modern dan Kuwait adalah tempat lahirnya beberapa pahlawan sastra tertua di dunia.
Salah satu dari mereka adalah Lugalbanda, pahlawan yang diberkahi dengan kecepatan super karena kebaikannya terhadap hewan.
Dalam banyak hal, Lugalbanda bisa dianggap sebagai leluhur spiritual dari pahlawan komik modern seperti The Flash.
BACA JUGA: MENGUPAS ARTI MARVEL JESUS, BENARKAH DEADPOOL & WOLVERINE JADI JURU SELAMAT MCU?
Namun, tidak seperti pahlawan mitologi klasik seperti Theseus atau Herakles, dewa-dewi Mesopotamia cenderung terlupakan dalam budaya populer modern.
Untungnya, fiksi ilmiah, fantasi, dan terutama komik telah memberikan kehidupan baru bagi legenda-legenda kuno ini.
Marvel dan DC Comics telah menghidupkan kembali tokoh-tokoh seperti Inanna (dewi cinta), Nergal dan Ereshkigal (dewa dunia bawah), serta Gilgamesh, raja heroik dari kota Uruk.
Mitologi Mesopotamia ini memiliki daya tarik yang unik, menghadirkan kombinasi antara nilai historis dan relevansi budaya.
Dalam dunia yang semakin global, kisah-kisah ini menjadi sarana untuk menjembatani masa lalu dan masa kini.
Dalam Marvel Comics, Gilgamesh pertama kali diperkenalkan oleh Jack Kirby dan telah digunakan oleh sejumlah penulis, termasuk Roy Thomas.
Dalam komik, Gilgamesh menjadi anggota Avengers, tim pahlawan super yang mencakup tokoh terkenal seperti Captain America, Thor, dan Hulk.
Hubungan Gilgamesh dengan Captain America menjadi pusat dari beberapa kisah, menggambarkan mereka sebagai tokoh yang sama-sama berjuang untuk menyesuaikan diri dengan dunia modern sambil tetap menghormati tradisi masa lalu.
Pada tahun 1992, Captain America Annual #11 memperkenalkan kisah di mana Captain America melakukan perjalanan waktu ke Mesopotamia kuno.
Dalam petualangan ini, ia bertemu dengan Gilgamesh dan bergabung dengannya dalam rangkaian petualangan yang diadaptasi dari Epik Gilgamesh.
Salah satu momen yang menarik adalah ketika Gilgamesh mencoba mendapatkan tanaman hati, kunci keabadian, sementara Captain America bertempur melawan seekor ular laut besar.
Cerita ini tidak hanya menggambarkan perjuangan Gilgamesh dalam pencarian keabadian, tetapi juga menyoroti pentingnya kerja sama dan hubungan antar karakter. Melalui interaksi ini, Gilgamesh belajar tentang makna kerja tim, sebuah tema universal yang relevan di setiap era.
Gilgamesh bukan satu-satunya tokoh Mesopotamia yang dihidupkan kembali dalam komik. Dalam Conan the Barbarian #40 (1974), dewi cinta Mesopotamia, Inanna, membantu Conan melawan para penjarah di kota kuno yang terlupakan.
Versi Inanna dalam Marvel memiliki kekuatan yang serupa dengan mitos aslinya, termasuk kemampuan untuk menyembuhkan.
Komik-komik ini sering menyoroti tema "kelupaan", baik secara harfiah maupun metaforis, untuk mencerminkan bagaimana legenda Mesopotamia telah terlupakan oleh dunia modern.
Dalam cerita-cerita ini, para dewa dan pahlawan kuno dihadirkan kembali untuk audiens baru, membawa makna dan relevansi baru bagi kisah-kisah mereka.
Tema "kelupaan" juga menunjukkan upaya kreator komik untuk mengingatkan kita bahwa meskipun cerita ini berasal dari ribuan tahun yang lalu, nilai-nilai dan pelajaran yang mereka bawa tetap abadi
Roy Thomas, salah satu penulis Marvel, menyatakan bahwa minatnya pada mitologi Mesopotamia berasal dari pengalamannya di bangku kuliah dan mengajarkan mitos kuno kepada siswa SMA.
Thomas percaya bahwa mitos tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik. Mitos mengajarkan empati, perspektif baru, dan keterampilan berpikir kritis yang sangat berharga.
Penelitian modern menunjukkan bahwa komik adalah medium yang efektif untuk membuat cerita lebih mudah diingat.
Ini penting dalam konteks pelestarian budaya Mesopotamia, yang semakin terlupakan seiring berjalannya waktu.
Komik memberikan cara yang menarik untuk menghubungkan pembaca modern dengan kisah-kisah yang telah berusia ribuan tahun.
Komik juga memainkan peran penting dalam menjaga mitologi agar tetap hidup di era digital. Dengan menampilkan tokoh-tokoh kuno dalam konteks yang modern, generasi muda dapat memahami warisan budaya mereka melalui media yang mereka sukai.
Dalam dunia komik, Marvel telah memperkenalkan berbagai dewa dan pahlawan dari budaya Yunani, Romawi, Nordik, dan lainnya.
Namun, kehadiran tokoh-tokoh Mesopotamia seperti Gilgamesh dan Inanna menunjukkan bahwa legenda dari budaya yang lebih jarang disorot pun memiliki tempat di hati pembaca modern.
Dengan menggunakan cerita-cerita ini, komik membantu menjembatani kesenjangan budaya yang berusia ribuan tahun.
Kisah-kisah kuno ini diberi kehidupan baru, menjadikannya relevan kembali bagi generasi masa kini. Komik bukan hanya alat hiburan tetapi juga jembatan untuk melestarikan tradisi dan budaya yang hampir terlupakan.
Dengan cara ini, Marvel dan komik lainnya memberikan penghormatan kepada masa lalu sembari membawa legenda-legenda kuno ini ke masa depan.
Melalui penceritaan yang kreatif dan visual yang memukau, komik modern mampu merangkul nilai-nilai universal dari mitos kuno dan menjadikannya bagian dari narasi budaya global.
Dengan demikian, legenda Mesopotamia terus hidup, memberikan pelajaran berharga kepada pembaca dari berbagai generasi. (*/)